"Apa saya juga harus ikut turun?" tanya Darren pada Agna yang sedang membuka sabuk pengamannya. "Agna, apa saya juga harus ikut tu–"
"Tidak usah!" potong Agna dengan suara ketus. "Bapak pergi saja langsung kalau saya sudah turun dari dalam mobil ini. Nggak usah masuk-masuk apalagi pakai acara berbasa basi sama Bunda dan Ayah."
Darren yang tadinya mau ikut turun bersama Agna malah mengurungkan niatnya, hanya gara-gara ia mendengar kalimat sang istri.
"Baiklah, kalau begitu titip salam saja buat om Al dan tante Ranum," ucap Darren yang rupanya sampai sekarang malah memanggil mertuanya dengan sebutan om dan tante. Dan tentu saja itu atas permintaan gadis bar-bar yang sudah terlihat turun dari dalam mobil itu.
"Jangan sok baik dan manis, Bapak ini 'kan, salah satu manusia yang suka cari muka." Agna menarik sedikit sudut bibirnya saat gadis itu berkata begitu pada sang suami. "Padahal di belakang ... ya, dapat dilihat dari raut wajah Bapak kalau sebenarnya Pak Darren ini orangnya memiliki dua muka sekaligus," sambung Agna.
"Tutup pintu mobil itu lagi Agna, karena saya tidak butuh mendengar setiap kalimat yang terlontar dari mulutmu." Darren tiba-tiba saja merasa kesal saat mendengar Agna, mengatakan kalau dirinya memiliki dua muka sekaligus membuat laki-laki itu langsung saja kembali menatap lurus ke depan. "Apalagi yang kau tunggu Agna, cepat tutup pintu itu karena saya harus segera pergi ke rumah sakit."
"Iya Pak, tapi saya minta tolong. Nanti jangan jemput saya karena saya bisa pulang sendiri ke rumah Bapak itu."
"Panggil saja nama saya, Agna Tanpa harus ada kata Bapak atau Pak," balas Darren.
"Terserah saya, Pak Dosen yang galak dan ternyata me sum juga!"
Setelah mengatakan itu Agna langsung saja menutup pintu mobil itu dengan sangat keras sehingga menimbulkan suara.
Braakk!!
"Bapak bisa perbaiki lagi kalau rusak, ya sudah saya tinggal masuk dulu. Dadah ...!" seru Agna sambil berlari kecil menuju pintu utama rumah kedua orang tuanya.
Sedangkan Darren hanya bisa menggelang-gelengkan kepalanya, karena laki-laki itu tidak bisa membuat perhitungan dengan gadis itu.
"Awas kau ya, bisa-bisanya gadis bar-bar sepertimu malah membanting pintu mobil ini. Kalau rusak bagimana?" Darren berbicara pada dirinya sendiri. sebelum laki-laki itu terlihat menginjak pedal rem dan dengan segera pergi meninggalkan halaman rumah mertuanya yang begitu luas itu.
***
"Bun, aku mau menginep di sini," kata Agna saat gadis itu sedang membantu sang ibu memasak di dapur.
"Suami kamu mengizinkan?" Ranum bertanya pada putrinya hanya untuk sekedar memastikan saja. Karena wanita itu takut jika saja Agna tidak pernah meminta izin pada Darren.
"Iya, Pak Darren me ... ma-makusudku Kak Darren tentu saja mengizinkan aku, untuk menginap di sini Bun." Hampir saja mulut Agna keceplosan, membuat gadis itu merasa bahwa dirinya harus bisa mengontrol mulutnya sendiri. Disaat ia sedang berada di rumah kedua orang tuanya sendiri seperti saat ini.
"Suami kamu kok, nggak bilang-bilang sama Bunda?"
"Dia buru-buru Bun, karena mau pergi ke rumah sakit," jawab Agna sambil menyomot satu bakwan jagung, yang langsung saja gadis itu masukkan ke dalam mulutnya.
Ranum yang melihat itu menggeleng dengan bibir yang tersenyum manis. "Apa Agna kangen dengan masakan, Bunda?"
"Sangat Bun, semuanya aku kangen mulai dari masakan Bunda, suara Bunda yang lembut saat membangunkanku, dan masih banyak lagi yang aku kangen dari Bunda." Agna menjawab dengan mulut yang penuh berisi bakwan.
"Kalau sama Ayah, apa Agna kangen juga?" Sekarang Al yang baru saja datang malah bertanya pada putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments