Setelah tadi Agna memutuskan panggilan itu secara sepihak, tiba-tiba saja terdengar suara Al yang memanggil putrinya itu dari luar.
"Agna apa kamu sudah tidur?" tanya Al dari luar sambil mengetuk pintu kamar putrinya itu beberapa kali. "Agna ...," panggil Al sekali lagi.
Agna yang tidak mau kena marah langsung saja berjalan ke arah pintu karena kebetulan tadi posisi gadis itu sedang duduk di pinggir ranjang.
"Ayah, ada apa? Aku belum tidur, kok."
"Kalau begitu, apa Ayah masuk?"
"Masuk saja Ayah, pintu itu tidak di kunci," jawab Agna sambil terus saja menghapus sisa-sisa make up yang tadi.
Karena gadis itu merasa bahwa Al tidak boleh melihat dirinya berdandan malam-malam begini, bisa-bisa sang ayah akan menertawakan dirinya sebab Agna selama ini tidak pernah memoles wajahnya jika gadis itu tidak pergi ke acara-acara tertentu.
"Ayah, tidak boleh melihat wajahku ini, bisa-bisa dia akan curiga denganku," gumam Agna pelan.
Sambil berusaha menghapus lipstik yang ternyata tidak bisa luntur, karena Ranum rupanya membelikan putrinya itu yang matte. Pantas saja tidak bisa dihapus meskipun tadi Agna menggunakannya hanya sedikit saja.
"Ish, pantesan saja tidak bisa, ternyata Bunda mebelikan aku lipstik yang matte," kata Agna sambil membaca merk lipstik yang belakangan ini sedang booming di kalangan para remaja-remaja bahkan para emak-emak yang berdaster. "Biar saja Ayah melihatnya, nanti aku akan cari alasan yang tepat," sambung Agna berbicara pada dirinya sendiri.
Dan tidak berselang lama, Al sudah terlihat membuka pintu itu dengan wajah yang berhias senyum.
"Lho, mau kemana putri Ayah?"
Agna menunduk sambil menjawab, "Anu, Yah, ternyata teman-temanku mengajak aku untuk makan malam di luar, nanti setelah kita pulang baru mereka akan menginap disini." Agna sangat berharap supaya sang ayah percaya padanya. "Boleh 'kan, Yah?"
"Sudah minta izin sama suamimu?" Al
harus memastikan jika Agna sudah meminta izin pada Darren atau belum.
"Sudah Yah, dan dia mengizinkan aku untuk pergi makan malam bersama teman-temanku." Agna berbohong karena gadis itu sama sekali tidak pernah memberitahu suaminya tentang ia dan teman-temannya akan makan malam pada malam ini juga.
"Iya sudah, kalau Darren mengizinkan itu artinya Ayah juga mengizinkan kamu. Tapi ingat, kamu harus bisa menjaga batasanmu Agna karena sekarang statusmu itu sudah menikah bukan lajang lagi seperti dulu." Al mengingatkan sang putri sebagai seorang ayah yang baik.
"Aku akan mengingatnya, Ayah," timpal Agna sambil berusaha untuk tetap tersenyum.
***
"Untung kamu kabarin Devita sama Serlin tadi," kata Agna saat gadis itu sekarang sudah duduk manis di salah satu restoran yang sengaja gadis itu booking untuk dirinya beserta teman-temannya.
"Kamu tenang saja, selama masih ada aku semua akan aman," ujar Saras yang terdengar malah membanggakan dirinya sendiri.
Agna menatap Saras sambil menyenggol lengan putri dari pasangan Bagas dan Sonia itu.
"Memang kamu itu bestie paling luar biasa, tidak ada tandingannya sama sekali," celetuk Agna yang sebenarnya sudah menganggap Saras seperti saudaranya sendiri. "Oh ya, apa Om Bagas sudah memberitahumu?"
"Sudah, makanya aku sekarang harus berperan di sini menjadi orang yang seolah-olah tidak tahu tentang apapun itu," jawab Saras sambil menaik turunkan alisnya. "Ngomong-ngomong apa kamu sudah di anu sama Pak Dosen?"
Agna yang tadi sedang minum jus jeruk langsung saja menyemburkan minuman itu, karena gadis itu sangat kaget ketika ia mendengar pertanyaan Saras.
"Uhuk, uhuk ...." Agna terbatuk-batuk.
"Kalau minum harus hati-hati tuh, gara-gara nggak hati-hati malah jadi tersedak," ucap Saras sambil menepuk-nepuk pelan punggung Agna. "Nih, air putih minum gih biar nggak batuk lagi."
"Ini gara-gara kamu sih, pertanyaanmu itu benar-benar sangat aneh!" gerutu Agna.
"Aneh? Kenapa kamu merasa aneh? Bukannya suami istri harus melakukan hubungan bad–"
Agna langsung saja menutup mulut Saras sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya.
"Itu Devita sama Serlin, kamu lebih baik harus menjaga mulutmu itu Saras jangan sampai dua anak itu tahu," kata Agna dengan suara pelan. "Tutup mulutmu, supaya tidak keceplosan mengucapkan kalimat yang tidak-tidak."
Saras mengangguk seraya meminum air putih yang tadi ia sodorkan untuk Agna, karena tiba-tiba saja matanya malah tidak sengaja melihat Darren dan suster Lestari masuk ke dalam restoran itu juga.
"Kenapa?"
"Enggak apa-apa, kamu lebih baik panggil Vita sama Erlin aja. Karena perut ini sudah sangat lapar," jawab Saras berbohong.
"Idih, kita tadi kesini gara-gara lipstik ini. Kalau bukan karena ini aku mana mau datang hanya untuk membuang-buang waktu saja. Mana Bunda sudah masak buat kita berempat lagi."
"Jadi, ceritanya nggak ikhlas, nih?"
"Bukan begitu, tapi a–" Mata Agna hampir saja keluar dari tempatnya, membuat kalimatnya menggantung hanya karena ia melihat laki-laki yang beberapa jam yang lalu menyuruhnya untuk mengantar dokumen ke rumah sakit.
"M*mpus aku, kenapa dia malah ada di sini?" gumam Agna membatin.
"Agna, kamu sedang melihat apa?"
Agna yang di tanya malah menunduk sambil berpura-pura memainkan ponselnya.
"Agna," panggil Saras.
"Jangan panggil aku, karena di sana ada Dosen galak," timpal Agna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments