"Besok kan, kalian berdua libur. Nah, jadi besok pagi itu kalian harus pergi ke butik cari baju yang kalian berdua anggap cocok untuk acara resepsi nanti, karena sepertinya tanggal pernikahan kalian akan di majukan lagi," ucap Alea ketika Agna dan Darren baru saja duduk di sofa. "Mengingat Darren yang harus pergi ke luar Negeri untuk menimba ilmu. Jadi, saya mau Agna dan Darren lebih baik menikah dulu biar tidak ada yang perlu di khawatirkan lagui oleh ke dua pihak," sambung Alea yang sebenarnya sudah membicarakan ini terlebih dahulu tadi bersama Ranum dan juga Al. Saat Darren membawa Agna bicara empat mata di ruang sebelah.
"Kalau saya ngikut saja Jeng, karena pihak laki-laki jauh lebih berhak," sahut Ranum tersenyum sambil mengelus telapak tangan Agna yang saat ini sedang duduk di sebelahnya. "Agna juga pasti mau kalau besok pagi akan pergi ke butik bersama Darren." Tidak bisa di pungkiri kalau Ranum merasa sangat bahagia ketika mendengar keputusan Agna, dimana gadis itu bersedia menikah dengan Darren tanpa ada unsur keterpaksaan. Dan hanya itu yang Ranum tahu tanpa ada rasa curiga sedikitpun pasa putrinya itu.
Padahal ia dan para pembaca tahu kalau Agna sangat menentang perjodohan ini, tapi lihatlah sekarang gadis itu malah setuju begitu saja tanpa banyak protes. Dan juga Agna terlihat duduk dengan sangat santai tanpa mau ikut membuka suara, hanya untuk mengeluarkan pendapat.
"Agna, apa tadi Darren tidak mengancammu?" tanya Hugo tiba-tiba saat melihat prubahan yang sangat derastis pada Agna. Karena Hugo juga tahu kalau gadis itu sebenarnya belum mau menikah.
Agna yang di tanya hanya menunduk sambil menggeleng, seolah-olah memberitahu pada Hugo kalau dirinya tidak di ancam oleh Darren. Meskipun kenyataannya memang begitu dimana Darren menggunakan gelar serta pekerjaannya untuk membuat gadis seperti Agna tutup mulut serta tidak berani berbicara asal ceplas ceplos saja.
"Baiklah, kalau begitu tandatangan di sini Agna, biar surat-suratnya biasa saya urus secepatnya. Karena kebetulan hari bahagia itu akan di adakan tinggal dua minggu lagi. Dan saya harap jagan berniat kabur," ucap Hugo memberitahu Agna yang saat ini gadis itu sangat terkejut.
Bagimana tidak? Darren sang calon suami mengatakan kalu pernikahan mereka tinggal satu bulan lagi. Tapi sekarang Hugo malah mengatakan pada Agna kalau acara pernikahan itu malah akan di adakan tinggal dua minggu lagi. Membuat Agna langsung saja mengangkat wajahnya untuk menatap Darren hanya untuk meminta penjelasan sang dosen.
"Lebih cepat lebih baik, karena hal baik itu tidak perlu di tunda-tunda," kata Darren yang sekarang terlihat terlebih dahulu menandatangani surat yang tadi di keluarkan oleh Hugo. "Sekarang giliran kamu, Agna, karena tandatanganmu kali ini sangat berarti serta berharga." Darren menyerahkan polpoin kepada gadis bar-bar yang terlihat sok kalem itu.
"Kurang ajar! Tadi dosen me sum ini mengatakan kalau aku dan dia akan menikah tingal satu bulan lagi. Tapi kenapa sekarang malah berubah menjadi dua minggu? Apa ini juga adalah rencana dosen galak untuk menjebakku? Dan jika benar, awas saja kau dosen aku akan membuat perhitungan denganmu karena aku tidak terima." Ketika Agna masih saja membatin sambil melamun tiba-tiba saja sang ibu yang duduk di sebelahnya berbisik pada daun telinga gadis yang masih saja melongo itu.
"Agna, ayo tandatangan, biar kita bisa cepat pulang. Karena Adik kamu Nino pasti sedang rewel bersama Gino. Kamu sudah tahu sendiri bagimana kedua Adik kamu itu." Bukan cuma berbisik Ranum malah menyenggol sedikit lengan putrinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments