Bab 11

Belum sempat Winda melanjutkan ucapannya, pintu ruangan lebih dulu terbuka. Tampak seorang crew muncul dari balik pintu.

"Winda, on the way tempat acara sekarang ya!" kata crew itu bersikap tegas.

Winda hanya menganggukkan kepala. Crew itu menunggunya di depan pintu dengan raut wajah culas sambil sesekali melihat ke arah jam tangan seakan memberinya waktu.

...****************...

Setelah acara talk show selesai. Winda pun kembali ke ruang ganti bersama managernya.

"Sis soal tawaran tadi, nanti aku pikir-pikir dulu ya," kata Winda sambil menghapus make up-nya.

"Oke, habis ini kamu free. Gaji pun udah masuk rekening. So, enjoy ... Manfaatkan waktu istirahatmu ini ya Win!" seru Sisya merasa bahagia karena ia juga gajian.

"Iya." Respon Winda hanya biasa saja.

"Oh iya, besok pagi ada jadwal datang ke talk show yang acaranya pagi. Tayangnya di stasiun televisi nasional. Jangan sampai kesiangan ya! Aku pergi dulu, bye bye Winda!" Sisya melambaikan tangannya lalu bergegas keluar dari ruangan itu.

Winda mendes*ah kasar. Pergi ke Paris dan berkarir di sana memang menjadi impiannya sejak lama. Akan tetapi, sekarang sudah menikah dan yang lebih menyedihkan, pernikahannya itu tidak seperti dalam angannya. Tidak ada suami pengertian dan menyayanginya, hidupnya pun bagai diantara tumpukan kapas yang sewaktu-waktu bisa terbang mengikuti angin yang berembus. Entah sampai kapan masalah di hidupnya saat akan berakhir, ia hanya takut semakin jatuh cinta pada Bayu.

Sesaat setelah menghapus make up, Winda berusaha menghubungi Bayu.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi."

Hembusan napas Winda keluarkan melalui mulutnya. "Sungguh menyebalkan!" keluhnya kemudian keluar dari ruangan itu, bergegas pulang ke rumah Bayu.

...***************...

Di kantor Bayu. Laki-laki itu tengah serius memeriksa berkas yang ada di tangannya. Itu hanya salah satu berkas saja, sisanya terdapat di atas meja dengan total ada sepuluh map lagi yang harus dia periksa.

Namun fokusnya seketika terganggu saat terdengar suara ketukan pintu. Bayu menarik napas dalam-dalam, mengistirahatkan sejenak otaknya.

"Masuk!" perintahnya dan tak lama pintu pun terbuka. Ternyata yang datang adalah Dany.

"Bos, lagi sibuk gak?" tanya Dany seraya masuk ke dalam dan menutup pintunya kembali.

"Tuh, gak lihat di atas meja? Bantuin mah iya harusnya!" jawab Bayu ketus.

"Eits, pekerjaan itu bukan milik gue. Itu kan tugas lo ngecek laporan akhir. So, tinggal habis ini lo yang ambil keputusan deh itu laporan udah bener atau belum. Kalau gue ikut periksa, nanti takut ada yang gak sesuai sama keinginan lo!" kata Dany duduk berhadapan dengan Bayu. "Eh tapi kok lo jam segini masih belum balik? Emang istri lo gak nyariin?"

"Bukan urusan lo!" ujar Bayu semakin ketus. "Ada apa sih lo ke ruangan gue? Bukannya pulang sana! Mau nungguin gue lembur?" tanyanya seraya fokus kembali ke berkas tadi.

"Ya ... Gue sih bukannya sombong. Uang gue udah banyak jadi gak perlu lembur." Dany tertawa setelah berbicara sombong pada atasannya itu. Sementara Bayu hanya berdecak merasa kesal. Sesaat kemudian, raut wajah Dany berubah menjadi serius. "Gue ke sini mau nanyain soal Nila," jawab Dany sedikit ragu.

"Kenapa dia?" tanya Bayu bersikap acuh.

"Waktu gue cerita tentang reuni SMA, lo bilang gak ada teman yang juga satu SMA sama gue. Tetapi mendengar apa yang dibilang istri lo kemarin, gue jadi curiga. Apalagi gue mengangkap sesuatu yang aneh saat Nila natap lo. Sebenernya kalian ada apa sih?" Dany pun meluapkan rasa penasarannya.

Bayu sempat tercekat, tapi ia berusaha bersikap biasa saja. "Gak ada apa-apa kok, Dan. Cuma perasaan lo aja kali!" elaknya tapi Dany belum puas atas jawabannya.

"Serius, soalnya gue mau deketin Nila. Buat gue dia itu cantik, gak gampang dideketin dan juga suaranya itu candu banget ... bikin pengen dengerin terus!" seru Dany memuja Nila yang seketika membuat hati Bayu mendidih.

Namun laki-laki itu cepat sadar. Dia hanya mengembuskan napas panjang dan masih terlihat tenang.

"Coba aja lo deketin dia. Awas ya kalau sampai galau gara-gara dia terus lo minta lembur sama gue!" balas Bayu lalu tersenyum menyeringai.

"Gue pastiin itu gak bakal terjadi! Nila harus jadi milik gue!" tegas Dany bersikukuh dan sangat percaya diri.

"Terserah lo aja. Udah sana pulang! Ngapain masih di sini?" tanya Bayu sedikit meninggikan suaranya.

"Iya Bos iya. Gue pulang! Dadaah Bos Bayu ... selamat berlembur ria!" Dany beranjak dari tempat duduknya lalu mengangkat sesaat sebelah tangannya dan setelah itu pergi dari ruangan Bayu.

...****************...

Masih di tempat yang sama, waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dimana batas waktu lembur terakhir di hari ini telah usai. Bayu merapikan meja kerjanya dan bergegas pulang ke rumah. Setidaknya rasa lelah seharian ini bekerja, bisa sedikit melupakan amarah batinnya pada keadaan yang semakin membuatnya terasa sesak. Bukan hanya Winda yang tersiksa, Bayu pun sama.

Bayu keluar dari ruangannya dan tak lupa mematikan lampu. Sebab separuh tempat di lantai lima itu sudah sepi. Sebelumnya, Dena sudah izin untuk pulang lebih awal mengikuti jam kantor lalu Dany. Terkecuali di lantai satu dan dua, di sana masih banyak pegawai karena memang digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses produksi. Ia pun langsung turun ke lobby.

Mobil yang biasa mengantar-jemputnya telah siap di depan lobby. Bayu segera masuk ke dalam lalu mobil pun melaju.

Tak disangka, Bayu dan Winda sampai dirumah bersamaan. Hanya satu detik keduanya saling tatap lalu Bayu kembali pada sikapnya yang acuh terhadap Winda.

"Mas, kamu baru pulang?" tanya Winda membuat langkah Bayu seketika terhenti lalu menoleh tanpa berbalik badan.

"Iya." Pertanyaan Winda hanya dijawab singkat oleh suaminya. Lantas Bayu pun membuka pintu kemudian masuk ke dalam rumah, Winda pun mengikuti.

Beruntung ibunya Bayu sudah berada di kamar dan pasti sudah tertidur pula.

Hingga keduanya berada di dalam kamar, Winda berdiri di dekat pintu, sedangkan Bayu sudah berjalan mendekat ke ruang ganti.

"Mas, kita perlu bicara!" tegas Winda dengan suara yang sedikit bergetar.

Bayu mengempaskan napasnya dan memposisikan tubuhnya menghadap Winda. "Aku lelah, gak ada tenaga buat debat sama kamu," jawabnya terdengar malas.

"Mas, aku cuma mau ngomong!" Suara Winda langsung meninggi. "Aku bukan mau debat sama kamu. Kita perlu bicara, hubungan kita udah sah di mata hukum. Tapi kenyataannya kita masih sama, seperti orang asing yang gak saling kenal sama sekali!" bentaknya karena sudah merasa muak.

"Terus kamu mau apa? Cerai?" balas Bayu dengan penuh penekanan.

Hati Winda pun bergetar. Tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya kalau dia akan menjadi seorang janda disaat karirnya sudah berada di puncak.

"Kenapa kamu bisa ada pikiran kayak gitu, Mas? Apa karena Nila?"

Bayu mengusap kasar wajahnya. "Udah ya aku lelah." Ia bergegas masuk ke dalam ruang ganti lalu ke kamar mandi.

Guyuran air dingin di malam yang sudah hampir larut ini cukup membantu mendinginkan kepalanya yang terasa panas akibat persoalan dalam hidupnya.

"Kenapa rasanya sulit sekali melupakan kamu, Nila?" gumam Bayu dalam hati. Kedua tangannya mengepal lalu memukul dinding yang ada di depannya. Derai air mata turun bersamaan dengan air yang mengalir membasahi tubuhnya. Hatinya telah hancur, dan sekarang menjadi kian merasa resah dan gelisah tiada terkira.

Kalau saja Bayu tidak memandang ibunya, mungkin sebelum menikahi Winda, dia sudah lebih dulu menolaknya dan akan menikahi Nila. Sebab Nila sendiri bukanlah anak remaja yang Bayu pertahankan selama ini. Nila perempuan yang cukup dewasa dalam menyikapi setiap persoalan, menurut sepengetahuannya.

Apalagi tiga tahun belakangan, sudah membuat Bayu benar-benar yakin kalau Nila adalah perempuan yang tepat untuk menemani sisa hidupnya. Sayangnya takdir tidak berbanding lurus dengan apa yang dia yakinkan dan dia rencanakan. Sungguh kuasa Tuhan benar nyata. Sang ibu menolak kehadiran Nila untuk menjadi pendamping hidupnya.

Sekarang baik Nila, Bayu maupun Winda sama-sama merasa hancur karena sebuah cinta. Dilema atas hubungan yang tak semestinya terjalin itu sangat berat.

Terlebih Nila. Harus bagaimana jadi dirinya? Kepedihan terus bertandang dalam hidupnya. Menyisakan perih diatas kenangan indah selama delapan tahun yang dijalani dengan hati tulus bersama Bayu. Sungguh tidak mudah bagi Nila menjamu kesedihan dan keikhlasan diwaktu yang bersamaan.

Cukup lama Bayu berada di dalam kamar mandi, akhirnya lelaki itu keluar dengan balutan handuk yang menutupi area sensitifnya dari pinggang hingga lutut. Dia lekas pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.

Tak selang berapa lama, Bayu keluar dari sana namun tidak melihat keberadaan Winda di kamarnya.

"Kemana perginya Winda?"

...****************...

Terpopuler

Comments

Anih Suryani

Anih Suryani

maaf y thoer klu laki laki udah mengucap kara cerai itu udh secara g langsung udah talak

2023-10-26

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Baba 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
Episodes

Updated 182 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Baba 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!