Hendry duduk di pojok cafe sambil memandang ponselnya. Rita sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk memasak orderan besok siang. Mereka mendapat orderan sebanyak 500 box nasi uduk beserta lauknya, untuk acara rapat di salah satu instansi pemerintahan.
Riani mengirim pesan di WA. "Hen, kamu lagi dimana? Sedang apa? Aku kangen?" curhatnya di seberang sana. "Aku sibuk!" jawab Hendry singkat. "Kamu di mana sekarang? Sharelok ya, Aku OTW!" perintahnya. Hendry tak menggubrisnya. Ia tidak puas, lantas melakukan WA call terus-menerus demi mendapatkan sebuah kepastian. Namun Hendry mengabaikannya dan berencana akan menyelesaikannya nanti ketika kembali ke sana.
Hendry melangkah keluar dan menghilang dari cafe itu. Ia kembali ke rumah Rita, mengemudikan mobilnya dan pergi membelikan makanan untuk Rita dan teman-temannya.
Tak lama kemudian, Ia kembali dengan menenteng beberapa kantong plastik berisi beberapa kotak nasi, cemilan dan buah- buahan. Ia berjalan ke dapur menemui Rita, mengajaknya dan teman-teman untuk beristirshat sembari makan siang bersama.
Rita menurutinya, mereka pun makan siang bersama. Sekar dan Desy mengambil jatah mereka dan berlalu meninggalkan pasangan itu. Mereka menikmati makan siangnya sambil beristirahat sejenak.
"Ta, beberapa hari lagi saya kembali ke kota Y, mau mengurus beberapa urusan penting. Kita berkabar setiap hari ya?" pinta Hendry seraya *******-***** tangan mulus wanita itu seolah enggan meninggalkannya.
Mereka melewatkan siang itu di "Cafe Ceria" sambil bercengkerama dan bersenda gurau.
Hari sudah sore. Hendry pamit pulang ke hotel. " Ta, sudah selesai belum? Mau saya antar sekalian?" tanya Hendry penuh perhatian. "Belum, ini baru jam 4, Hen, masih awal," tolak Rita. "Okay, saya pulang ya, nanti malam saya ke rumah!" serunya lagi. Ia pun pamit pulang di antar Rita hingga ke depan pintu.
Rita akhirnya bisa dengan leluasa melakukan aktivitasnya yang sempat tertunda. "Ta, ini buah-buahan banyak benar! Gila tuh Si Hendry!" Wajah Desy cemberut seraya mengomeli Hendry. "Nanti bawa pulang aza Des, aku di rumah juga masih banyak, juga akibat ulah Hendry.
"Kar, ini sambalnya sudah, tinggal uleg ya!" Rita mengingatkan Sekar. "Des, ini kamu goreng setengah matang, besok tinggal dipanaskan kembali," ucapnya seraya mengaduk masakannya.
"Oh, iya ... hampir lupa!" Desy menepuk jidatnya. " Kenapa Des?"
"Stok container sudah tipis, say. Aku pergi beli ya, bentar." Mereka mengangguk menyahutmya.
"Kelar ..., balik yuk! Udah larut nih." Ayo, sudah meriksa kompor, air, pintu semua?" Tanya Rita mengingatkan. "Aku pembukuan hari ini, Kar." Lanjut Rita. "Iya, sip!" Mereka lalu berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.
Setiba di halaman rumah, mobil Hendry sudah terparkir di sana. Hendry sedang menunggunya di depan pintu. "Malam, Ta," sapa Hendry. "Aku mandi dulu Hen, gerah," timpalnya lagi. Rita pergi ke kamarnya, mandi dan berpakaian rapi dan turun menemui Hendry.
"Ta, kita makan malam di luar ya?" ajak Hendry lembut membujuknya. "Tapi Hen ... " Rita sontak kaget karena malam Ia mesti menyelesaikan pembukuannya.
"Udah, tinggal jalan aza!" Hendry pun pamit dengan Orangtua Rita untuk membawa anaknya keluar. Hendry menggandeng tangan Rita. Mereka meninggalkan rumah Rita yang kini tinggal kedua Orangtuanya di sana.
Mereka tiba di restoran dekat hotel. Orangtua Hendry sudah berada di sana. Mereka memesan menu sesuai selera masing- masing.
"Pa, bagaimana dengan pemilik rumah itu, apa sudah ada kabar?" tanya Hendry memulai pembicaraan. "Tadi pak Raka sudah mengabari Papa, kata Beliau malam ini Ia menunggu kita di rumahnya, sambil melihat suasana di sana," jelas Papa Hendry.
"Selesai makan kita langsung ke sana," ajak Hendry. Sambil sesekali bersenda gurau bersama. Kemudian meninggalkan restoran dan mengantar Rita pulang ke rumahnya.
Rita segera turun dari mobil, mereka kemudian bergerak menuju rumah pak Raka yang berjarak 2 pintu dari rumah Rita.
Mereka berunding masalah jual beli rumah sampai larut dalam percakapan nostalgia masa dulu. Pak Septiono dan Pak Raka teman sekolah dari SD hingga SMU. Pak Domingguslah pelopornya karena mereka bertiga memang sangat akrab ketika masa sekolah dulu.
Hendry dan Orangtuanya melihat- lihat rumah Pak Raka. Mereka puas dengan kondisi rumah yang cukup terawat itu. Hendry segera mentransfer semua harga yang disepakati. Dan besok akan melanjutkan ke kantor Notaris untuk balik nama ke pemilik ysng baru.
Orangtua Hendry memberikan rumah itu atas nama Rita. Kelak di masa tua mereka, mungkin akan kembali ke kota ini, kota kelahiran mereka. Ketika pulkam, juga tidak lagi repot-repot menginap di hotel.
Usai menuntaskan perkara jual-beli rumah, mereka segera kembali ke hotel.
"Rita, besok temani saya ke kantor Notaris!" perintah Hendry." Hen, saya ga sempat, banyak orderan," tolaknya. "Okay, selamat malam, besok saya jemput!" Hendry segera memutus pembicaraan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bilqies
aku mampir Thor
2024-05-24
0