Bab 10

Sesaat setelah jam masuk kantor, Nila di panggil untuk menghadap atasannya. Sempat ada perasaan gugup yang mendera Nila, namun ia masih bisa mengontrolnya dengan baik.

Nila mengetuk pintu.

"Masuk!"

Perempuan itu patuh saat mendengar perintah dari dalam. Nila membuka pintu dan langsung tampak atasannya itu sedang menatap dirinya.

"Sepertinya mulai hari ini kamu akan sibuk, Nila," kata atasannya itu sambil membenarkan kacamatanya.

Nila menutup pintunya kembali. "Memangnya ada apa ya Pak?"

"Karena mulai hari ini kamu harus ajari Alika semua pekerjaan yang biasa dikerjakan kamu setiap hari. Terus, minggu depan kamu akan di training khusus oleh sekertaris Presdir, Bu Vanka. Kamu tahu bukan?"

Nila menganggukkan kepala, lalu atasannya melanjutkan ucapannya lagi. "Mengingat waktu perpindahanmu kurang lebih satu bulan lagi, jadi penempatan kamu di sana harus semaksimal mungkin. Itulah yang diminta oleh Presdir," jelasnya.

Nila mengangkat kedua alisnya seraya menarik napas dalam-dalam. "Alika admin produksi, Pak?" tanyanya memastikan.

"Iya, dia. Kamu kenal?"

"Nggak sih Pak, cuma tahu aja muka sama namanya," jawab Nila dan atasannya hanya mangut-mangut.

"Oh iya satu lagi ... Saya juga baru dapat kabar kalau CEO yang akan megang perusahaan di Palembang udah ada. Jadi, siapkan juga mentalmu untuk menghadapinya ... Denger-denger kalau CEO itu masih muda, mungkin usianya sekitar dua puluh sembilan tahun."

Nila menautkan alisnya, "Oh gitu Pak ... CEO-nya perempuan atau laki-laki?" tanyanya penasaran.

"Laki-laki. Dia masih masuk ke dalam keluarga perusahaan ini juga," jawab atasan Nila.

Mulut Nila menyerukan kata 'Oh' cukup panjang. Lantas atasannya itu menyuruhnya untuk kembali ke tempat kerjanya. Nila pamit lalu keluar dari ruangan itu.

.

.

.

.

Seharian ini, Nila sangat sibuk. Hingga menjelang jam pulang kantor, dirinya masih berkutat dengan lembaran kertas di atas meja. Sesekali Nila melihat ke arah jam dinding, ada sedikit rasa kesal karena Alika tiba-tiba mengalami diare sehingga rencana yang harusnya dimulai hari ini mendadak berantakan.

Hingga di menit-menit terakhir, Nila akhirnya mampu menyelesaikannya. Ia sampai mengembuskan napas panjang, merasa sangat lega. Namun kepalanya terasa berdenyut, pening dan ingin sekali segera merebahkan tubuh di atas tempat tidur yang empuk lalu memejamkan mata.

Sayangnya Nila hanya bisa menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Meskipun kursi yang dipakainya itu terasa empuk, namun baginya sama saja yang keluar pun hanya sebuah bunyi 'kretek' saat Nila meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Dimulai dari bagian kepala, tangan hingga pinggang, dan terakhir bagian pergelangan kaki serta jemarinya.

Tiba-tiba di tengah pada posisi duduk yang sangat nyaman, ponsel Nila berdering. Perempuan itu mendiamkannya beberapa saat karena masih ingin menikmati. Apalagi nada dering yang dipakainya itu terasa lembut di telinga. Semakin lama ia malah terhanyut dengan kedua mata yang sengaja dipejamkan.

"Nila, itu ada yang telepon kok gak diangkat?" tanya Alika yang baru saja datang ke meja kerja Nila, karena izinnya terakhir ingin buang air besar di toilet.

"Hmm ... Masih nikmat banget ini," jawab Nila.

"Nikmat apanya Nila?"

Seketika perempuan itu terlonjak kaget. Bukan karena pertanyaannya, tapi suaranya. Segera mungkin Nila memposisikan duduknya dengan benar.

"Eh, Pak ... " Nila tersenyum canggung.

"Kamu ini ada-ada aja." Atasannya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah bawahannya itu. "Oh iya, besok Alika izin gak masuk katanya mau ke dokter, soalnya minum obat yang minta di klinik perusahaan gak manjur. Kamu tetap kerjain pekerjaan seperti biasa ya!' ujar atasannya itu.

Nila melirik sekilas ke arah Alika yang berdiri tidak jauh dari atasannya. Sesaat kemudian menatap lelaki paruh baya yang ada di depannya itu.

"Oh iya, Pak. Memang lebih baik gitu sih, periksa ke dokter," balas Nila lalu menoleh ke arah Alika. "Sekarang belum mendingan juga Alika?" tanyanya.

"Belum Nila, masih mules banget. Tadi pun di toilet sampai gak kuat berdiri karena saking mulesnya," jawab Alika masih memegangi bagjan perut.

"Ya udah tuh udah bel, waktunya pulang!" ajak Nila dan Ailka pun mengangguk. Nila berpindah posisi supaya Alika bisa duduk di kursi sambil membantunya merapikan meja.

Beberapa menit kemudian Nila sudah duduk di belakang kursi kemudi. Ia menyalakan mobilnya sampai mesinya di rasa sudah panas. Namun ponselnya kembali berdering. Nila segera merogoh ke dalam tas guna mengambil ponsel sebelum panggilan itu berakhir.

"Nomor baru? Jangan-jangan ini nomornya kak Dany," ujarnya lalu menjawab panggilan itu.

"Halo?" sapanya dengan suara pelan.

"Ini benar dengan Nila?"

Suara perempuan diseberang itu membuat Nila berpikir. Ia seperti kenal dengan suaranya.

"Iya benar. Kamu siapa ya?" tanya Nila.

"Aku Winda, masih ingat kan?"

Deg. Detak jantung Nila seakan berhenti beberapa saat. Dari mana Winda bisa dapat nomornya? Apa mungkin dia minta pada Bayu? Pikiran Nla semakn berasumsi sendiri.

"Oh iya ingat. Ada apa ya?"

"Kamu ada waktu gak? Aku mau ajak kamu ngobrol."

Ucapan Wind itu mengundang pertanyaan besar di diri Nila. Apa ini ada hubungannya dengan Bayu? Pikirnya lagi menerka-nerka.

"Kapn?"

"Sore ini. Kamu udah pulang kerja bukan?"

"Iya benar. Memangnya mau ketemu dimana Winda?"

"Di kedai tempat kita kemarin makan."

Nila tampak berpikir, perasaannya pun semakin terasa tidak enak.

"Maaf Winda, sore ini aku lagi ada urusan. Bagaimana kalau lain waktu aja?" usul Nila. Sebenarnya ia berbohong demi menjaga hatinya sendiri. Ia belum siap bertemu lagi atau mungkin sampai bicara banyak, apalagi itu semua sangat berhubungan dengan Bayu.

"Oh gitu, jadi kapan kira-kira aku bisa ketemu sama kamu?" tanya Winda lagi sedikit mendesak.

"Aku juga gak tahu, mungkin kapan-kapan ya," ucap Nila menolak secara halus.

Tak lama kemudian Winda tidak bicara apapun lagi dan sambungan telepon pun diakhiri olehnya. Mendapati hal itu Nila menjauhkan layar ponsel dari telinganya lalu tersenyum menyeringai.

"Apapun niat kamu buat ketemu sama aku, yang jelas aku akan terus menghindari kalian. Udah cukup Bayu nyakitin aku sebegitu nyelekitnya hati dan aku berusa merelakan Bayu buat kamu, Winda!" kata Nila berbicara pada ponselnya seakan itu adalah Winda.

