Rita baru saja selesai mandi. Hari ini Ia sengaja berangkat kerja lebih awal di banding hari-hari biasanya. Ia segera berjalan ke dapur dan membuat segelas oatmeal untuk sarapannya tatkala ia terburu-buru.
Ia berangkat ke cafe untuk melanjutkan meracik semua bumbu masakannya yang hampir kelar. Tangan cekatannya dengan gesit menuntaskan semua pekerjaannya. Ketika Desy dan Sekar tiba, semuanya sudah siap di olah.
Alarm berbunyi, Rita minta ijin dengan Sekar dan Desy keluar sebentar. Kedua gadis itu sangat pengertian, mereka tidak keberatan, sebaliknya malah mendukung semua yang terbaik untuk Rita. "Ta, nanti kamu istirahat aza di rumah, lagian besok juga hanya ada orderan Hendry aza dan juga semuanya juga sudah siap, kan?" kata Sekar menegaskan. "Justru saya harus cepat kembali biar besok aman terkendali. lya, kan?" sahut Rita santai sambil berjalan keluar cafe.
Setiba di halaman rumahnya, sebuah mobil hitam sudah siap menjemputnya. Rita mempersilahkan Hendry masuk, Ia segera ke kamar mengganti pakaian casualnya dengan busana yang lebih formal. Mereka pun berangkat bersama. Rita menenteng tas untuk menyimpan surat penting sesuai permintaan Hendry. "Semuanya lengkap, Ta?" Rita menyahut dengan menepuk-nepuk tasnya.
"Ke Kantor Notaris untuk apa, Hen?" tanya Rita penasaran. "Nanti kamu tahu sendiri Ta," sahut Hendry sengaja membuatnya penasaran. "Sudah sarapan?" tanya Hendry perhatian pada gadis itu. "Sudah," jawabnya singkat. "Makan apa?" tanya Hendry lagi. "Oatmeal," balas Rita santai.
Hendry memarkirkan mobilnya di depan rumah makan langganan mereka. "Lho, Hen, kenapa tidak segera ke Kantor Notaris?" tanya Rita bingung. "Sarapan dulu!" Hendry merangkul Rita ke salah satu meja di pojok. Ia memesan 2 mangkok mie pangsit untuk mereka berdua.
Usai sarapan, mereka menuju ke Kantor Notaris, menemui Piter teman sekelasnya di bangku SMP. Tanpa menunggu lama, Rita segera menandatangani berkas-berkas di hadapannya. Kelar sudah urusan surat-menyurat rumah barunya.
"Piter, thanks yah!" ucap Henry. "Santai, Hen," seru Piter. "Saya pamit dulu ya." Piter menggangguk sembari menyerahkan kartu namanya pada Hendry.
Selesai semua urusannya, Hendry mengantar Rita pulang ke rumahnya. Rita mengganti pakaiannya sehingga ia bisa leluasa beraktivitas.
Ia segera kembali lagi ke cafetaria, melanjutkan memasak menu orderan Hendry.
Hendry kembali ke rumahnya, terlihat sudah lebih rapi dan bersih. Mereka sangat terampil berbenah. Hendry segera menghubungi Joni, pengusaha mebel dan alat eletronik. Untuk delivery semua orderannya segera sehingga ia bisa menata furniture dan perabot beratnya dengan bantuan para pria-pria tersebut.
Rumahnya kini sudah tertata rapi dan siap dihuni. Sementara, mereka sedang makan siang, Hendry ke luar berbelanja semua kebutuhan memasak, table ware, perlengkapan toilet, serta kebutuhan sehari-hari yang diperlukan Ibunya dan Bapaknya.
Hendry kembali ke rumah, setelah membuka gembok pagarnya, Ia pun masuk kerumahnya. Kali ini mereka menyelesaikan semua dengan sempurna.
Hendry memberikan hak mereka, tak lupa meminta kontak mereka. Bila diperlukan, Hendry bis menghubungi mereka lagi.
Hendry menyusun semua barang yang tadi ia beli, pada tempatnya masing-masing. Frozen food juga ia masukkan di kulkas yang cukup besar itu untuk memudahkan Ibunya memasak.
Papanya masih menganut adat yang kuat. Menurutnya besok adalah hari baik untuk memasuki hunian baru. Mereka akan mengadakan syukuran sederhana di rumahnya. Ia memanggil tetangga maupun kerabat dekat saja.
"Ta, besok jam 2 siang saya jemput catering foodnya," seru Hendry. "Okay, siap boss," balas Rita dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments