Setelah banyak bercerita di sepanjang perjalanan menuju apartemen, membuat jarak yang ditempuh cukup jauhnya tidak terasa bagi mereka.
Ketiga orang itu turun dari mobil. Sedangkan Tono langsung kembali ke basemen apartemen untuk menaruh mobil lalu pulang ke rumahnya. Kebetulan memang Tono adalah warga asli Palembang dan sudah berkeluarga. Jadi untuk mengantar jemput Fatan dan Nila setiap hari pun tidak masalah.
"Bunda, Pak Fatan ... Saya masuk duluan ya. Soalnya udah ada janji sama sekertaris kantor pusat buat sharing," kata Nila saat mereka sudah berada di depan unit apartemen masing-masing.
"Iya silahkan," jawab Lalisa dengan senyum yang sedari tadi tidak luntur walau hanya sekadar menatap Nila. Sedangkan Fatan bersikap biasa saja dan hanya sebuah anggukkan kepala sebagai jawaban darinya.
Tak lama Nila masuk, Fatan dan bunda-nya pun masuk ke dalam.
"Fatan, kamu gak ada rasa tertarik gitu sama sekertaris barumu itu?" tanya Lalisa. Ia duduk di sofa sambil menaikkan kedua kakinya lalu merebahkan tubuhnya. Tampak sangat nyaman sekali.
"Biasa aja sih. Ya, Fatan tertarik. Karena memang seorang sekertaris itu harus berpenampilan menarik," jawab Fatan sesuai logikanya. Namun jawabannya itu sama sekali tidak membuat Lalisa puas, justru perempuan satu itu malah menjadi kesal.
"Bukan itu maksud Bunda, Fatan ... " Lalisa mendengus. "Nila itukan cantik, sopan, kelihatannya dia anak baik-baik. Masa kamu gak jatuh hati sama dia sih?"
"Itu menurut pandangan Bunda. Kalau aku sih sebagai laki-laki lebih ke arah logika. Mungkin dia seperti itu ya memang karena pekerjaan aja. Menjunjung tinggi profesionalitas kerja." Fatan masih bersikukuh dengan apa yang diyakininya.
Lalisa hanya menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya sangat panjang. Sementara Fatan masuk ke dalam kamar, tak lama kemudian keluar sudah mengganti pakaiannya menggunakan kaos oblong dan celana pendek berbahan jersey. Laki-laki itu duduk tak jauh dari sang bunda sambil mengambil remot kemudian menyalakan televisi.
"Bun, Fatan sama Nila itu baru ketemu dua hari. Lagi pula yang Fatan tangkap dari dia itu, orangnya ngambekan. Fatan gak suka!" sambung laki-laki itu.
"Ck!" Lalisa berdecih. "Dia ngambek karena kamu bikin ulah kali!" Perempuan itu menepis pemikiran buruk yang dilontarkan anaknya.
"Bunda kok malah belain dia terus sih? Bunda suka ya sama Nila?" Kali ini Fatan merajuk. Wajahnya ditekuk seperti kertas lecak.
"Jelaslah Bunda suka sama dia! Bukannya Bunda belain Nila, tapi biasanya perempuan itu ngambek pasti ada yang bikin dia kesal. Kan ada pribahasa kalau ada asap pasti ada api."
"Baiklah, iya iya Fatan yang salah. Perempuan memang sama aja. Gak ada yang mau ngalah apalaho disalahin. Nasib bener jadi laki-laki dikelilingi perempuan begini," celetuk Fatan yang membuat sang bunda seketika melempar bantal sofa ke arahnya.
"Makanya jatuh cinta! Umur kamu tahun ini tuh udah tiga puluh tahun. Masih betah menjomblo? Kapan kasih menantu dan cucu ke Bunda sama ayah?" cecar Lalisa yang sudah merasa geram.
"Bunda, karirku aja baru dimulai udah nyuruh jatuh cinta sama perempuan. Mau dikasih fasilitas apa nanti istri sama anak-anak Fatan, Nda? Bukannya Fatan gak mau jatuh cinta, selama ini ... Fatan cuma menghindari aja. Takut cuma jagain jodoh orang," jelas laki-laki itu. Ternyata Fatan punya taraf ukur sendiri soal jodoh. Meskipun hasil akhir ada ditangan Tuhan, setidaknya ia ingin memberikan serta menjadi yang terbaik untuk keluarga kecilnya nanti.
