Dilema Ditinggal Nikah
Perempuan berambut panjang itu sedang duduk di depan cermin sambil merias wajahnya sedemikian rupa supaya terlihat lebih cantik. Polesan demi polesan make up dia aplikasikan di area wajah sesuai pada tempatnya. Mulai dari moisturizer, poundation, countor, shading, bedak tabur, eyes shadow, lipstik, pensil alis, mascara dan terakhir disemprotkan face mist guna mengunci make up supaya tidak mudah luntur. Dia tampak sangat pandai, padahal aslinya dia baru saja belajar dari media sosial sedari masih berada di kantor tadi siang.
"Huh, lumayan juga ya make up begini. Kaku banget tanganku pas waktu mengaplikasikannya. Untungnya berhasil." Dia mendekatkan wajahnya lagi ke cermin. "Emang kelihatan beda banget sih," pungkasnya kemudian memundurkan wajahnya kembali.
Tanpa terasa sudah satu jam dia di depan meja rias. Sebab dia ingin penampilannya malam ini harus sesempurna mungkin. Dalam hatinya berdoa, semoga apa yang dia harapkan selama ini bisa segera terwujud.
Namanya, Nila Anastasya. Perempuan berusia genap 26 tahun itu akan berkencan bersama kekasih yang sudah delapan tahun bersama dengannya. Lelaki yang mampu membuatnya bertahan selama ini adalah Bayu Guntara.
.
.
.
.
Nila kemudian berdiri untuk melihat keseluruhan tampilannya di depan cermin dari ujung kepala hingga kaki. Kedua sudut bibirnya terus mengembang, tersenyum dengan penuh kekaguman.
"Ternyata aku cantik juga ya pakai dress kayak gini. Aku yakin, Bayu pasti suka!" ucap Nila dengan percaya diri.
Dia kemudian berjalan menghampiri tas yang sebelumnya diletakkan di atas tempat tidur. Setelah itu diraih dan dikaitkan pada bahunya. Tak lupa juga ponsel yang ada disebelah tasnya tadi dibawa dan di masukkan ke dalam tas. Nila berjalan keluar dari kamarnya.
"Rapi banget Kak, jadi kencan sama cowok Kakak? Orangnya juga belum datang," kata Lativa, adik perempuan Nila satu-satunya.
"Masa sih? Kirain Kakak tadi itu suara mobilnya Bayu!" tukas Nila sambil mengerutkan kedua alisnya dan menatap sang adik tidak percaya.
"Silahkan, lihat aja langsung di depan rumah. Gak ada siapa-siapa dari tadi. Perasaan Kakak aja kali!" Lativa merasa kesal karena kakaknya tidak mempercayainya. Ia pun memilih pergi dari hadapan Nila.
Sementara itu, Nila hanya menghela napas panjang sambil memutar malas bola matanya, lalu membuka layar ponsel untuk menghubungi Bayu kembali. Pasalnya sebelum Nila merias wajah, ia sempat menghubungi lelaki itu untuk menanyakan kepastian acara malam ini. Sebab tepat di hari ini adalah hari jadian mereka yang kedelapan tahun dan Nila tidak mau acaranya dibatalkan begitu saja.
Berkali-kali Nila menghubungi Bayu tetap tidak ada jawaban.
"Bayu, kemana sih kamu? Kenapa tiba-tiba susah dihubungi gini?" Nila menggerutu. Ia mulai kesal. Tidak biasanya Bayu tiba-tiba menghilang seperti ini.
Pada akhirnya perempuan itu pergi ke ruang tamu guna mencari tempat duduk, karena tumitnya mulai terasa sakit jika terus berdiri menggunakan heels setinggi tujuh centimeters. Dengan perasaan yang masih kesal, karena Bayu tetap sulit sekali di hubungi, Nila membuka panggilan terakhir yang dihubungi olehnya lalu mulai memanggil lelaki itu lagi.
