"Semalam Kakak kenapa? Gak jadi ya jalan sama cowok Kakak?" tanya Lativa sangat hati-hati.
"Hmm!"
"Oh ... Lagi berantem ya?"
"Hmm!"
Lativa pun mengangguk paham, setelah itu ia tidak bertanya lagi. Karena jika terus dilanjutkan, maka bendera perang pun akan dikibarkan oleh sang kakak.
"Oh iya Kak tahu gak? Di sekolah nih ya, banyak banget siswi yang perawatan ke klinik kecantikan gitu. Mukanya mulus-mulus banget, licin kayak perosotan TK. Emangnya kalau perawatan ke klinik tuh sakit gak sih Kak? Ada yang bilang pakai jarum, dimasukin benang, disetrum. Ih ngeri."
Mendengar cerita adiknya, Nila tersenyum tipis.
"Ya emang ada juga yang begitu. Tapi kan tergantung perawatan apa yang dipilih. Saran Kakak sih kamu jangan ikut-ikutan mereka, muka kamu masih bagus, bersih dan sehat. Walaupun warna kulit gak sampai putih, setidaknya kulit yang sehat jauh lebih baik," kata Nila yang akhirnya mulai bisa diajak bicara dengan baik-baik.
"Oh gitu, emang kalau efek samping perawatan wajah begitu ada gak Kak?"
"Pasti ada, tergantung kesensitifan kulit masing-masing. Beruntung kalau cocok, efek sampingnya gak begitu kelihatan. Nah kalau gak cocok bisa jadi timbul jerawatan dimana-mana."
"Ketergantungan gak sih?"
"Dibilang ketergantungan sih ya ... Tergantung kebutuhan ya. Ya nanti lebih jelasnya tanya aja deh ke dokter-nya langsung."
Setelah itu hening.
"Kak aku nyetel radio ya?" tanya Lativa meminta izin pada sang kakak.
"Tumben radio, biasanya musik," balas Nila sambil melirik sekilas.
"Lagi pengen aja dengerin radio. Semalam aku nemu gelombang yang enak di denger."
"Mana coba?"
Lativa menyalakan radio dan mulai mencari gelombang yang dimaksud olehnya. "Nah ini dia!" serunya ketika sudah ketemu.
Keduanya terdiam dan menikmati perjalanan sambil mendengarkan radio. Sesekali mereka tertawa ketika apa yang mereka dengar itu lucu.
Perlahan Nila lebih tenang dari sebelumnya. Waktu yang selama ini tercurah pada Bayu, meskipun lewat ponsel. Kini bisa menikmati waktu berdua dengan adiknya yang masih remaja dan pemikirannya masih polos.
Nila pun sadar, statusmya sebagai seorang kakak seharusnya juga ikut berperan memberi contoh pada adiknya. Namun disisi lain, Nila tidak ingin adiknya mencintai seorang laki-laki begitu awal. Seperti dirinya, dan akhirnya kandas sebelum sampai di gerbang pernikahan.
...----------------...
Mobil yang dikendarai oleh Nila sudah sampai dan terparkir rapi di basemant lantai 3 mall tersebut. Keduanya turun kemudian masuk ke dalam.
"Mall-nya ramai juga ya Kak!" seru Lativa melihat ke sekeliling lantai 3 itu dengan hati gembira.
"Iya, biasa sih weekend terus juga pas banget habis gajian," jawab Nila yang tetap berjalan santai tanpa mempedulikan sekeliling orang yang berlalu lalang di depannya.
"Oh iya juga sih, apalagi mayoritas yang tinggal di kota ini pekerja dengan tanggal gajian yang sama." Lativa pun menyadari.
"Nah itu kamu tahu!"
Cukup lama mereka berjalan, karena harus turun ke lantai dasar tempat klinik yang dimaksud berada dan Nila tidak mendapat parkir di lantai dasar itu, membuat keduanya harus benar-benar sabar saat mengantre keluar masuk dari lift. Sungguh akhir pekan yang sangat penuh perjuangan.
"Kasihan ya Kak anak kecil tadi, sampai nangis kejer gitu. Apa mereka baru pertama kali naik lift?" tanya Lativa yang saat berada di dalam lift tadi hanya diam karena tidak tega mendengar suara tangisan anak kecil, kira-kira usianya sekitar 2 tahun digendong oleh lelaki yang mungkin ayahnya.
"Mungkin, untung kamu gak ikutan nangis Tiv. Kalau kamu sampai nangis juga? Duh udah Kakak tinggal aja sendirian di lift," seloroh Nila pada adiknya.
"Yeee! Aku kan bisa pulang sendiri kalau ditinggalin juga. Emangnya aku anak kecil!" balas Lativa lalu menjulurkan lidahnya. Hal itupun dibalas kembali oleh Nila kemudian keduanya tertawa.
"Aku seneng deh lihat Kakak ketawa kayak gini. Gak kayak tadi pas berangkat, cemberut aja kayak orang kekurangan kasih sayang aja!" timpal Lativa lalu menepuk bahu sang kakak hingga hampir terpanting.
