"Hen, beri saya waktu ... kita saling mengenal dulu, ya!" Rita memelas berharap Hendry menyetujui usulnya.
"Rita, saya juga tidak berdaya, saya juga sama seperti kamu, kita di posisi yang sulit."
"Jalan terbaik, kita menikah saja."
"Tapi Hen ---"
"Saya tidak ingin jadi anak durhaka, Rita!" Hendry memotong dengan nada tinggi.
Rita hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Hendry ternyata tidak konsekuen, padahal baru beberapa hari yang lalu, ia menolak perjodohan ini, tetapi kini ia malah ingin mempercepatnya.
"Rita ... Rita ... " Hendry mencoba menyadarkan Rita dari lamunannya. Hendry membelai pipinya dengan lembut.
"Kenapa Hen?" tanyanya ketika sadar dari lamunannya.
"Ta, maaf ya tadi a, aku ---"
"Ga apa-apa kok Hen."
"Kita bahas lagi nanti malam!"
Rita membalas dengan anggukan.
"Ta, ini ... " Hendry menyerahkan puluhan lembar uang seratus ribuan pada Rita.
"Ih apa-apaan sih. Ga usah, saya yang traktir." Rita menolak sambil mendorong tangan Hendry.
"Hmm, sudah 2 kali kamu traktir saya, Ta."
"Kenapa? Emangnya ga boleh?" Rita menyanggah.
"Hendry malah tersenyum melihat tingkah Rita. Lalu mengantar Hendry hingga di pintu cafenya.
Sepeninggal Hendry, Rita segera masuk ke dapur, melanjutkan pekerjaannya memasak bersama Desy. Mereka sedang mempersiapkan orderan catering untuk keesokan harinya. Pesanan sebanyak 500 box itu di antar sore hari. Rita dan Desy asyik bekerja di bantu karyawannya, Sekar hari ini di bagian cashier. Hari ini ia lembur, hingga pulang telat.
Setiba di rumah, ia langsung mandi dan merebahkan diri di ranjangnya.
Hendry dan kedua Orangtuanya sudah tiba di rumah Pak Dominggus, namun Hendry tidak fokus, ia melirik ke sana - ke mari, mencari-cari sosok Rita.
"Rita, kamu di mana?" gumamnya dalam hati.
"Om, Tante, Rita hari ini lembur ya?"
"Oh iya, saya lupa membangunkan Rita," ujar Tante Ana seraya menepuk jidat.
" Tan, boleh ga, saya ke atas menemui Rita?" ujar Hendry menawarkan diri.
"Boleh Nak, silahkan."
Hendry naik ke lantai atas, ia mengetuk pintu kamar Rita. Mendengar pintu kamarnya di ketuk, Rita berjalan sempoyongan membuka pintunya. Rita yang mengenakan bath robe dengan mata mengantuk ngoceh sendiri.
"Kenapa Ma?"
Merasa tidak mendapat jawaban, ia lalu mengucek matanya. Hendry berdiri tepat di depannya menahan tawa melihat tingkahnya.
"Hen ..." Rita membelalakkan mata, ia terkejut, ternyata Hendry yang mengetuk pintu.
"Maaf, saya kira Mama."
"Sebentar, saya ganti pakaian dulu."
"Saya ga di bolehin masuk?" Hendry menggodanya.
Rita secepat kilat menutup pintunya, brakkk ... Ia keluar dengan piyama berlengan dan celana panjang.
"Ayo turun."
"Kita ke balkon aza ya, Ta," bujuk Hendry memelas. Rita pun mengiyakan sambil berjalan ke arah balkon.
"Anginnya sepoi-sepoi ya, Ta?"
"Ya."
Mereka duduk diam dan membisu. Sambil sesekali memandang langit malam itu, banyak bintang berkelip memayungi mereka dengan cahayanya.
"Rita ... " Hendry memulai pembicaraan.
"Iya ... "
"Kenapa diam?
"Ga tahu mau bahas apa, Hen?"
Tiba-tiba, tangan Hendry menggenggam milik Rita, ia menariknya, namun gagal. Pemilik tubuh atletis itu telah mencengkram tangan mulus Rita dengan erat. Ia hanya bisa pasrah. Masih terdiam beberapa saat.
Hendry akhirnya mengungkapkan perasaannya pada Rita.
"Rita, saya mencintaimu." Hendry akhirnya mengungkapkan isi hatinya sambil menatap wajah Rita. Ia sendiri bingung, ntah apa yang harus ia lakukan.
Inikah alasan Hendry ingin menikah secepatnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bilqies
aku mampir lagi Thor
2024-05-18
0