Sampai setengah jam lamanya, Bayu tetap tidak menjawab telepon darinya. Bahkan tidak ada tanda-tanda kedatangan lelaki itu di depan rumahnya. Nila hampir putus asa, perasaannya mendadak gundah gulana karena acara malam ini kemungkinan besar bisa gagal total, kalau Bayu tidak menjawab panggillannya.
"Masa iya Bayu ingkar janji sih? Padahal rencana anniversary ini udah dari tiga bulan yang lalu. Kemana sih sebenernya si Bayu? Malah udah makin malam," keluh Nila bermonolog.
Ia pun menaruh ponselnya ke atas meja, lalu melepas heels yang dipakainya satu persatu. Benar saja, tumitnya memerah dan terasa perih karena ada kulit yang sedikit mengelupas.
"Kayaknya ini gara-gara tergoda diskon di mall deh. Heels murah tapi bikin lecet tumit!" gerutu Nila merasa menyesal. Namun ia tidak langsung berdiri ataupun pergi dari sana, melainkan mencoba menghubungi Bayu lagi.
"Ih! Bayu angkat dong! Tidur kali ya ini anak!" ujar Nila semakin geram. Ia memijat keningnya lalu mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi.
Ditengah perasaan kesal, tiba-tiba ada sebuah notifikasi pesan masuk. Nila menegakkan tubuhnya lagi kemudian meraih ponselnya yang sempat ditaruh ke atas meja tadi. Mata Nila seketika membulat dengan sempurna ketika melihat nama yang tertera pada pengirim pesan itu. Bayu, lelaki yang sejak tadi Nila panggil tapi tak kunjung ada jawaban.
Dengan perasaan yang semakin risau, Nila membukanya.
"Nila, kita harus putus. Lusa, aku akan menikah dengan perempuan lain. Terima kasih atas delapan tahun yang telah dilalui bersamaku dari nol hingga aku bisa sukses seperti sekarang ini."
Begitulah isi pesan dari Bayu. Perempuan berambut panjang itu terdiam beberapa saat. Entah kenapa Nila mendadak seperti orang bodoh. Batinnya reflek menolak keras!
"Aku salah apa? Kok jadi begini sih? Siapa perempuan yang dimaksud Bayu?" Nila bertanya-tanya dengan tatapan kosong. Ia masih tidak percaya dan menganggap Bayu itu hanya sebuah candaan.
Karena kesabarannya sudah semakin setipis tisu, Nila pun menelepon Bayu untuk memastikan. Cukup lama berdering, akhirnya di jawab oleh lelaki itu.
"Hallo, Nila ... "
Suara Bayu yang tiba-tiba mengubah panggilan kesayangan itu, membuat hati Nila semakin ketar-ketir. Bisa-bisanya dia menyebut nama, karena biasanya lelaki itu selalu menyebut Nila dengan panggilan Bebeb. Tidak ingin terlalu cepat mengambil kesimpulan, Nila pun segera menepis dan mencoba tidak mempersalahkan hal itu. Bayu masih tetap menjadi lelaki yang Nila cintai sampai detik ini.
"Beb, kamu dimana? Acara kita malam ini jadi 'kan?" tanya Nila mencoba bersuara biasa saja. Berharap mendapat jawaban 'aku berangkat sekarang, tungguin aku ya!' , walaupun saat ini ia begitu pesimis.
"Maaf Nila ... Apa kamu belum paham tentang isi pesanku tadi? Mulai sekarang, kita gak ada hubungan apa-apa lagi. Kita putus."
Bayu terdengar sangat yakin sekali dengan keputusannya. Seketika bibir Nila bergetar dan bergerak seperti ingin mengutarakan sesuatu, tapi rasanya sulit sekali. Sebelah tangannya refleks menyentuh bibir dan air matanya pun jatuh menetes tanpa permisi. Tidak biasanya Nila selemah ini hanya karena diputuskan hubungannya oleh laki-laki yang sudah menemaninya selama ini.
"Tap-tapi ... Aku salah apa?" lirih Nila masih belum percaya. "Apa hubungan kita ada masalah? Aku salah apa Beb? Bilang sama aku!" ujarnya. Sebab baginya Bayu telah menggores hatinya sangat dalam.
"Maaf Nila, ini bukan salahmu. Hubungan kita sama sekali sangat baik selama ini. Hanya saja ... Aku yang salah."
"Kenapa? Selama ini kamu selingkuh di belakangku? Siapa perempuan yang mau jadi selingkuhan kamu? Siapa?!" Nila semakin menekan. Namun suaranya sebisa mungkin ditahan olehnya supaya ibu dan adiknya tidak sampai mendengarnya. "Jawab Bayu-"
" ......... " Telepon langsung terputus begitu saja. Emosi Nila semakin tak tertahankan. Rasanya ia ingin meluapkannya saat ini juga. Ia pun langsung beranjak dari tempat duduknya kemudian berlari menuju kamar. Rasa sakit pada tumitnya itu tidak seberapa dengan rasa sakit pada hatinya.
BRAK! Pintu kamar ditutup sangat kencang. Lativa dan ibunya yang sedang berada di dapur sangat terkejut.
"Tiv, siapa yang nutup pintu? Kencang sekali!" pekik ibunya. Dia menoleh ke arah Lativa yang berada di sampingnya.
"Sebentar Bu, Tiva lihat dulu ya." Lativa keluar dari dapur lalu pergi ke depan. Karena setahunya Nila yang tadi keluar dari kamar dan hendak pergi. Saat berada di ruang tamu, Lativa terkejut melihat sepasang heels milik Nila ada di sana. "Loh, ini bukannya punya Kak Nila ya?" gumamnya.
Lativa pun punya inisiatif untuk pergi ke kamar Nila, guna memastikan kalau kakaknya itu benar masih ada di rumah.
TOK TOK TOK. "Kak ... Kakak ada di dalam?" tanya Lativa.
Sementara di dalam kamar, Nila merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap di atas kasur sambil menenggelamkan wajahnya ke bantal. Perempuan itu sedang meluapkan emosi dan kesedihannya, tapi tidak ingin didengar oleh siapapun dari luar kamar.
"Lo jahat Bay! Lo udah duain gue! Kenapa lo malah nikah sama orang lain? Padahal delapan tahun hubungan kita, gue yang berharap banget bisa nikah sama lo! Jahat banget!" omel Nila ditengah tangisannya.
Riasan pada wajahnya sudah basah dan mulai terhapus serta menempel pada sprei yang membungkus bantal. Nila tidak peduli bagaimana bentu riasan wajahnya setelah ini. Sebab yang ia rasakan hanya kecewa dan seakan tidak ada harapan hidup lagi. Selama ini, separuh waktunya hanya untuk Bayu. Nila sangat mencintai lelaki itu.
Tiba-tiba suara notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya. Nila mengangkat wajahnya lalu mencari keberadaan ponsel miliknya. Tak lama kemudian, ia pun menemukannya. Dengan rasa penasaran, Nila membuka pesan itu. Ternyata dari Bayu lagi, tapi lelaki itu tidak mengirimkan kata-kata lagi melainkan sebuah gambar kartu undangan pernikahan pada Nila.
"Ternyata bener, selama ini gue jagain jodoh orang!" Nila membenamkan kembali wajahnya ke bantal. Ia melanjutkan tangisanya sampai terguguk dan menghiraukan Lativa yang masih terus mengetuk pintu kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
LENY
Terlalu Bayu ayo Nila bangkit pria spt itu gak layak dipertahankan
2024-03-07
2
Uthie
seruu niii... mampir saya 👍👍👍
2023-10-30
4
Putri Minwa
semangat untuk mu thor
2023-09-11
1