Belum sempat Winda melanjutkan ucapannya, pintu ruangan lebih dulu terbuka. Tampak seorang crew muncul dari balik pintu.
"Winda, on the way tempat acara sekarang ya!" kata crew itu bersikap tegas.
Winda hanya menganggukkan kepala. Crew itu menunggunya di depan pintu dengan raut wajah culas sambil sesekali melihat ke arah jam tangan seakan memberinya waktu.
...****************...
Setelah acara talk show selesai. Winda pun kembali ke ruang ganti bersama managernya.
"Sis soal tawaran tadi, nanti aku pikir-pikir dulu ya," kata Winda sambil menghapus make up-nya.
"Oke, habis ini kamu free. Gaji pun udah masuk rekening. So, enjoy ... Manfaatkan waktu istirahatmu ini ya Win!" seru Sisya merasa bahagia karena ia juga gajian.
"Iya." Respon Winda hanya biasa saja.
"Oh iya, besok pagi ada jadwal datang ke talk show yang acaranya pagi. Tayangnya di stasiun televisi nasional. Jangan sampai kesiangan ya! Aku pergi dulu, bye bye Winda!" Sisya melambaikan tangannya lalu bergegas keluar dari ruangan itu.
Winda mendes*ah kasar. Pergi ke Paris dan berkarir di sana memang menjadi impiannya sejak lama. Akan tetapi, sekarang sudah menikah dan yang lebih menyedihkan, pernikahannya itu tidak seperti dalam angannya. Tidak ada suami pengertian dan menyayanginya, hidupnya pun bagai diantara tumpukan kapas yang sewaktu-waktu bisa terbang mengikuti angin yang berembus. Entah sampai kapan masalah di hidupnya saat akan berakhir, ia hanya takut semakin jatuh cinta pada Bayu.
Sesaat setelah menghapus make up, Winda berusaha menghubungi Bayu.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi."
Hembusan napas Winda keluarkan melalui mulutnya. "Sungguh menyebalkan!" keluhnya kemudian keluar dari ruangan itu, bergegas pulang ke rumah Bayu.
...***************...
Di kantor Bayu. Laki-laki itu tengah serius memeriksa berkas yang ada di tangannya. Itu hanya salah satu berkas saja, sisanya terdapat di atas meja dengan total ada sepuluh map lagi yang harus dia periksa.
Namun fokusnya seketika terganggu saat terdengar suara ketukan pintu. Bayu menarik napas dalam-dalam, mengistirahatkan sejenak otaknya.
"Masuk!" perintahnya dan tak lama pintu pun terbuka. Ternyata yang datang adalah Dany.
"Bos, lagi sibuk gak?" tanya Dany seraya masuk ke dalam dan menutup pintunya kembali.
"Tuh, gak lihat di atas meja? Bantuin mah iya harusnya!" jawab Bayu ketus.
"Eits, pekerjaan itu bukan milik gue. Itu kan tugas lo ngecek laporan akhir. So, tinggal habis ini lo yang ambil keputusan deh itu laporan udah bener atau belum. Kalau gue ikut periksa, nanti takut ada yang gak sesuai sama keinginan lo!" kata Dany duduk berhadapan dengan Bayu. "Eh tapi kok lo jam segini masih belum balik? Emang istri lo gak nyariin?"
"Bukan urusan lo!" ujar Bayu semakin ketus. "Ada apa sih lo ke ruangan gue? Bukannya pulang sana! Mau nungguin gue lembur?" tanyanya seraya fokus kembali ke berkas tadi.
"Ya ... Gue sih bukannya sombong. Uang gue udah banyak jadi gak perlu lembur." Dany tertawa setelah berbicara sombong pada atasannya itu. Sementara Bayu hanya berdecak merasa kesal. Sesaat kemudian, raut wajah Dany berubah menjadi serius. "Gue ke sini mau nanyain soal Nila," jawab Dany sedikit ragu.
"Kenapa dia?" tanya Bayu bersikap acuh.
"Waktu gue cerita tentang reuni SMA, lo bilang gak ada teman yang juga satu SMA sama gue. Tetapi mendengar apa yang dibilang istri lo kemarin, gue jadi curiga. Apalagi gue mengangkap sesuatu yang aneh saat Nila natap lo. Sebenernya kalian ada apa sih?" Dany pun meluapkan rasa penasarannya.
Bayu sempat tercekat, tapi ia berusaha bersikap biasa saja. "Gak ada apa-apa kok, Dan. Cuma perasaan lo aja kali!" elaknya tapi Dany belum puas atas jawabannya.
"Serius, soalnya gue mau deketin Nila. Buat gue dia itu cantik, gak gampang dideketin dan juga suaranya itu candu banget ... bikin pengen dengerin terus!" seru Dany memuja Nila yang seketika membuat hati Bayu mendidih.
Namun laki-laki itu cepat sadar. Dia hanya mengembuskan napas panjang dan masih terlihat tenang.
"Coba aja lo deketin dia. Awas ya kalau sampai galau gara-gara dia terus lo minta lembur sama gue!" balas Bayu lalu tersenyum menyeringai.
"Gue pastiin itu gak bakal terjadi! Nila harus jadi milik gue!" tegas Dany bersikukuh dan sangat percaya diri.
"Terserah lo aja. Udah sana pulang! Ngapain masih di sini?" tanya Bayu sedikit meninggikan suaranya.
