Agna yang merasa sangat kesal, gara-gara melihat tatapan tajam Daren langsung saja menghentakkan kakinya dan segera kembali lagi menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Agna mau kemana?" tanya Ranum lembut.
"Mau buang air besar!" teriak Agna berbohong yang sebenarnya terjadi kalau saat ini gadis itu tidak mau menemui Darren karena ia pikir kalau dosennya itu akan mengadu pada Al.
"Ya sudah, jangan lama-lama, Bunda akan tunggu kamu di bawah saja," ucap Ranum yang tidak tahu kalau putrinya saat ini sedang berbohong.
"Kalau aku lama suruh saja dosen itu pulang Bun, karena sepertinya aku sedang mencret! Karena kaget tiba-tiba saja dosen galak itu datang!" sahut Agna dengan suara yang gadis itu buat seolah-olah sedang berusaha menahan rasa sakit.
"Ya ampun Agna, nggak bo–"
"Bun, sini," potong Al cepat. Karena laki-laki itu tidak bisa berbicara hanya berdua saja dengan Darren.
"Iya Mas, aku akan segera Turun." Dengan sangat hati-hati sekali Ranum terlihat menuruni anak tangga. sebab ia trauma berjalan cepat-cepat pada anak tangga itu, karena hampir saja membuatnya kehilangan nyawa Nino, anak ketiganya yang ia ajak jatuh dari tangga itu saat usia kandungannya baru saja masuk bulan ke lima.
***
"Om, Tante kalau begitu saya permisi dulu. Maaf karena Mami dan Papi saya tidak bisa datang," kata Darren sopan setelah laki-laki itu memberitahu kalau kedua orang tuanya tidak bisa datang ke rumah Al.
"Tidak jadi masalah Darren, karena saya sudah memaklumi akan hal itu," timpal Al yang merasa kalau Darren adalah calon menantu idaman. Dapat dilihat dari segi manapun.
"Iya Nak, Darren jangan merasa tidak enakkan gitu. Karena kita hanya manusia biasa kita yang menentukan Sang pemilik alam semesta ini yang menentukan," kata Ranum yang ikut menimpali calon menantunya itu.
"Oh ya, bagimana apa Agna selama ini tidak pernah bolos? Atau membuat rusuh di kelasnya?" tanya Al yang menyempatkan diri bertanya sebelum Darren pergi. Meskipun Al tahu bagimana kelakuan Agna ketika putrinya itu sedang kuliah. Dimana Agna sangat bar-bar sekali.
Darren memaksakan bibirnya untuk tersenyum sambil menjawab, "Sejak Om memberitahu Agna supaya tidak bolos, mulai sejak itu dan dari sana Agna memiliki sedikit perubahan." Meskipun saat ini rasanya laki-laki itu merasa kalau Agna perlu dilaporkan pada Al atas apa saja yang dilakukan saat kuliah. Akan tetapi, Darren yang tidak mau berurusan dengan Agna malah memilih untuk berbohong.
"Tuh 'kan, Mas, Agna ada perubahan. Semoga saja setelah nanti menikah dengan 'Nak, Darren. Agna akan benar-benar berubah." Ranum yang memang mudah percaya sangat senang mendengar akan hal itu. "Kalau begitu katakan pada Mami kamu Darren, kalau kami setuju. Dengan apa yang tadi kamu sampaikan itu."
"Baik Tante, kalau begitu saya permisi. Karena malam ini saya ada jadwal untuk piket di rumah sakit." Sesaat setelah Darren mengatakan itu. Ia langsung terlihat pergi begitu saja, karena malam ini juga laki-laki itu memiliki pasien yang harus ia tangani. Membuatnya tidak bisa terlalu berlama-lama berada di rumah Al.
"Darren calon menantu idaman," ucap Al setelah Darren menghilang dari pintu utama rumahnya. "Pokoknya Agna harus menikah dengannya, Mas tidak peduli anak itu akan setuju atau tidak."
Ranum yang mendengar itu hanya bisa mengangguk saja. Sebab pilihan ibu mertuanya, Anggun tidak pernah salah. Di tambah sang suami sudah benar-benar setuju.
***
Di kediaman Hugo, ayah dari Darren. Pria paruh baya itu terlihat menasehati putranya yang baru saja pulang dari rumah sakit.
"Ini adalah permintaan terakhir mendiang Opa kamu Darren. Kalau kamu tidak setuju maka itu sama artinya dengan kamu yang tidak menepati janji. Atau lebih tepatnya kamu mengingkari janji."
"Pi, aku pikir gadis yang di maksud oleh almarhum Opa bukan dia. Gadis bar-bar yang suka bolos dan sangat nakal sekali. Dia juga adalah muridku. Bagaimana bisa Papi malah terus-terusan ingin melihatku menikah dengannya?" Darren rupanya tidak setuju kalau dirinya akan dijodohkan dengan Agna. "Ini zaman sudah modern Pi, bukan zaman Siti Nurbaya yang main jodoh-jodohkan saja. Sudah deh aku tidak akan mau dijodohkan dengannya," sambung Darren.
Hugo terlihat melempar beberapa lembar foto ke depan Darren. "Lihat Darren, kamu di besarkan oleh Opa kamu. Dan sekarang kamu malah seenak jidatmu mau mengingkari janji. Janji yang telah kamu dan almarhum Opa kamu sepakati sejak jauh-jauh hari. Bahkan saat kamu masih duduk di bangku SMA."
"Papi, harus berapa kali aku katakan kalau aku tidak ta–"
"Cukup Darren, dengan kamu terus menentang apa yang almarhum Opa kamu katakan dulu sewaktu beliau masih hidup. Maka kamu sama sekali ingin membuat Opa tidak tenang di atas sana," potong Hugo cepat. "Pokoknya kamu harus tetap menikah dengan gadis yang tadi kamu sebut bar-bar itu."
"Tapi Pi …."
"Tidak ada tapi-tapian, kamu sudah cukup dewasa Darren. Jadi, kamu sudah paham apa itu yang disebut perjanjian. Dan tentu saja janji itu juga tidak harus di ingkari," kata Hugo pada putranya. "Mami kamu juga pasti akan mengatakan ini, jika dia tahu kalau kamu ingin mengingkari janjimu yang dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Ishhh dasar
2023-11-22
1
Andi Fitri
mampir tpi kayaknya seru lanjut dah.
2023-07-08
1
UQies (IG: bulqies_uqies)
Ceritnya seru kak, aku suka. semangat yah, 🌹untukmu 🥰
2023-05-22
1