Rumah yang tidak terlalu besar adalah tempat bernaung Adam selama tinggal di Jakarta. Ya, karena Adam tinggal seorang diri dan hanya sebagai tempat sementara saja. Setelah menikah nanti, dia akan menggantinya dengan rumah yang baru.
Baru saja Aisyah menyelesaikan sholat Ashar, telinga Aisyah mendengar suara ketukan pintu beserta salam dari depan pintu. Karena mengingat pesan dari kakaknya, Aisyah pun merasa sedikit takut. Saat ini banyak kejahatan yang mengintai para wanita. Dan untuk berjaga-jaga, Aisyah memutuskan untuk membawa sapu saat membuka pintu.
Setelah pintu dibuka hanya punggung seorang pria yang bertubuh tegap tengah membelakanginya. Dada Aisyah berdegup dengan kencang karena merasa semakin takut. Bahkan gagang sapu tak akan mampu untuk melumpuhkan pria itu jika dia melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
Menyadari pintu telah dibuka, pria itu segera menoleh ke belakang dan langsung mengucapkan salam. Sebelumnya dia juga sudah mendapatkan kabar dari Adam jika di di rumah ada adiknya.
"Assalamu'alaikum. Maaf mengganggu. Aku hanya ingin mengembalikan beberapa buku milik Adam," ujarnya pada Aisyah.
"Waalaikumsallam. Iya, terima kasih." Aisyah langsung menerima beberapa buku yang diserahkan padanya. Cukup berat karena beberapa buku itu adalah buku yang sangat tebal.
"Kamu adiknya Adam?"
Aisyah mengangguk dengan pelan. "Iya. Tapi maaf Mas, Mas Adam belum pulang jadi aku enggak bisa menerima tamu laki-laki. Takut ada fitnah, terlebih hanya ada dua orang aja."
"Oh, tidak apa-apa. Aku paham akan hal itu. Kalau begitu aku langsung permisi ya. Takut fitnah. Assalamualaikum."
Lagi-lagi Aisyah menganggukkan kepalanya. "Iya Mas. Waalaikumsallam."
Sepeninggal pria yang tak diketahui namanya itu Aisyah langsung menutup kembali pintu rumahnya. Dia bisa bernapas dengan lega ketika teman kakaknya tidaklah seperti apa yang dia bayangkan. Dan ucapan Kakaknya tentang pria itu bisa menjaga pandangannya, memang benar adanya.
"Eh, bisa-bisanya aku gerogi? Padahal aku udah pernah punya suami." gerutu Aisyah karena saat mengingat kejadian dua menit yang telah berlalu.
***
Bagi Aisyah tinggal di rumah seorang diri itu sudah biasa. Tetapi saat harus tinggal sendiri di rumah yang baru saja ditempati rasanya sedikit takut, terlebih saat ini Aisyah tinggal di ibukota yang tingkat kejahatannya lebih tinggi dibandingkan dengan tempat tinggal sebelumnya.
Sudah hampir pukul lima sore, tetapi kakaknya belum juga pulang. Entah mengapa saat sedang menunggu kakaknya, mendadak Aisyah teringat dengan dirinya ketika sedang menunggu Azam.
Dadanya kembali berdenyut, terlebih saat Aisyah bayangkan apa yang dilakukan Azam pada istri barunya. Jika dulu setiap inci tubuhnya dia yang memiliki, tetapi saat ini tubuh itu telah dimiliki oleh orang lain.
"Astaghfirullahaladzim .... " Aisyah langsung buat istighfar ketika menyadari apa yang sedang dia pikirkan. Tak seharusnya dia memikirkan hal seperti itu karena saat ini Azam tak pantas untuk dipikirkan. Helaan napas panjang pun terdengar begitu berat.
"Kenapa harus mikirin Mas Azam, sih? Aho, Ais ... luapkan mas Azam! Dia aja enggak mikirin kamu, untuk apa kamu mikirin dia!" gerutu Aisyah dengan kesal.
Untuk saat ini bayang-bayang mantan suaminya masih sering bermunculan di dalam pikiran Aisyah. Rasa cinta yang dia milik tidak mudah lenyap begitu saja, sekalipun bibirnya mengatakan akan melupakan rasa yang ada.
Semua kisah cerita cinta dalam waktu satu tahun telah melekat dalam hati. Jikapun Aisyah ingin membuangnya, butuh sedikit waktu. Tidak mudah bagi Aisyah untuk melupakan perasaan pada Azam, sekalipun pria itu telah memilih wanita lain untuk mengandung anaknya.
Tak terasa air matanya luruh begitu saja. Hatinya terasa sesak dan sakit jika mengingat apa yang telah terjadi. Pernikahannya kandas ditengah jalan karena sang mama mertua yang sudah sangat menginginkan seorang anak.
"Tidak bisakah mama Maya menunggu sebentar saja? Aku pasti bisa memberikan anak untuk Mas Azam, tapi tidak untuk saat ini. Bahkan aku dan juga mas Azam sudah sepakat untuk menunggu hingga aku lulus, tetapi mengapa mas Azam tidak bisa memberikan pembelaan untukku? Kamu jahat mas!" Tangis Aisyah pun pecah dalam kesunyian yang ada.
"Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Kenapa?"
Entah sudah berapa lama Aisyah menangis seorang diri, hingga dia tertidur di sofa. Tepat pukul delapan malam, Adam pun pulang. Saat Adam mengucapkan salam dan tak ada jawaban dari adiknya, dia mengira jika sang adik sedang belajar di kamarnya. Namun, saat matanya mendapati sang adik tengah tertidur di sofa dia pun langsung menghela napas kasarnya.
"Ais .... " Adam coba untuk membangunkan adiknya. Adam jika adiknya baru saja menangis karena dalam keadaan tidur pun adiknya masih sesenggukan.
"Ais.... aku sudah mengatakan kepadamu lupakan Azam! Tak seharusnya kamu buang air matamu hanya untuk menangisi pria seperti dia. Aku harus mencari cara agar kamu bisa segera melupakan Azam. Apakah aku harus meminta bantuan Hanaf?" ucap Adam dengan helaan napas beratnya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
ipit
melupakan kenangan indah dimasa lalu itu gak gampang lo mas Adaaaaam,,mas gak pernah ngerasain sih gimana makan duren.... 🤭😁.dengan berlalunya waktu Aisyah pasti bisa melupakannya mas...
2023-05-09
1
Pujiati Astuti
semoga kak Adam bisa membantu Aisyah untuk melupakan Azam, ngak papa lah minta bantuan Hanif asalkan dia baik orangnya dan sholeh,,,,
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪
2023-05-08
1
ningrum aish
harus sabar mas Adam..Ais jg masih berusaha utk melupakan Azam😭😭
2023-05-08
2