"Astaga, untung Kakak gak sampai jatuh Tiv. Emang suka ngadi-ngadi ini punya adik satu juga!" ujar Nila merasa kesal. Namun sayangnya ia harus tetap stay cool dan menjaga sikapnya. Coba saja kalau di rumah, pasti sudah seperti Tom sama Jerry main kejar-kejaran sampai ibunya teriak suruh berhenti.
Mereka pun tiba di klinik kecantikan. Berhubung klinik itu juga baru dikunjungi oleh Nila, akhirnya mereka memilih berkonsultasi terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan perawatan apa yang akan mereka ambil.
.
.
.
.
Dua jam lamanya tidak terasa mereka lalui. Perawatan yang dijalani Nila dan juga Lativa akhirnya selesai. Keduanya pun bersiap-siap untuk berkeliling mall terlebih dahulu guna membuat pikiran jauh lebih segar dan jiwa yang kuat untuk menerima kenyatan pahit yang tengah diderita oleh Nila.
Namun ketika sampai di kasir dan hendak membayar, Nila dikejutkan oleh seseorang yang membuat dadanya seketika merasa sesak seolah pasokan oksigen kian menipis.
"Ba-Bayu?" sapa Nila terbata.
Lativa yang menyadari kakaknya tidak baik-baik saja, langsung mengambil alih dompet sang kakak dan membayarkan perawatan mereka. Feeling Lativa mengatakan kalau penyebab Nila sedih adalah lelaki itu.
Sesaat kemudian seorang perempuan keluar dari ruang perawatan. Cantik, tinggi, putih dan rambutnya lurus panjang sampai batas bahu. Alisnya disulam serta bibirnya tebal merona.
"Eh Nila, kenalin ini calon istriku namanya Winda," kata Bayu sambil merangkul pinggang perempuan itu dengan senyum yang penuh kebahagiaan. Namun Nila hanya menatap datar pada keduanya.
"Kamu kenal sama dia?" tanya perempuan yang bernama Winda itu pada Bayu.
"Iya, dia temanku. Iya kan Nila? Kamu udah dapat kan undangan pernikahan kami? Jangan lupa datang ya!" kata Bayu lalu menuju kasir dan membayarkan perawatan Winda di klinik itu.
"Kak, ayok pergi!" bisik Lativa lalu menarik tangan kakaknya untuk segera pergi dari sana. Sebab kedua mata Nila mulai memerah, paling tidak sebentar lagi air matanya akan menetes.
Ketika sudah cukup jauh dari klinik, Nila mengempaskan tangan yang digenggam oleh Lativa cukup kasar lalu berbalik badan sambil menundukkan wajahnya. Benar saja air matanya menetes sangat deras.
"Walaupun aku gak ngerti perasaan Kakak kayak gimana, tapi aku tahu Kakak pasti kecewa banget 'kan? Sini kalau mau nangis sama aku aja Kak, apa gunanya aku disini kalau bukan buat ngehibur Kakak?" ucap Lativa membuat Nila semakin nangis kejer.
Lativa kemudian memeluk sang kakak dan membiarkan tangisannya terluapkan hingga rasa puas itu hadir. Meskipun hanya sesaat, setidaknya dengan menangis tidak membuat keras hati.
Setegarnya Nila yang selama ini Lativa tahu pun bisa lemah yang ada dipelukannya saat ini. Nila merupakan saudara satu-satunya, tapi baru kali ini Lativa merasa kalau dia bisa menjadi pelipur lara kakak perempuannya itu.
"Makasih ya Tiv, udah ada buat Kakak," kata Nila ditengah tangisannya. Pilu dan begitu menyedihkan.
"Sama-sama Kak, udahan ya nangisnya. Aku yakin kok Kakak bukan perempuan lemah. Mending sekarang kita nonton, makan ataupun belanja, ya gak?" usul Lativa dengan penuh semangat, lalu tiba-tiba Nila melepaskan pelukannya.
"Uangnya ada ?"
"Kan ada Kakak, hehehe ..."
Nila tersenyum sinis sambil mengusap air matanya. "Kamu ini bisa aja ngerayunya!"
"Bukan Lativa kalau gak bisa nge-lobby," ujar Lativa dengan bangganya.
"Kakak jadi mikir kalau mau ajak kamu pergi," sindir Nila yang memang hanya becanda.
Sekitar lima jam lamanya mereka berada di dalam mall, akhirnya kini berniat untuk pulang ke rumah. Tentunya tidak dengan tangan kosong. Kebetulan ada beberapa barang dan makanan pesanan ayah dan ibu yang harus mereka belikan di sana.
Di tempat parkir, keduanya mulai menaruh barang ke dalam mobil. Sebagian ada di bagasi, dan sebagian lagi di kursi belakang mobil. Sepanjang perjalanan pulang, mereka terkena macet di perempatan lampu merah ke arah rumah mereka. Alhasil jalan pun sangat pelan sekali.
"Kak, setelah Kakak tahu kalau cowok Kakak nikah sama orang lain. Apa yang akan Kakak lakuin selanjutnya?" tanya Lativa, melihat kondisi Nila sekarang sudah lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Uthie
harus kuat dan tunjukkan kualitas dirimu lebih baik dan sukses 💪😡
2023-10-30
4
Elisabeth Ratna Susanti
like plus 🌹
2023-09-04
0