Berada dalam satu mobil dengan orang asing membuat suasana terasa semakin canggung terlebih keduanya sama-sama tidak saling mengenal.
Ais tidak menyangka jika teman kakaknya yang akan mengantarkan dirinya adalah orang kemarin ke rumah untuk mengembalikan buku milik kakaknya.
Tak ada satupun percakapan di antara keduanya, karena Ais memilih untuk membisu sedangkan Hanafi memilih untuk menjaga pandangannya. Hingga mobil yang dikendarai oleh Hanafi telah sampai di depan sebuah universitas ternama di kotanya.
Mau tidak mau Ais harus mengucapkan kata terima kasih karena telah diantar sampai ke kampusnya.
"Mas Hanaf, terima kasih sudah mengantarkan Ais ke kampus. Maaf jika Ais udah merepotkan Mas Hanaf," ujar Ais sebelum turun dari mobil.
"Ah, gak papa. Kebetulan aku juga ngajar di dekat kampus sini. Ya udah ... " Hanaf seolah mengisyaratkan agar air segera turun dari mobilnya. Jujur ini adalah kali pertama mobil milik Hanafi ditumpangi oleh seorang wanita. karena memang selama ini Hanafi sangat membatasi pertemanan.
"Iya, Ais keluar. Assalamualaikum." Ais pun seolah juga mengetahui maksud dari ucapan Hanafi.
"Iya. Walaikumsalam."
Selepas kepergian Ais, Hanafi mencoba untuk mengelus dadanya seraya membuang nafas sesak yang sejak tadi tertahan didalam dada. Degup jantung yang tak beraturan membuatnya harus menetralkan terlebih dahulu sebelum dia melajukan mobilnya kembali.
"Astaghfirullahaladzim... perasaan apa ini? Apakah seperti ini rasanya saat berdekatan dengan seorang wanita? Hanaf ... sadar, Ais itu adiknya Adam otomatis dia akan menjadi adikmu juga." Sebisa mungkin Hanafi mencoba untuk menipis perasaannya. Dan setelah merasa perasaannya sudah tenang Hanafi pun langsung melajukan kembali perjalanannya untuk ke sekolah di mana tempat dia mengajar.
Selain menjadi seorang guru ngaji, Hanafi juga seorang guru di salah satu sekolah menengah atas. Hanafi yang terlahir dari keluarga paham agama selalu mengajarkan kepadanya untuk selalu menjaga pandangannya kepada lawan jenis. Bahkan keluarganya pernah Hanafi untuk berpacaran. Jika Hanafi memang sudah merasa cocok dengan pilihannya, keluarganya menyarankan agar Hanafi langsung menikahinya saja. Karena tidak baik jika ke mana-mana Hanafi bersama dengan seorang wanita tetapi pada akhirnya putus di tengah jalan. Dan itu hanya akan mempermalukan keluarganya saja.
Disisi lain Ais yang sedang berjalan tiba-tiba dihadang oleh empat orang mahasiswa. Ais ingat betul jika ketiganya dari orang yang menghadangnya satu jurusan dengannya. Namun, Ais tidak mengenali satu diantara mereka.
"Assalamualaikum neng geulis?" sapa Arul dengan penuh percaya diri.
"Kamu pasti mau masuk ke kelas ya? Sama, kita juga mau ke kelas. Bareng yuk!" sahut Dimas.
Mata Huda yang terus memperhatikan sosok Ais hanya diam tanpa kata. Memang wanita itu cantik, tetapi masih cantik istrinya yang ada di rumah.
"Udah ah, ngapain gangguin anak baru? Masuk sendiri sana!" Karena saat ini Huda sedang ingin insaf, dia mencoba untuk tidak mudah tertarik dengan wanita cantik yang dia temui.
"Lo napa jadi sewot sih, Hud? Mentang-mentang di rumah udah punya, terus lo gak ngasih kita kesempatan untuk mendekati cewek?" Kini giliran Mail yang mengeluarkan pendapatnya.
Karena keempat pria yang sedang menghadangnya tengah sibuk dengan perdebatannya sendiri, Ais memilih untuk meninggalkan mereka dengan gelengan kepala. " Dasar," geretu Ais.
"Bukan gitu maksud gue. Dia itu anak baru, gimana kalau dia takut terus dia trauma dan ujung-ujungnya dia out dari kampus kita dengan alasan karena sering digangguin. Itu sama aja mencoreng nama baik kampus kita. Masa gitu aja gak ngerti kalian?"
Ketiga teman Huda hanya bisa menautkan alisnya sat Huda tiba-tiba peduli dengan nama baik kampus sedangkan dia saja sering bolos saat ada mata kuliah yang tidak disukainya.
Arul pun segera berjalan mendekat ke Huda dan langsung meletakkan telapak tangan di kening Huda. "Gak panas kok," ujarnya. "Sejak kapan Lo peduli dengan nama baik kampus kita sedangkan Lo sendiri aja masih sering bolos. Apakah Lo udah di ruqyah sama Mbak Husna?" celetuknya lagi.
Dimas dan Mail pun juga saling berpandangan dan detik kemudian mereka mengembangkan senyum di bibir secara bersamaan.
"Hud ... lo gak lagi dimabuk cinta kan? Apakah lo bener-bener udah jatuh cinta sama mbak Husna? Wah... ini gila! Kemarin mulut lo bilang gak suka, tapi sekarang lo klepek-klepek juga kan? Dimas ... kayaknya lo gak punya harapan untuk menantikan jandanya mbak Husna deh!" komentar Mail seraya meledak Dimas.
"Gak apa-apa, gak dapat Mbak Husna, kan masih ada Neng Ais. Karena Huda udah sold out, gimana kalau kali ini giliran kita bertiga untuk mempertaruhkan neng geulis itu. Yang kalah bayarin makan siang selama satu bulan, gimana?" tawar Arul dengan tiba-tiba.
"Wah ... ide keren itu. Gue sih setuju aja. Lo gimana Dim?"
"Meskipun hati gue masih menginginkan mbak Husna, tapi nggak ada salahnya kalau gue terima tawaran Arul. Siapa tau gue menang dan bisa melupakan mbak Husna. Tapi kalau sejengkal aja Huda nyakitin mbak Husna, gue tetap bakalan maju untuk melawan Huda."
...***...
Udah baca cerita Huda? Yang belum baca, cus mampir gih ke Novel dengan Judul Menikahi Calon Ipar by teh ijo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
ipit
kenapa mas hanaf....., jantung nyue....berdebaaaar...... yeaaaaa
hmmmm kayaknya ada yang lagi bapeer nih.... 🤭
2023-05-17
0
ningrum aish
lanjut Thor..
tambah penasaran dengan jodoh Ais nnt
2023-05-11
2
Red Velvet
Gak ada yg tau bahwa sebenarnya Ais adalah janda muda, tp zaman sekarang mending jd janda jelas udh pernah bersuami daripda sttus masih lajang tp udh kebobolan😬😬
2023-05-11
0