Jika malam pertama adalah malam yang membahagiakan, beda halnya dengan pasangan suami istri yang satu ini. Dimana Agna dan Darren terlihat berebutan tempat tidur di dalam hotel yang sengaja Hugo sewa untuk menantu serta putranya itu.
"Bapak aja yang tidur di sofa, karena saya tidak terbiasa tidur di sofa bisa-bisa seluruh badan saya nanti sakit," kata Agna sambil melempar Darren dengan bantal.
"Cukup Agna! Apa kau pikir badan saya juga tidak akan sakit jika tidur di sofa?" tanya Darren yang malah melempar balik sang istri menggunakan bantal itu. "Apa kau juga pikir saya ini mau tidur sekamar dengan gadis bar-bar sepertimu? Kamu sangat salah besar Agna. Karena jika saja Papi tidak ikut-ikutan menginap di sini, maka saya akan pastikan bahwa saya ini pasti sudah memesan satu kamar lagi. Daripada harus berebutan ranjang seperti ini."
"Bapak kan, laki-laki maka dari itu Bapak mengalah saja sama saya. Ini bantal dan selimutnya Pak Darren bisa menggunakannya di sofa itu," ucap Agna yang seolah-olah tidak menghiraukan kalimat Darren yang tadi. "Mengalah pada wanita, bukan berarti Bapak menjadi rendah. Justru Bapak akan di cap sebagai salah satu laki-laki yang bisa memuliakan wanita. Karena jika tidak ada wanita maka Bapak tidak akan pernah bisa lahir di dunia ini," sambung Agna sambil mengulas senyum simpul. Karena ia yakin pasti Darren mau mengalah jika ia berkata seperti itu.
"Tidak bisa Agna, saya tidak bisa tidur di sofa." Darren rupanya masih saja tetap menolak, meskipun gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu berkata seperti itu pada dirinya.
Agna mengangguk-ngangguk tanda paham. "Baiklah Pak, kalau begitu di lantai saja, bagaimana apa Pak Darren setuju?
Darren menghela nafas, karena bukannya merasa lega setelah berhasil menikah dengan Agna. Rupanya laki-laki itu sangat salah besar karena ia merasa kalau Agna hanya bisa menambah-nambah beban pikirannya.
"Kenapa tidak kau saja, Agna? Karena bukankah seorang murid harus patuh pada gurunya?"
Agna berkacak pinggang. "Tidak untuk kali ini Pak Darren Dosen yang terhormat." Agna malah dengan santainya menjawab seperti itu pada sang suami. "Jika Bapak mau tidur di lantai, tidur saja sendiri jangan malah ngajak-ngajak saya, Pak."
Darren sekarang terlihat memungut selimut dan bantal. Laki-laki itu lalu terlihat mendekat ke arah ranjang, dimana Agna sudah bersiap-siap akan membaringkan tubuh mungilnya.
"Buat pembatas menggunakan bantal ini saja Agna, karena saya benar-benar tidak akan bisa tidur di atas sofa, apalagi di lantai. Sungguh suatu hal yang tidak pernah saya bayangkan Agna. Dan saya mohon atas pengertianmu ini." Darren berusaha berbicara lemah lembut dengan gadis yang matanya terlihat sudah sedikit memerah itu.
Karena mungkin saja saat ini Agna sudah sangat ngantuk mengingat hari ini Agna sama sekali tidak bisa tidur siang. Sebab dari pagi sampai sore gadis itu benar-benar dibuat sibuk. Sampai-sampai Agna hari ini juga tidak pernah mengecek benda pipihnya.
"Agna, apa kau setuju?"
"Saya tidak setuju!" jawab Agna ketus dan bersamaan dengan itu ia terlihat menguap beberapa kali. Menandakan kalau mata gadis itu sudah benar-benar sangat terasa berat. "Lebih baik saya saja yang tidur di atas sofa itu, ketimbang harus tidur seranjang dengan laki-laki me sum seperti Pak Demian ini." Agna kemudian turun dari atas ranjang itu sambil meluk selimutnya. "Kali ini Bapak saya akui, kalau Bapak bisa menang, karena saya malam ini sangat malas berdebat. Tapi lain kali Bapak jangan pernah berharap lebih!"
"Terserah kau saja Agna, karena saya sudah menawarkan biar bisa sama-sama enak tidur di atas ranjang dengan kasur yang empuk. Eh kau malah mau tidur di sofa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments