Rita dan Hendry kini diam dan membisu. Hendry tak lagi bisa membendung perasaannya. Sebaliknya, Rita bingung, tak tahu lagi harus berkata apa. Hendry yang dulu berpihak padanya, kini sudah tak acuh pada rencana untuk menolak perjodohan itu.
Kring ... Kring ...
Keheningan malam di balkon, di rusak oleh deringan ponsel Hendry.
"Kenapa?"
"Hen, kapan kamu balik, peer udah numpuk nih."
"Belum kelar nih healingnya Yo." Hendry malah nyerang balik Si Reo.
"Gimana, seram ga calonmu?
"Wuih, banget," celetuk Hendry biar sohibnya makin penasaran.
"Ayo kita vical." Tantang Hendry."
"Rita, kenalin Reo, teman merangkap sekretarisku."
"Rita, selamat malam," sapa Reo dari ponsel.
"Malam Reo," balas Rita.
"Sudah ... sudah ... dasar genit," hardik Hendry mengarahkam kepalan tinju ke arah Reo dari seberang sana.
"Ta, mungkin saya akan pulang beberapa hari lagi. Saya akan segera kembali," ujar Hendry sambil menggenggam tangan Rita. Ia mengangguk setuju. Rasanya ingin menahannya tidak kembali ke sana, tapi itu mustahil.
"Lagi chatting sama Reo?"
"Ya, Reo lagi share data."
Ehmm ... hmm ...
Suara dehem Bu Martina sudah di depan mereka.
"Cie ... lagi sayang-sayangan, ya?" goda Bu Martina.
"Ah, Mama ... ngagetin aza, tiba- tiba muncul ... " gerutu Rita.
"Gimana? Ada kemajuan?" tanya Bu Martina kepo.
"Ih, Mama mau tahu aza." Nyiyir Hendry.
"Kita cuma mau pastiin, kalau kalian berdua itu udah siap menikah apa belum. Iyakan Bu Ana?" Bu Martina bersekongkol dengan Bu Ana untuk mengintimidasi anak-anak mereka. "Kita juga sudah tidak sabar mau menimang cucu ya kan, Bu Martina?" tambah Bu Ana tak mau kalah.
"Ya sudah Hen, besok lagi di lanjutkan, sudah larut malam, kita pulang ke hotel, yuk," ajak Bu Martina.
"Mama turun dulu, kamu punya waktu 5 menit lagi." Bu Martina mengingatkan Hendry dan mereka pun turun.
"Rita, tuh coba liat mama kita mirip anak kecil ya!" candanya
"Iya ... dasar emak-emak, kepo melulu," nyiyir Hendry lagi.
"Hendry, pulang yuk, Nak!" Panggil Bu Martina.
"Iya, Ma ... "
"Rita dan Hendry kemudian turun menemui mereka."
"Om, Tante kami pulang ya!" Pamit Hendry sopan.
"Pak Dominggus, kami pamit, maaf sudah mengganggu jam istirahat Bapak beserta Ibu," ujar Pak Septiono sambil menepuk bahu Pak Dominggus.
"Demi kebahagiaan anak-anak Pak, itulah tugas kita sebagai Orangtua," balas Pak Dominggus.
Mereka melangkah pergi. Perlahan tapi pasti mobil yang keluarga Pak Septiono tumpangi kini menghilang dari hadapan Rita, meninggalkan kesunyian malam yang cuma bisa menemaninya dalam sepi.
Rita melanjutkan istirahat hingga esok pagi.
Di Hotel ...
"Ma, ... ma ... buka pintu!"
"Ya, sebentar!" guyon Mamanya.
Bu Martina lalu membuka pintu kamarnya, Hendry pun masuk ke kamar itu.
"Ma, minta no WA Rita, dong!" pintanya memelas.
" Astaga, kamu ga ad no hp Rita??
"Kamu ini?" Mama Hendry nyiyirin anaknya yang dingin dan tidak punya inisiatif. "Kamu yang pacaran kok malah minta no hp sama Mama sih?" Bu Martina mulai mengoceh lagi.
"Ya sudah Ma, kalau ga ada saya balik ke kamar aza. Udah ngantuk Ma." Jawab Hendry santai.
"Hen, tunggu, nah ini."
Benar saja tebakan Hendry, Beliau pasti sering berkabar satu sama lain.
Hendry berbaring di ranjangnya, bayang-bayang Rita menari-nari di pelupuk matanya.
"Ingin rasanya melewati malam bersamanya," gumam Hendry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bilqies
hai Thor mampir lagi niih
2024-05-21
0