Nila menaruh ponselnya di laci kecil yang terdapat pada dashboad mobil. Namun baru saja ditaruh, ponselnya berdering lagi. Nila meraihnya lagi, dan melihat ke layarnya.

"Nomor baru lagi? Apa ini Winda?" Nila tidak langsung menjawabnya. Ia malah menaruh ponselnya itu kembali dan melajukan mobilnya untuk segera pulang ke rumah.

Sepanjang perjalanan pulang, seperti biasa jalan utama sangat ramai dan yang paling menurut Nila berisik bukan dari bunyi klakson yang ada di luar, melainkan deringan ponsel yang terus menerus tanpa henti. Nila menjadi kesal sendiri. Hingga tepat berhenti karena lampu merah, Nila pun menjawabnya.

"Halo?" sapanya terdengar ketus.

"Hai Nila ... kok jutek banget sih. Masih inget kan sama suaraku?"

Nila terdiam mencermati suara laki-laki yang baru saja bicara di seberang telepon itu.

"Oh ... Kak Dany. Ada apa?" tanya Nila akhirnya menyadari.

"Gini, besok aku mau cari kado buat hari pernikahan orang tuaku. Kamu mau gak nemenin aku ke mall?"

Basa-basi Dany sudah bisa tercium oleh Nila kalau itu hanya pembukaan untuk mengajaknya kencan.

"Kenapa gak beli sendiri aja Kak?" tanya Nila lagi masih ketus. Apalagi mengingat Dany adalah temannya Bayu.

"Aku gak pandai pilih barang yang bagus. Kali aja kalau ada kamu bisa ngasih solusi."

"Modus!" cicit Nila yang sekilas didengar oleh Dany.

"Kenapa Nila?" tanya Dany memastikan.

"Oh nggak Kak. Gak apa-apa. Ya mending sih kalau kataku Kakak beli sendiri aja. Lagi pula besok aku ada urusan. Oke? Bye!" Nila segera mengakhiri panggilan dari Dany. Suasana hatinya benar-benar berantakan hari ini.

Tepat saat lampu sudah kembali hijau, Nila langsung melajukan mobilnya menuju rumah.

.

.

.

.

Sementara itu di tempat lain, Winda sangat kesal karena Nila tidak mau bertemu dengannya. Wajahnya tampak merah padam, padahal ia baru saja selesai make up untuk acara talk show beberapa menit lagi.

"Kamu kenapose Winda? Muka kok ditekuk gitu kayak duit lecek!" ledek sang manager menepuk kedua bahu Winda.

"Gak kok, cuma kesel aja sama orang. Diajak ketemu kok susah!" protes perempuan itu.

"Siapa sih? Jadi kepo deh aku," kata managernya lagi, sementara Winda langsung mendengus. "Udah gak usah kesel-kesel. Semalam aku dapat chat dari pemilik perusahaan model terkenal di Paris. Aku sama dia ngobrol-ngobrol, terus kebetulan dia lagi nyari model. Hmm ... " Managernya melihat Winda sangat detail. "Sepertinya kamu cocok, Win," ucapnya sangat yakin.

"Paris jauh sekali, kenapa gak disini aja Sis?" tanya Winda pada managernya yang bernama Sisya.

"Disini kan kamu hampir beberapa perusahaan model terkenal udah dicoba. Sekarang saatnya mumpung ada tawaran di luar negeri, kamu bisa go internasional. Kesempatan emas loh ini!" seru Sisya.

"Tapi Sis ... "

...****************...

Terpopuler

Comments

syamsul anam

syamsul anam

bentar lagi kan deket sama ceo..moga cocok🤭🤭

2024-01-06

1

Andi Fitri

Andi Fitri

Nila hindari aja orang yg berhubungan dgn Bayu bahkan dany semoga dpt jodoh lain tpi terserah author sich😁

2023-06-04

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Baba 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
Episodes

Updated 182 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Baba 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!