Menyandang status janda muda membuat Ais merasa sedikit minder saat bergabung bersama dengan teman yang lainnya. Bagaimana bisa di usianya yang masih muda sudah menyandang status janda. Bisa jadi Ais akan menjadi bahan olok-olok untuk orang yang tidak menyukainya.
"Ais, kamu udah punya partner untuk mengerjakan tugas kuliah?" tanya Jelita saat keluar dari kelasnya.
Ais hanya bisa menggeleng dengan pelan, karena dia memang belum mempunyai tempat untuk mengerjakan tugasnya. Sekalipun dia tak memiliki teman, setidaknya dia bisa meminta bantuan kakaknya untuk mengerjakan tugas.
"Kalau belum ada, gimana kalau kita satu kelompok aja. Aku juga belum memiliki teman," tawar Jelita.
Sebenarnya Ais ingin menolak, tetapi dia tidak ingin dianggap sombong karena tidak menerima tawaran Jelita untuk mengerjakan tugas bersama.
"Tapi Lit .... "
"Kenapa? Kamu enggak mau satu kelompok denganku karena aku jelek kan?"
Seketika Ais langsung membulatkan matanya dengan lebar. Tak sedikitpun Ais berpikir menghindar dari Jelita karena dia berbeda dari yang lainnya. Ais hanya tidak ingin hubungan dengan Adam terbongkar. Ais tidak mau jika ada yang tahu bahwa dia adalah adik dari salah satu dosen yang ada di kampus.
"Bukan begitu Lita. Aku mau tapi .... " Ais menjeda ucapnya. Bagaimana jika Lita meminta untuk mengerjakan tugas di rumah, sementara hari ini kakaknya sedang ada di rumah.
"Tapi jangan di rumahku ya. Kakakku sangat galak. Aku takut nanti kita gak konsen saat mengerjakan tugas." Ais berdusta.
Wajah yang semula sudah ditekuk akhirnya bisa kembali ceria lagi. Seketika Jelita mengembangkan senyum di bibirnya.
"Jadi kamu takut kalau aku mengajak untuk mengerjakan tugas di rumahmu? Kamu tenang aja, kita akan mengerjakan tugas kampus di rumahku. Rumahku besar dan luas Tidak akan ada yang mau mengganggu kita. Jadi gimana? Kita berangkat sekarang?"
Ais menganguk dengan pelan sambil memaksakan senyum di bibirnya. "Ya udah ayo! Tapi aku telepon kakakku dulu ya. Aku takut nanti dia nyariin aku."
"Oke. Aku tunggu di parkiran ya!"
Setelah kepergian Jelita, Ais segera menghubungi Mas Adam untuk mengatakan jika hari ini dia akan terlambat pulang karena akan mengerjakan tugas di rumah Jelita.
Dari balik telepon sebenarnya Adam sedikit keberatan. Namun, dia tidak bisa mengekang adiknya terlalu erat. Mungkin dengan mempunyai teman dia bisa melupakan Azam beserta luka yang ada di dalam hatinya. Adam pun berpesan kepada untuk tetap berhati-hati untuk menjaga dirinya karena tingkat kejahatan di kota masih sangat tinggi.
***
Kini sesuai dengan janji yang telah dibuat, Hanafi mendatangi rumah Adam. Entah apa yang akan dibahas oleh temannya itu sehingga mengharuskan dirinya datang ke rumahnya padahal biasanya mereka bisa berbicara di luar. Mungkinkah saat ini Adam sedang ada masalah?
"Assalamualaikum." Suara salam Hanafi pun terdengar. Adam yang sudah menunggu temannya itu langsung bergegas untuk membukakan pintunya.
"Waalaikumsallam. Ayo masuk!"
Hanafi hanya menurut dan mengikuti langkah Adam untuk duduk di sofa.
"Apakah ada masalah sehingga kamu memintaku untuk datang ke sini?" tanya Hanafi yang sejak tadi sudah sangat penasaran dengan tujuan Adam memintanya untuk datang ke rumahnya.
"Kamu benar aku memang sedang ada masalah. Dan aku ingin meminta bantuanmu, Han. Kamu mau kan bantuin aku?"
Hanafi hanya menautkan kedua alisnya. "Bantuan apa itu?"
Adam yang sudah tidak sabar untuk mengungkapkan keinginannya langsung mengutarakannya niatnya pada Hanafi. Betapa terkejutnya pria itu saat dimintai Adam untuk membantunya. Bagaimana bisa Adam meminta Hanafi untuk mendekati adiknya yang baru saja berpisah dengan suaminya dengan alasan agar Ais bisa move on dari Azam secepatnya.
"Astaghfirullahaladzim ... Adam! Kamu nyuruh aku untuk berbohong? Enggak! Aku enggak mau. Bohong itu dosa, Dam!"
Mendengar Hanafi yang langsung menolak membuat Adam langsung membuang napas kasarnya.
"Bohong gimana sih, Han? Aku hanya memintamu untuk membantu mendekati Ais aja. Bukan untuk berpura-pura mencintainya. Tapi kalau kalian jodoh ya Alhamdulillah. Tapi nunggu Ais lulus kuliah dulu!"
Hanafi mendadak terdiam. Sungguh permintaan yang sangat berat. Bagaimana bisa Hanafi mendekati lawan jenisnya, sementara selama ini dia selalu menjaga dengan lawan jenisnya.
"Dam ... maaf aku gak bisa."
Lagi-lagi Adam menghela napas bertanya. Meskipun Hanafi terus menerus menolak, tetapi ada tetap berusaha untuk meyakinkan Hanafi agar mau membantu dirinya.
"Han ... untuk kali ini aja. Kamu gak perlu melibatkan perasaanmu. Anggap aja Ais itu adik kamu sendiri. Kamu cukup buat dia nyaman aja biar bisa melupakan Azam."
Karena tidak bisa menolak keinginan Adam, pada akhirnya Hanafi pun menyetujui keinginan Adam untuk mendekati Ais.
"Tapi setelah ini jangan paksa aku untuk menikahinya, karena aku belum siap untuk menikah."
Adam lantas menertawakan ucapan Hanafi. "Siapa juga yang akan menyuruhmu untuk langsung. Sebelum Ais lulus kuliah, aku tidak akan menerima seseorang untuk meminangnya lagi. Aku tidak mau Ais mengulangi lagi kesalahanku," papar Adam.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
ipit
gak gitu juga kali mas, untuk move on itu juga butuh proses lo....
dengan bantuan seperti itu, malah nanti Ais nya semakin ke ingat tu sama maantaan....... 🤭
2023-05-17
1
Red Velvet
Adam, gak harus didekati lelaki kalau mau Ais cepat move on. bnyak2 ikut kegiatan yg positif aja banyakin teman tp ttap hati2 jgn sampai terjerumus aja karena gak semua teman itu baik😌
2023-05-13
0
Pujiati Astuti
lanjut kak tetap semqngat ya kak 💪💪💪💪
2023-05-12
1