"Agna cepat masuk," ucap Darren sekali lagi. Namun, dengan suara yang sedikit lebih lembut. Tidak seperti yang tadi terkesan keras dan membentak gadis yang memang tercipta dari tulang rusuknya itu.
"Saya kurang enak badan Pak, makanya saya mau pulang saja. Jadi, saya harap Bapak paham," timpal Agna tiba-tiba yang kini malah berbohong. Hanya karena gadis itu tidak mau kembali ke kelas untuk belajar di jam mata pelajaran sang dosen yang selalu saja Agna sebut-sebut sebagai dosen galak.
"Kamu sehat Agna, tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit. Jadi, ayo masuk jangan buang-buang waktu saya saja kamu ini. Karena yang lain sudah pasti menunggu saya di kelas." Meski Darren tahu kalau Agna tidak akan mungkin mendengarnya.
Akan tetapi ia harus tetap berusaha membujuk gadis itu. Karena ini adalah sebagian tugasnya, sebab jika Agna begini terus maka Darren sendiri yang akan menjadi repot nantinya. Mengingat nilai Agna selalu di bawah standar rata-rata, membuat Darren merasa kalau pasti dirinya akan lebih lama lagi mengajar gadis bar-bar serta sering kali bolos itu.
Bukan apa-apa tapi andai saja sifat Agna yang susah di bilangin apalagi sering tidak memperhatikan, saat Darren sedang menjelaskan bagaimana saja cara seorang dokter bedah ketika sedang melakukan operasi pada pasiennya. Secara Agna juga kan, mau menjadi dokter bedah.
"Agna, saya ingatkan sekali lagi. Masuk kembali ke dalam kelas atau sa–" Belum usai kalimat Darren. Namun, Agna sudah terlebih dahulu memotongnya.
"Saya harus bolos hari ini!" seru Agna sambil berlari tanpa mau menoleh ke belakang. Karena jika gadis itu sudah mau bolos maka tidak akan ada lagi yang bisa menghalanginya. Kecuali sang ayah sendiri. Baru Agna si gadis tengil dan bar-bar itu akan takut. "Dadah dosen galak, jangan harap Bapak bisa menyuruhku kembali ke dalam kelas," sambung Agna sambil terus saja berlari dan dengan suara cekikikan. Seperti orang yang benar-benar sedang mengejek sang dosen.
"Baiklah Agna, ini sudah cukup. Nanti akan aku kirim surat peringatan kepada ayahmu. Karena mungkin memang ini yang kamu mau," gumam Darren kesal. Dan kini dosen itu terlihat tetap berjalan menuju kelas.
Karena ia tidak berniat mengejar Agna, mengingat nanti sore ia ada rapat di rumah sakit tempatnya bekerja juga. Jadi, Darren merasa jika harus mengejar Agna itu sama saja artinya bahwa dia sedang membuang-buang waktu saja. Toh, belum tentu juga gadis bar-bar seperti Agna akan mau kembali ke kelas. Meski mulut Darren sampai berbusa.
***
Sore menjelang malam Al terlihat sangat marah dengan putrinya, karena ini surat peringatan yang entah sudah kesekian kalinya laki-laki itu terima dari sang dosen.
"Kamu ini ada niat kuliah apa gimana Agna?!" bentak Al tiba-tiba.
Sehingga membuat Agna yang sedang memainkan benda pipihnya hampir saja akan membuang ponsel itu karena kaget.
"Tidak bisakah kamu kuliah dengan baik dan benar. Jika begini terus maka Ayah berani jamin kalau kamu tidak akan bisa menjadi dokter bedah, Agna!" Sudah cukup bagi Al selama ini ia sabar menghadapi sifat Agna yang seperti ini. "Diamna otak serta telinga kamu, Agna, tidak bisakah kamu membuat Ayah senang di sisa-sisa hidup Ayah ini?"
Deg... mendengar itu Agna langsung saja melepas gawainya. "Ayah, aku kuliah kok dengan baik dan benar. Tanya saja sama Saras," timpal Agna membela dirinya. Meskipun surat peringatan itu sudah ada di depan matanya saat ini. "Dan tadi apa kata Ayah, sisa-sisa hidup? Memangnya Ayah mau kemana, hm?" Agna terlihat dengan santainya bertanya seperti itu pada Al.
"Cukup Agna, sudahi kekanak-kanakan kamu ini. Tolong sedikit saja bersikap dewasalah, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari." Al berusaha merendam emosinya meskipun kepala laki-laki itu saat ini sudah terasanya seperti berasap. "Ayah tidak mau jika kamu terus-terusan begini Agna, coba kamu mengertilah walau sedikit saja." Al memang merasa kesal dan kecewa pada putrinya.
Namun, melihat mata Agna yang mulai berkaca-kaca membuat Al tiba-tiba saja merasa sangat bersalah pada dirinya sendiri. Karena tadi sudah membentak putrinya itu. Padahal selama ini Al selalu saja menjaga lisannya dan suaranya supaya tidak menyakiti hati putri kesanyangannya itu. Tapi kali ini Al yang sudah terlanjur marah, malah membuat Agna sampai akan meneteskan air mata.
"Maafkan aku Ayah." Lirih gadis itu yang langsung saja menunduk. "Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi. Maaf Ayah ...."
Al tidak menjawab sang putri karena laki-laki itu memilih untuk pergi saja. Karena jika berada di sana terus kemunginan besar ia bisa saja menyakiti Agna secara fisik.
