Keesokan harinya ...
Tok ... tok ... tok ...
"Iya, sebentar," sahut seseorang di balik pintu.
"Hendry."
"Ada apa Hen?" tanya Rita terkejut karena Hendry bertamu terlalu awal.
"Mama beliin kamu sarapan," katanya seraya menyerahkan kantong berisi beberapa wadah plastik yang terdapat makanan di dalamnya.
"Om dan Tante di mana, Ta?"
"Mereka sudah berangkat ke toko sejak subuh tadi," jawabnya sambil terus mengaduk masakan di wajan besarnya.
Hendry menatap Rita yang masih berbalut piyama merah, sungguh paduan warna senada, kontras dengan kulit beningnya.
"Tubuh yang indah," gumamnya menelan saliva. Ia lalu pamit, agar naluri kelelakiannya tidak bergejolak.
"Rita, saya pulang dulu ya," pamit Hendry.
"Kamu ga sarapan dulu, Hen?"
"Sudah tadi, bareng Ortu." Tolak Hendry.
"Hati-hati ... "
Rita mengantarnya sampai di depan pintu. Ia pergi mandi dan bersiap-siap berangkat kerja.
Siang yang cerah ...
Hendry menyetir perlahan, sambil melirik kesana-kemari. Lalu ia berhenti tepat di depan sebuah cafetaria, ' Cafe Ceria' selembar baliho besar terpampang di sana. "Kalau tidak salah, mungkin ini cafenya" gumamnya Hendry.
Pria bertubuh atletis itu memarkirkan mobilnya, lalu turun dan berjalan memasuki cafe Ceria, tempat dimana Rita dan kedua sohibnya berkarya. Hendry memang sengaja ingin menyapa Rita dan mengajaknya makan siang bersama.
Ia berjalan ke arah seorang gadis yang usianya mirip Rita.
"Permisi," sapa Hendry kalem.
"Siang Pak, ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Desy ramah.
"Apa Rita ada, kak?"
"Oh ada Pak, Rita di belakang, sebentar saya panggilkan."
Desy segera menghampiri Rita, agar ia menemui pria tampan itu.
Rita muncul dan menyapa Hendry.
"Hen, ada apa?"
"Aku mau menu yang kemarin malam itu, bisakan masakin aku?" pintanya memelas.
"Oh, iya tapi aku masak yang bahannya redi aza ya, Hen?" jawab Rita lalu pergi meninggalkan Hendry.
Desy menghampiri Hendry membawa segelas 'Lemon ice' untuknya. Pria itu asyik memainkan ponselnya. Dengan sabar Ia menunggu Rita. Penantian selama 36 menit, akhirnya menu orderannya pun dihidangkan. Rita, Desy, dan Sekar sedang sibuk menyajikannya di atas meja persegi itu.
"Hen, silahkan." Ucap Rita sambil menata piring di atas meja itu.
"Kamu duduk juga, kita makan bareng!" seru Hendry seraya menarik kursi untuk Rita.
"Maaf Hen, saya masih banyak kerja." tolak Rita.
" Okay, tolong panggilkan bosmu!" ujar Hendry dengan tatapan jengkel.
"Kami bertiga penanggung-jawab di sini," balasnya cepat.
"Kalau begitu, duduk dan temani saya makan!" perintah Hendry.
Rita pun menurutinya dan mereka makan bersama. Desy dan Sekar kepo dari tadi lalu memberanikan diri mendatangi mereka.
"Cie ... Cie ... Yang lagi maksi," goda Desy.
"Kenalan dong ... "
"Hendry, calon Suami Rita."
"Desy."
"Sekar."
Mereka saling berjabat tangan dan berkenalan.
"Ta, ganteng calonmu," goda Desy si ratu kepo.
"Hendry, Rita kita ke belakang dulu ya," pamit Sekar sambil menarik si heboh Desy agar tak mengganggu mereka.
"Say, saya temani Hendry sebentar yah," Rita minta ijin temannya.
"Santuy bebz." Jawab Sekar sambil berlalu.
"Hen, harusnya kamu ga beri tahu mereka dulu," protes Rita.
"Kenapa?" tanya Hendry penasaran.
"Kekasihmu gimana?"
"Orangtuaku ingin kita menikah secepatnya." Hendry mengalihkan pembicaraan.
"Apa ... " pekik Rita.
"Aku tak bisa melakukan perlawanan sama sekali, Ta. Mereka hanya ingin kamu yang jadi menantunya," balas Hendry.
"Aku juga, sudah berkali-kali aku bujuk Papa, beliau tetap saja keukeh ingin kita menikah, gimana dong?"
"Ya, sudah ... kita nikah aza."
"Tapi ... saya belum siap, Hen," keluh Rita dengan nada sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bilqies
semangat terus Thor menulisnya 💪
2024-05-18
1