Nila mengangkat kedua bahunya, "Entah, yang jelas nikmatin hidup aja dulu. Kakak masih butuh waktu buat pulihin semuanya," jawabnya seraya mengembuskan napas panjang, menatap jalan yang ia lalui di depan mata.
"Semangar ya Kak!" seru Lativa lalu mengangkat sebelah tangannya dengan telapak yang dikepalkan.
Tak terasa mereka pun tiba di rumah tepat pukul delapan malam. Keduanya bergotong royong membawa hasil belanjaan dari pelepas penat seharian ini. Karena cukup merasa lelah, Nila memilih pergi ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian setelah menaruh belanjaannya di atas meja makan.
"Nila nanti jangan lekas tidur ya, makan malam dulu sama kami!" seru ibu dari ruang tamu. Sedangkan Nila menyahut dari ruang keluarga dan hendak berbelok ke kamarnya.
"Iya Bu!"
Beberapa menit setelah mandi dan berganti pakaian, Nila dan Lativa berkumpul bersama kedua orang tuanya di meja makan. Hidangan lauk pauk yang tersedia di atasnya sangat menggugah selera makan malam mereka berempat.
Nila maupun Lativa memang sengaja tidak makan lagi saat mau pulang, sebab jika itu terjadi ibunya akan sedih dan makanan hasil masakannya pun bisa tersisa banyak.
Selepas makan malam, Nila membantu ibunya membereskan meja makan. Sedangkan Lativa nonton pertandingan sepak bola bersama ayahnya di ruang keluarga.
"Bu, tadi sewaktu di klinik Nila ketemu Bayu," ucap perempuan berambut panjang itu ketika sedang mencuci piring kotor.
"Terus kamu nanya gak sama dia, kenapa bisa mutusin kamu gitu aja?" Ibunya mulai penasaran.
Nila menggelengkan kepalanya seraya menaruh piring yang masih basah ke atas rak pengering. "Tadi sewaktu Nila mau bayar, ternyata Bayu ke sana mau jemput calon istrinya. Terus malah dikenalin ke Nila," jawabnya dengan rasa kesal yang tersisa dihatinya.
"Astaga. Jahat sekali dia! Tapi habis itu gimana?" Ibunya ikutan mendongkol.
"Lativa langsung narik tangan aku keluar dari sana. Habis itu aku nangis. Soalnya di klinik itu lumayan ramai Bu. Nila gak mau jadi pusat perhatian mereka," jelas Nila lalu mengempaskan napas kasar.
"Ya udah mending sekarang kamu istirahat ya. Jangan terlalu memikirkan laki-laki macam dia! Ibu gak rela kalau sampai anak Ibu ini terjadi sesuatu yang gak diharapkan karena dia. Bisa Ibu tuntut nanti dia, kalau bisa keluarganya!" ujar ibunya sangat geram.
"Ibu tenang aja. Kewarasan Nila masih stabil kok, walaupun Nila masih gak terima. Tapi Nila berusaha buat lupain dia dan fokus nyari uang buat bahagiain Ibu sama ayah, Tiva dan Nila sendiri." Nila kemudian tersenyum getir.
"Walaupun kamu kelihatan baik-baik aja, tapi tetap aja Ibu itu sangat khawatir ... Omong-omong selama kamu sama dia, apa sekalipun gak pernah diajak ke rumah orang tuanya?" Ibunya pun bertanya kembali.
"Belum pernah. Soalnya tahun pertama sampai kelima itu Nila kan long distance sama dia. Terus Nila juga masih SMA habis itu kuliah. Nah baru-baru ketemu pun hampir tiga tahun terakhir dan itu jarang banget, Bu. Paling sering ya komunikasi lewat chatting atau gak video call."
Sang ibu menghela napas panjang. "Kamu cinta banget ya sama dia?"
Nila menatap ibunya sedikit ragu. "Iya ... Bu."
"Hah!" Ibunya mengempaskan napas kasar. "Sebentar lagi dia bakal jadi milik orang lain. Saran Ibu lebih baik perlahan hilangkan perasaanmu untuknya. Meskipun kamu dikecewain sama dia, jangan sampai kamu jadi orang ketiga dan menghancurkan rumah tangganya. Karena setelah menikah hubungan suami istri itu berbeda dari hanya seorang kekasih."
Nila terdiam seribu bahasa ketika mendapat masukan dari ibunya. Akal sehatnya masih berproses. Tidak mudah bagi Nila melakukan itu, kalau dari awal menghilangkan perasaan kepada orang yang sudah dicintai sejak lama itu mudah. Pasti saat Bayu bilang putus, sudah Nila lakukan.
"Bu, Nila pergi ke kamar dulu ya. Ngantuk, mau tidur," pamit Nila pada ibunya.
"Ya udah, sana istirahat. Jangan lupa besok bangun pagi ya, temani Ibu ke pasar!"
"Iya, Bu."
.
.
.
.
Besoknya, pukul lima pagi. Nila terbangun karena suara ketukan pintu kamarnya.
"Nila, udah bangun belum?"
Ia tersadar kalau suara itu adalah suara ibunya, langsung menggeliat dan bangun dari tempat tidur. Dengan mata yang masih setengah terbuka, Nila membuka pintunya.
"Ada apa Bu?" tanyanya lalu menguap.
"Mandi sana, Ibu tunggu di ruang tamu. Gak pakai lama ya!" perintah ibunya lalu perempuan paruh baya itu berbalik badan dan pergi dari hadapannya.
"Hah? Emangnya mau kemana Bu? Masih pagi bukannya?" teriak Nila.
Tiba-tiba Lativa muncul dan sudah berpakaian rapi.
"Kamu mau kemana Tiv? Masih pagi kok udah pada rapi aja sih, ini kan hari Minggu!" protes Nila.
"Mau ikut Ibu ke pasar. Kan semalam Ibu udah janji mau ke pasar pagi ini. Apalagi hari minggu, pasti di sana banyak jajanan sama makanan yang enak-enak plus murah meriah. Buruan Kak mandi! Nanti kita kesiangan. Ayah juga ikut!" Lativa kemudian menyusul ibunya ke ruang tamu.
Hal itu membuat Nila melongo lalu mengacak rambutnya dan masuk kembali ke dalam kamar. Mandi pagi kali ini ekstra cepat, Nila menyelesaikannya tidak sampai sepuluh menit. Setelan hoodie panjang warna abu-abu serta topi warna senada dipadukan dengan sepatu lari menjadi pilihannya pergi ke pasar.
"Nila kamu gak salah pergi ke pasar pakai pakaian kayak gini?" tanya ayahnya setelah menelisik anak sulungnya dari ujung kepala hingga kaki.
"Nila gak ikut ke pasar Yah. Nila mau lari pagi di teman yang gak jauh dari pasar," jawab perempuan itu dengan santainya.
"Sendirian?" tanya sang ibu memastikan dan Nila pun mengangguk. "Tiva temani kakakmu ya?" Pertanyaan itu tertuju pada anak bungsunya.
"Maaf Bu, kali ini Tiva gak bisa temani kakak. Tujuan Tiva ke pasar kan mau cari makanan enak," jawab Lativa menolak secara halus.
Sang ibu berdecak. "Ayolah Tiv, lumayan biar berat badanmu normal. Tuh lihat sekarang udah melampaui berat badan kakakmu loh!"
"Ayah ... Tiva gak mau." Lativa merengek mengadu pada ayahnya.
"Udah Bu, biarin aja. Mereka kan udah pada besar. Mungkin Nila juga lagi pengen menikmati waktunya sendiri," sanggah ayah.
"Iya Bu. Benar kata ayah. Nila gak apa-apa kok. Kasihan juga anak bontot Ibu nanti ngebatin gara-gara gak ketemu jajanan enak," timpal Nila sambil meledek adiknya.
"Ya udah daripada kelamaan berdiskusi lebih baik kita berangkat sekarang, yuk! Sini Nila kunci mobilnya, biar Ayah yang nyetir," ajak sang ayah lalu semuanya pun bergegas keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.
...----------------...
Waktu yang sama, di tempat berbeda. Bayu tengah bersiap untuk acara pernikahannya bersama Winda di salah satu hotel bintang lima kawasan kota metropolitan. Dia maupun Ibunya tengah ditangani oleh MUA terkenal di kalangan public figure usulan orang tuanya Winda.
Selain seorang model, Winda juga sedang merambah karirnya menjadi seorang aktris bintang film. Namun sayangnya, pernikahannya kali ini bersama Bayu ditutup rapat-rapat dari ranah publik. Hal itu dikarenakan permintaan Bayu sendiri.
Meski awalnya sempat jadi perdebatan besar diantara kedua belah pihak, akhirnya permintaan Bayu pun diterima. Mengingat posisi Bayu saat ini baru saja naik daun. Lelaki itu baru merasakan karirnya berada di puncak, tapi separuh jiwanya hilang karena telah berhasil mengempaskan perempuan yang telah menemaninya sedari nol.
"Bayu, kamu udah selesai?" tanya sang ibu berdiri di ambang pintu kamar anak semata wayangnya itu.
"Udah Ma. Kita berangkat sekarang?"
Ibunya mengangguk lalu pergi dari rumah menuju tempat acara.
...****************...
Pernikahan itu hanya dihadiri oleh keluarga inti saja. Keluarga dari kedua belah pihak pun tidak banyak yang hadir. Karena setelah acara pernikahan itu hanya berlangsung dua jam lamanya.
Sampai di ballroom hotel, tak lama berselang Bayu serta keluarganya datang, acara pun dimulai. Prosesi pengesahan pun berjalan lancar dan hikmat. Raut-raut wajah penuh kebahagianlan pun begitu jelas terlihat dari semua orang yang hadir.
Setelah pengesahan berakhir, tibalah waktu santai untuk mereka. Bayu dan Winda duduk dalam pelaminan bak raja serta ratu sehari. Keduanya tampak cantik dan juga tampan.
"Bayu apa kamu ingin makan?" tanya Winda dengan lemah lembut.
"Gak Win, terima kasih."
Winda pun tidak banyak bicara lagi. Hingga waktu acara telah usai, semuanya saling bergantian untuk bersua foto bersama kedua mempelai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Putri Minwa
jangan lupa mampir di novel kk ya
2023-09-11
1
Elisabeth Ratna Susanti
mantap banget 😍
2023-09-11
1