Bunyi bel pada kamar hotel itu membuat Agna yang masih saja berada di dalam alam bawah sadar dengan sangat terpaksa membuka mata.
"Ish, siapa sih masih dini hari begini memencet bel?" Agna menyipitkan matanya hanya demi melihat jam pada ponselnya. "Tuh kan, benar masih dini hari. Tapi siapa sih orang iseng itu? Apa dia tidak punya kerjaan malah mengganggu jam istirahatku? Tidak mungkin layanan kamar di jam yang rawan hantu." Meski Agna terus saja berbicara pada dirinya sendiri. Gadis itu tetap bangun dari sofa tempatnya tidur, demi melihat siapa yang berani mengganggunya. "Awas saja, jika itu orang salah kamar, aku janji akan mencaci makinya bila perlu sampai telinganya itu tuli," gerutu gadis itu yang mulai melangkahkan kakinya menuju pintu kamar hotel tempatnya bermalam malam ini.
Agna juga terlihat beberapa kali menguap sambil menggaruk-garuk kepalanya. Tidak lupa juga gadis itu malah terlihat membuka bajunya hanya karena ia gerah. Sehingga sekarang ia hanya terlihat memakai tanktop saja.
"Huh, aku sangat gerah sekali. Dan kenapa kamar hotel ini sangat panas? Apa di sini tidak ada AC?" Saat ini nyawa Agna belum sepenuhnya terkumpul membuat gadis itu tidak mengingat tentang dirinya yang sudah sah menjadi istri dari dosennya sendiri.
Hingga beberapa detik pada akhirnya Agna kini sudah terlihat berdiri di dekat pintu, sambil beberapa kali terlihat mengucek matanya karena gadis itu ingin melihat dengan jelas siapa manusia usil yang berani sekali memencet tombol bel pada hotel itu sehingga membuatnya sampai terbangun seperti saat ini.
Dan tepat setelah pintu itu Agna buka, gadis itu langsung saja berkacak pinggang tatkala matanya melihat laki-laki yang sekarang membelakangi dirinya.
"Hei! Kau punya tata krama tidak? Kenapa kau malah memencet bel pada kamar orang di jam rawan begini?!" Saking kesalnya Agna sampai berteriak. "Apa kau tuli, hah? Kenapa kau memencet bel pada kam–" Kalimat Agna terputus gara-gara gadis itu melihat wajah laki-laki yang berbalik itu.
"Apa kau tidak tahu ini sudah dini hari? Kau main berteriak-teriak saja." Darren langsung saja masuk ke dalam kamar hotel itu saat melihat istrinya hanya mengenakan tanktop saja. "Masuk Agna, jangan sampai orang lain melihatmu berpakaian dengan kain yang kekurangan bahan itu!" seru Darren saat laki-laki itu melihat Agna masih saja melongo dan diam di tempat.
"Dosen galak? Laki-laki yang tidak tau diri itu? Kenapa dia ada di sini? Dan kenapa juga dia malah masuk ke kamar hotel ini begitu saja?" Agna bertanya pada dirinya sendiri, dan detik berikutnya ia malah berteriak. "Akhh, tidak! Si me sum itu ... me-melihat buah melonku!" Nyawa Agna yang mulai terkumpul sedikit demi sedikit langsung saja terlihat menyilang kedua tangannya pada bagian da danya. "Tidak! Kau Dosen galak dan benar-benar sangat me sum!" Agna berlari menyusul Darren.
Sedangkan Darren yang sudah sangat ngantuk tidak mempedulikan Agna yang terus saja berteriak memanggil dirinya dengan sebutan me sum dan galak. Karena bagi laki-laki itu saat ini kasur yang empuk sepertinya jauh lebih menggoda daripada ia harus meladeni gadis bar-bar seperti Agna.
"Dosen me sum! Awas saja kau!"
Dengan samar-samar Darren mendengar suara cempreng milik Agna, yang terus berteriak.
"Terserah kau saja Agna, karena mata ini benar-benar sangat berat sekali untuk dibuka," gumam Darren yang terlihat mulai memejamkan mata. Dan seolah-olah laki-laki itu tidak begitu memperdulikan Agna yang akan mengganggu dirinya sebab tadi sebelum ia masuk. Darren sudah terlebih dahulu mengunci pintu hotel itu dari dalam. Karena ia benar-benar tidak mau diganggu oleh sang istri, di saat ia harus istirahat mengingat bahwa tubuhnya juga perlu di istirahatkan sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments