Bab 16

"Nila, kamu mau kemana?" Fatan ikut beranjak lalu mengikuti perempuan itu. Akan tetapi, Nila yang masih merasa kesal terus berjalan tanpa memberi respon apapun. Fatan berdecak, ikut kesal lalu dalam hati mengeluh.

"Perempuan kalau lagi ngambek udah kayak orang bisu. Diem aja. Aduh, gimana pas kerja nanti. Apa dia bisa profesional?"

Ponsel Fatan berdering. Diraihnnya ponsel itu dari dalam saku. Ia berhenti sejenak dan menepi guna tidak menghalangi jalan orang yang berlalu lalang, setelah itu mengecek siapa yang tengah memanggilnya itu.

Bunda is calling ...

Seketika tarikan napas cepat dilakukannya. Fatan seketika teringat, kalau ia belum mengabari sang bunda saat sudah sampai di Palembang.

Namun sayang, sekarang bukan waktu yang tepat untuk Fatan menjawab telepon dari perempuan satu itu. Fatan pun menolak panggilan. Sebagai gantinya, ia membuka aplikasi pesan teks dan mulai mengetik balasan.

Fatan_ Jam 8 bunda telepon lagi. Sekarang aku lagi beli makan di dekat apartemen.

Fatan mengklik tulisan 'kirim' sambil melangkah maju berniat untuk menyusul Nila. Bertepatan dengan itu, seseorang bergegas datang dari arah depan.

Bruk!

Gerakan Fatan terhenti. Ponselnya terempas dari tangan karena sesosok tubuh tahu-tahu berlabuh di dadanya.

Oh bukan!

Fatan tertubruk seseorang. Cukup keras pula daya tabrakan itu sampai kakinya harus mundur selangkah untuk menahan mereka berdua agar tidak terjatuh. Refleks, tangannya merengkuh punggung orang itu. Dalam waktu hanya hitungan detik, Fatan tersadar bahwa orang yang berada dalam pelukannya itu adalah seorang perempuan karena rambutnya lurus dan panjang sebahu.

Akan tetapi ketika keduanya saling bersitatap, ternyata dia seorang laki-laki yang memiliki kumis di bawah hidungnya. Fatan terkejut bukan kepalang. Seketika ia melepas pelukannya dengan segera.

"Kalau jalan lihat-lihat dong! Ponsel saya sampai jatuh nih!" protes Fatan sambil menahan malu karena tidak sedikit orang yang ada di sana melihat aksi romantis bak sepasang kekasih tadi.

Dari kejauhan Nila cekikikan hingga napasnya terasa sangat sesak. Padahal awalnya sempat tidak sengaja menoleh ke belakang, namun saat diperhatikan ternyata endingnya sungguh menjadi hiburan tersendiri baginya.

Sementara itu, Fatan bergegas masuk ke dalam salah satu restoran di sana. Rasa laparnya sudah tidak bisa tertahankan. Ditambah tadi sempat menanggung malu.

"Astaga, punya bos kacau banget sih! Ampun deh. Sumpah melihat kelakuannya tadi mirip kayak di film-film romantis di Eropa. Coba tadi aku sempat video-in mereka terus dimasukkin ke TukTuk pasti viral," ucap Nila lalu kembali tetawa sampai terpingkal.

Saat sudah merasa puas tertawa sampai mengeluarkan air mata, Nila pun pergi dari food court itu menuju unit apartemennya.

.

.

.

.

Pagi hari di sebuah kantor dengan gedung baru dan ruangannya masih tercium bau cat yang baru kering, sudah terjadi keriuhan. Pasalnya saat Nila baru saja sampai di sana, Fatan tiba-tiba datang menghampirinya dengan aura yang penuh kemarahan.

"Nila, jelasin sama saya kenapa kamu nyebarin video yang gak bermutu itu?" tanyanya memicingkan mata.

"Hah? Video apa sih Pak?" Nila bertanya balik, sebab ia tidak paham.

Fatan langsung menunjukkan layar ponselnya ke depan wajah Nila dan itupun berjarak sangat dekat. Meski begitu Nila langsung bisa menangkap maksud lelaki itu lalu mengulum bibirnya menahan tawa.

"Tuh kan, memang kamu pelakunya kan? Ngaku deh!" desak Fatan supaya Nila segera mengakui.

Melihat tatapan lelaki itu yang semakin tidak bersahabat, Nila segera bersikap normal. Ia menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan.

"Sebentar ... " Nila mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. "Nih, Pak Fatan lihat sendiri deh isi galeri di ponsel saya. Ada gak video yang ngerekam kejadian semalem?" Ia menyodorkan ponsel miliknya kepada Fatan.

Lelaki itu menarikkan sebelah alisnya, seketika dalam hatinya ragu kalau Nila yang merekam dan menyebarkannya di media sosial. Setelah cukup lama melihat galeri, Fatan salah tingkah. Dalam sekejab ia menjadi canggung di depan Nila. Ia pun memberikan ponsel yang ada ditangannya itu kepada sang empunya.

Nila mende*sah pelan seraya mengambil kembali barang miliknya. "Lain kali kalau ada apa-apa tuh jangan langsung nyolot. Tanya baik-baik kan bisa. Lagi pula mana mungkin saya sejahat itu," katanya menyindir laki-laki yang berstatus atasannya itu.