"Iya Bos iya. Gue pulang! Dadaah Bos Bayu ... selamat berlembur ria!" Dany beranjak dari tempat duduknya lalu mengangkat sesaat sebelah tangannya dan setelah itu pergi dari ruangan Bayu.
...****************...
Masih di tempat yang sama, waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dimana batas waktu lembur terakhir di hari ini telah usai. Bayu merapikan meja kerjanya dan bergegas pulang ke rumah. Setidaknya rasa lelah seharian ini bekerja, bisa sedikit melupakan amarah batinnya pada keadaan yang semakin membuatnya terasa sesak. Bukan hanya Winda yang tersiksa, Bayu pun sama.
Bayu keluar dari ruangannya dan tak lupa mematikan lampu. Sebab separuh tempat di lantai lima itu sudah sepi. Sebelumnya, Dena sudah izin untuk pulang lebih awal mengikuti jam kantor lalu Dany. Terkecuali di lantai satu dan dua, di sana masih banyak pegawai karena memang digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses produksi. Ia pun langsung turun ke lobby.
Mobil yang biasa mengantar-jemputnya telah siap di depan lobby. Bayu segera masuk ke dalam lalu mobil pun melaju.
Tak disangka, Bayu dan Winda sampai dirumah bersamaan. Hanya satu detik keduanya saling tatap lalu Bayu kembali pada sikapnya yang acuh terhadap Winda.
"Mas, kamu baru pulang?" tanya Winda membuat langkah Bayu seketika terhenti lalu menoleh tanpa berbalik badan.
"Iya." Pertanyaan Winda hanya dijawab singkat oleh suaminya. Lantas Bayu pun membuka pintu kemudian masuk ke dalam rumah, Winda pun mengikuti.
Beruntung ibunya Bayu sudah berada di kamar dan pasti sudah tertidur pula.
Hingga keduanya berada di dalam kamar, Winda berdiri di dekat pintu, sedangkan Bayu sudah berjalan mendekat ke ruang ganti.
"Mas, kita perlu bicara!" tegas Winda dengan suara yang sedikit bergetar.
Bayu mengempaskan napasnya dan memposisikan tubuhnya menghadap Winda. "Aku lelah, gak ada tenaga buat debat sama kamu," jawabnya terdengar malas.
"Mas, aku cuma mau ngomong!" Suara Winda langsung meninggi. "Aku bukan mau debat sama kamu. Kita perlu bicara, hubungan kita udah sah di mata hukum. Tapi kenyataannya kita masih sama, seperti orang asing yang gak saling kenal sama sekali!" bentaknya karena sudah merasa muak.
"Terus kamu mau apa? Cerai?" balas Bayu dengan penuh penekanan.
Hati Winda pun bergetar. Tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya kalau dia akan menjadi seorang janda disaat karirnya sudah berada di puncak.
"Kenapa kamu bisa ada pikiran kayak gitu, Mas? Apa karena Nila?"
Bayu mengusap kasar wajahnya. "Udah ya aku lelah." Ia bergegas masuk ke dalam ruang ganti lalu ke kamar mandi.
Guyuran air dingin di malam yang sudah hampir larut ini cukup membantu mendinginkan kepalanya yang terasa panas akibat persoalan dalam hidupnya.
"Kenapa rasanya sulit sekali melupakan kamu, Nila?" gumam Bayu dalam hati. Kedua tangannya mengepal lalu memukul dinding yang ada di depannya. Derai air mata turun bersamaan dengan air yang mengalir membasahi tubuhnya. Hatinya telah hancur, dan sekarang menjadi kian merasa resah dan gelisah tiada terkira.
Kalau saja Bayu tidak memandang ibunya, mungkin sebelum menikahi Winda, dia sudah lebih dulu menolaknya dan akan menikahi Nila. Sebab Nila sendiri bukanlah anak remaja yang Bayu pertahankan selama ini. Nila perempuan yang cukup dewasa dalam menyikapi setiap persoalan, menurut sepengetahuannya.
Apalagi tiga tahun belakangan, sudah membuat Bayu benar-benar yakin kalau Nila adalah perempuan yang tepat untuk menemani sisa hidupnya. Sayangnya takdir tidak berbanding lurus dengan apa yang dia yakinkan dan dia rencanakan. Sungguh kuasa Tuhan benar nyata. Sang ibu menolak kehadiran Nila untuk menjadi pendamping hidupnya.
Sekarang baik Nila, Bayu maupun Winda sama-sama merasa hancur karena sebuah cinta. Dilema atas hubungan yang tak semestinya terjalin itu sangat berat.
Terlebih Nila. Harus bagaimana jadi dirinya? Kepedihan terus bertandang dalam hidupnya. Menyisakan perih diatas kenangan indah selama delapan tahun yang dijalani dengan hati tulus bersama Bayu. Sungguh tidak mudah bagi Nila menjamu kesedihan dan keikhlasan diwaktu yang bersamaan.
Cukup lama Bayu berada di dalam kamar mandi, akhirnya lelaki itu keluar dengan balutan handuk yang menutupi area sensitifnya dari pinggang hingga lutut. Dia lekas pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.
Tak selang berapa lama, Bayu keluar dari sana namun tidak melihat keberadaan Winda di kamarnya.
"Kemana perginya Winda?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Anih Suryani
maaf y thoer klu laki laki udah mengucap kara cerai itu udh secara g langsung udah talak
2023-10-26
3