Sebagaimana pada kenyataannya. Lalisa adalah istri ketiga sang ayah. Bahkan pernikahan kedua orang tuanya itu baru diresmikan beberapa tahun terakhir ini setelah istri pertama sang ayah sakit-sakitan dan istri kedua mendadak lumpuh seusai mengalami keguguran. Lantas hanya Lalisa lah yang masih cantik dan segar bugar.
Bukan hanya perkara cantik di wajah Lalisa. Namun hatinya juga. Perempuan setengah abad itu dengan besar hati memaafkan perilaku kedua istri suaminya atas perlakuan mereka selama ini kepadanya. Lalisa bahkan sering menjenguk mereka walau hanya bertegur sapa.
Dibalik perlakuan tidak mengenakan dari kedua istri suaminya, itu karena disebabkan Lalisa yang saat itu sebagai pengantar catering sang suami mengalami insiden cinta satu malam. Tak disangka dari kejadian itu Lalisa tidak langsung hamil, barulah setelah pernikahan sembunyi-sembunyi Lalisa hamil anak yang sekarang sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa.
Dibalik sifat manja Fatan pada sang bunda, namun ia bisa menjadi sosok laki-laki yang teguh pada prinsipnya sendiri.
Setelah perdebatan panjang, Lalisa memilih mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya. Sementara Fatan masih asik merebahkan tubuhnya di sofa sambil menonton televisi.
.
.
.
.
Pukul 9 malam, Nila baru saja selesai sharing dengan Vanka, sekertaris di kantor pusat. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas seraya menarik napas sangat dalam lalu menurunkan tangan seraya mengembuskan napas panjang.
Hal itu cukup membuat tubuhnya merasa lebih relaks dan rasa lelahnya pun perlahan hilang. Akan tetapi, tiba-tiba saja Nila merasa lapar. Ia pun membuka aplikasi delivery online untuk membeli makanan.
Sesaat setelah Nila berhasil memesan, pintu apartemennya ada yang mengetuk. Nila yang sedang bersantai di kursi kamar langsung beranjak dan bergegas melihat siapa yang melakukan itu.
Ketika diintip melalui celah kecil yang terdapat pada pintu dan hanya bisa dilihat dari dalam, ternyata Fatan. Nila pun membuka pintunya.
"Pak Fatan ... Ada apa ya ?" tanya perempuan itu yang hanya menggunakan piyama tidur model kimono bermotif abstrak dan rambut yang sengaja digulung asal.
Seketika Fatan terpana, apalagi saat ini Nila tidak menggunakan riasan make up sama sekali. Tanpa sadar lelaki itu sampai tidak mengedipkan mata.
Namun sedetik kemudian Fatan tersadar. "Oh. Um, Nila ... Saya mau ajak kamu keluar beli makan, mau?" Tak disangka lelaki itu malah mengajaknya pergi.
Nila langsung menunjukkan raut wajah sedih. "Maaf ya Pak Fatan ... Saya udah terlanjur pesan makanan lewat delivery online. Lagi pula saya lagi malas keluar, kepingin istirahat." Ia menolak dengan alasan yang memang apa adanya.
"Oh gitu ya. Padahal tadi bunda yang awalnya mau ajak kamu. Tapi ya udah deh next time ya!" kata Fatan seraya mengusap tengkuk leher. Laki-laki itu salah tingkah.
"Iya, Pak. Okay. Maaf ya sekali lagi," sahut Nila merasa tidak enak hati.
"Gak apa-apa kok. Kalau gitu saya balik ya." Fatan pun pamit.
Nila menganggukkan kepala dan menunggu Fatan benar-benar masuk ke dalam unitnya, kemudian barulah ia masuk kembali untuk menunggu makanannya tiba.
Setengah jam kemudian, makanan pun tiba. Tak ingin menunggu lama, makanan itupun habis sampai tak tersisa.
Nila tidak langsung masuk ke dalam kamarnya, melainkan bersantai terlebih dahulu menikmati waktu senggangnya kali ini.
Tepat pukul setengah 11 malam, barulah Nila pergi tidur.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Nur Nuy
cie baru sadar nila cantik
2023-05-14
1