"Maaf, udah nuduh kamu," balas Fatan dengan suara pelan.

"Ya udah kalau gitu, silahkan Pak jalan duluan." Nila mempersilahkan Fatan seraya memberi jalan supaya atasamnya itu bisa jalan lebih dulu.

Namun siapa sangka, Fatan langsung menarik tangan Nila lalu menggandengnya dan berjalan bersamaan masuk ke dalam lift. Sementara itu beberapa pegawai yang ada disekeliling mereka pun terkejut akan kelakuan CEO baru di sana.

"Kok mereka mesra banget ya?"

"Iya, apa jangan-jangan mereka punya hubungan khusus?"

"Bisa jadi, wah bisa jadi trending topik nih di kantor."

Bisikan itu rupaya sampai di telinga Nila saat melewati mereka. Dalam hati, Nila terus menggerutu.

"Parah Pak Fatan, mau dilepasin ternyata kenceng banget megangnya. Kalaupun berontak bisa jadi salah urat jadinya. Nyebelin!"

Sesampainya di depan meja kerja Nila, Fatan melepaskan gandengannya.

"Ngapain sih Pak tadi pakai acara gandengan? Bikin orang lain berpikir aneh-aneh tahu gak?" protes Nila seraya membenarkan pakaiannya lalu duduk di kursi.

"Emangnya salah? Truk aja gandengan, masa kita nggak sih?" balas Fatan bersikap serampangan.

"Ya jelas salah dong Pak. Anda atasan saya dan saya bawahan Anda. Kita terikat karena sebuah hubungan pekerjaan, bukan yang lain!" tegas Nila yang tidak ingin diperlakukan seenaknya oleh Fatan.

Jika dibandingkan dengan Bayu. Memang selama delapan tahun itu, untuk dipegang tangannya saat bertemu pun bisa dihitung dengan jari. Apalagi Fatan yang bukan siapa-siapanya. Pantas saja Nila marah.

"Ya udah, saya minta maaf ya," ucap Fatan dengan entengnya seraya tersenyum tipis lalu masuk ke dalam ruang kerja yang dikhususkan untuknya.

"Tampang sih kelihatannya polos, ternyata sok polos!" ujar Nila dengan suara pelan, sesaat setelah Fatan menutup pintu.

Setelah drama di pagi hari telah terlewati, Nila pun mulai fokus dengan tugas barunya sebagai sekertaris. Ia mulai mengecek ulang jadwal tugas Fatan di hari ini, mendata ulang berkas yang masuk dari berbagai bagian devisi, serta merangkap memperhatikan makan Fatan selama di jam kantor.

Satu jam kemudian, Nila yang telah selesai mendata pergi ke ruang kerja Fatan. Tak lupa sebelum masuk, iapun mengetuk pintu terlebih dahulu. Perempuan dengan bulu mata lentik itupun masuk sesaat setelah mendapat perintah dari Fatan.

"Permisi ..."

Lelaki yang tengah duduk di kursi kebesaran itu, mempersilahkan Nila duduk di kursi tepat di depan meja kerjanya.

"Duduk!"

"Oh gak usah Pak, terima kasih," tolak Nila bersikap sopan. "Saya ke sini mau memberitahukan Anda soal jadwal tugas luar hari ini," sambung perempuan itu dan Fatan pun mengangguk paham.

"Ya silahkan."

Nila mulai membacakan secara rinci dan detail. Akan kemana, dimana dan bersama siapa saja nantinya Fatan akan bertemu.

"Sudah jelas kan Pak?" tanya Nila setelah mengakhiri penjabarannya.

"Iya. Um, nanti saya perginya sama kamu 'kan?" tanyanya seakan takut kalau Nila tidak ikut bersamanya.

"Untuk meeting pagi dan siang akan saya temani. Tetapi pas sore, mohon maaf gak bisa sama saya. Soalnya ada meeting di dua tempat di waktu yang bersamaan. Mau gak mau kita bagi tugas. Bisa kan Pak? Mengingat gak ada orang yang dipercaya lagi untuk mewakili," kata Nila dengan harapan Fatan berkata bisa.

"Baiklah kalau begitu. Tolong persiapkan aja bahan dan juga notebook, bolpoin serta laptop sebelum saya berangkat ya!" perintah Fatan. Hal itu masih dapat dimaklumi oleh Nila. Mungkin ini bisa jadi pekerjaan pertama lelaki itu memimpin perusahaan, pikir Nila.

"Baik Pak, nanti akan saya persiapkan. Ada yang ingin ditanyakan lagi ?"

"Nggak, cukup."

"Baik, kalau gitu saya permisi." Nila menunduk hormat lalu keluar dari ruangan itu. Tak lama ia keluar, ponsel yang ada di atas meja kerjanya pun berdering. Nila bergegas menghampiri dan melihat ke layar benda pipih berbentuk persegi panjang itu.

Dahinya mengernyit, pasalnya nomor yang memanggil itu tidak dapat dikenalinya alias nomor baru.

"Nomor siapa ya ini?" gumamnya. Entah kenapa perasaannya takut kalau itu adalah nomor Dany. "Jawab gak ya?" Ia merasa resah seketika.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nursugi Imawan

Nursugi Imawan

pak ceo mungkin nila yang telp kamu

2023-05-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Baba 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
Episodes

Updated 182 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Baba 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!