"Ayah," panggil Agna yang merasa menyesali semua apa yang telah ia lakukan selama ini. "Ayah, maafkan aku, karena aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Ayah aku minta maaf," kata Agna dengan suara yang sudah mulai serak. "Ayah, aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud untuk membuat ayah kecewa," sambung Agna.
Akan tetapi, Al sama sekali tidak kembali, laki-laki itu memilih untuk tetap pergi meninggalkan Agna yang saat ini sudah berderai air mata. Sebab laki-laki itu merasa kalau dirinya selama ini terlalu manjakan Agna, sehingga gadis itu menjadi seperti ini. Yang selalu saja merasa tidak pernah bersalah meski nyata-nyata Agna sudah melakukan banyak sekali kesalahan.
***
"Siap-siap karena malam ini Ayah dan Bundamu akan mengajakmu untuk makan malam bersama keluarga Darren, untuk membicarakan masalah pernikahan kalian. Karena Ayah merasa kalau pernikahan kalian harus di percepat," ucap Al tanpa memberi menjeda kalimatnya, ataupun berbasa-basi. "Ayah harap kamu mengerti, Agna." Al langsung pergi dari kamar Agna setelah ia mengatakan itu pada putrinya. Karena suasana hati Al masih saja sepeti sore tadi. Di mana laki-laki itu merasa sangat kecewa pada Agna.
"Ayah." Lirih Agna.
Dan bersamaan dengan itu sekarang terlihat giliran Ranum masuk ke kamar gadis itu.
"Malam Sayangnya Bunda, apa kabar hari ini?" tanya Ranum meski wanita itu tahu kalau Agna saat ini sedang bersedih karena baru kali ini sikap Al sedingin itu pada putri mereka. "Apa Bunda boleh duduk di sebelah, Agna?"
Agna hanya merespon sang ibu dengan anggukan kecil.
"Bunda bantu siap-siap ya, biar Ayah kamu tidak semakin marah padamu," ucap Ranum ketika ia sudah duduk di sebelah Agna. "Karena jika Ayah marah maka Agna pasti sudah tahu apa yang akan Ay–"
"Bunda sayang sama aku 'kan," potong Agna dengan cepat. "Kalau benar-benar sayang bujuk Ayah supaya membatalkan perjodohan gila ini Bunda. Karena aku tidak mau menikah muda," lanjut Agna.
"Agna, untuk masalah itu Bunda tidak ikut campur. Karena bagi Bunda apa yang Ayah kamu sudah tetapkan dan putuskan itu sudah tidak bisa di ubah lagi. Sebab keputusan Ayah kamu sudah mutlak. Dan juga Ayah kamu pasti sudah memikirkan semua ini dengan sangat matang, sudah memikirkan sebab dan akibatnya juga. Jadi, Bunda minta Agna nurut saja tanpa banyak perotes," balas Ranum menimpali sang putri. "Ayah tahu mana yang terbaik untuk Agna, oleh karena itu Ayah melakukan ini semua."
Pupus sudah harapan Agna untuk membujuk Ranum supaya mau memberitahu Al kalau dirinya benar-benar belum siap menikah. Di saat ia masih mau ingin bebas seperti saat ini. Dan tidak mau terikat pernikahan dengan dosen galak itu.
***
Di dalam mobil, setelah beberapa saat hening tidak ada suara apapun. Tiba-tiba saja terdengar suara Al berdehem beberapa kali demi memecah keheningan.
"Jangan membuat malu Ayah kali ini Agna, dengan seribu alasan yang pasti sudah kamu siapkan nanti ketika kamu bertemu dengan Darren," kata Al memperinggati putrinya. Karena ia tahu pasti Agna sudah merencanakan sesuatu. "Apa kamu mendengar Ayah, Agna?"
"Yah, sudah jangan membuat mood Agna berantakan, karena tadi Bunda sudah memberitahu Agna masalah itu sebelum kita berangkat." Ranum yang tidak mau kalau sampai Al akan membuat suasana hati Agna berantakan malah dengan cepat mengatakan itu. "Ayah cukup fokus menyetir saja, jangan pikirkan hal yang bukan-bukan. Karena Agna pasti tidak akan melakukan itu semua, sebab Bunda kenal siapa Agna."
"Bun, Ayah cuma tidak mau anak ini nanti akan mempermalukan kita di depan keluarga Darren. Mengingat papinya Darren juga bukan orang sembarangan. Maka dari itu Ayah harus sering mengingatkan itu pada Agna." Al mengatakan itu supaya Agna tidak nekat. Nekat dalam hal melakukan apapun mengingat Agna bisa saja kabur nanti dari acara pertemuan dua keluarga yang akan membicarkaan ataupun membahas hal yang sangat serius.
"Aku tidak akan melakukan apapun Ayah, karena aku sudah sa–"
"Bagus," potong Al cepat. "Jangan kamu malah bisanya terus-terusan membuat tensi Ayah naik," sambung Al.
"Pokoknya aku harus memberikan perhitungan pada dosen s*alan itu. Karena Ayah begini gara-gara dia. Hatiku juga tidak akan bisa tanang jika belum bertatap empat mata langsung dengannya. Pokoknya awas saja kamu Darren!" gerutu Agna yang malah membatin. Dan gadis itu merasa harus memberikan pelajaran pada sang dosen yang Agna pikir bahwa Darren adalah laki-laki yang bisa saja mengadukan hal apapun pada sang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments