Mereka menginap di Hotel, Hendry juga menyewa sebuah mobil untuk memudahkan mereka bepergian. Kamar Hendry bersebelahan dengan kamar Orang tuanya. " Ma, Pa ... kita, makan malam yuk," ajaknya sambil mengetuk pintu kamar Orangtuanya.
"Nih, kamu ganjal perutmu dengan kue ini dahulu," sungut Mamanya sambil menyerahkan kue pada Hendry.
"Ayo, kita berangkat!"
"Papa aza yang nyetir, kamu ga tahu alamatnya Hen!" seru Bu Martina.
Di rumah Pak Dominggus, Papa dan Mama Rita sedang duduk di ruang tengah, mereka menonton siaran berita, sambil menunggu kedatangan keluarga Pak Septiono. Rita yang sudah menyelesaikan pekerjaannya sedang beristirahat di kamarnya.
"Selamat sore Pak Dominggus, Bu Ana?"
"Silahkan, Pak Septiono, Bu Martina!"
"Mari Pak, Bu, silahkan duduk!"
"Tante, ini sedikit bingkisan dari Mama," Hendry menyerahkan buah tangan pada Bu Ana.
"Aduh, ga usah repot Nak."
"Ini pasti Hendy ya?" tanya Bu Ana memandang Hendry yang berperawakan tinggi dan wajahnya tampan.
"Ya Bu, saya Hendry.
"Mari, silahkan duduk, silahkan ..."
"Bu, panggilkan Rita turun!"
"Ya Pak."
Bu Ana naik ke lantai atas memanggil Rita.
"Rita, ayo turun, Nak! Tamu Papa sudah tiba."
Bu Martina sudah tidak sabar ingin bertemu Rita. Begitu juga dengan Hendry.
"Pak, Bu, selamat sore." Sapa Rita pada kedua Orangtua Hendry.
"Selamat sore Rita, kamu makin cantik aza, sayang," Bu Martina memuji Rita dan memeluknya, tangannya mengusap-usap punggung Rita.
"Hen, kenalan dong sama Rita!" goda Bu Martina.
"Hendry," sambil mengulurkan tangannya pada Rita.
"Rita," balasnya.
Mereka saling berjabat tangan, memandang satu sama lain. "Ternyata, cantik gadis juga ini," gumamnya dalam hati. Rasa penasaran di antara mereka kini terjawab sudah. Sambil menikmati hidangan, mereka ngobrol bersama.
"Bu Ana, hidangannya lezat, enak- enak semua Bu. Saya sudah lama ga icip-icip masakan lokal Bu. Terima kasih."
"Masakan sederhana aza Bu.Tadi dibantu sana Rita.
"Tuh, Hen, calon istrimu pintar masak," goda Bu Martina lagi.
Seketika wajah Rita merona, Hendry kagum padanya. Sambil sesekali mencuri-curi pandang padanya.
"Rita bersama 2 orang temannya Desy dan Sekar, mengelola cafetaria dan catering, Bu. Letaknya dekat kok dari sini."
"Oo ... pantesan Bu," seru Bu Martina.
"Wah, kenyang nih Pak Dominggus,ha ... ha ... ha ... "
"Ayo, Pak, Bu, kita ke ruang tengah!"
"Ya, Pak Dominggus, kita ke sini sengaja mau membahas perihal hubungan anak-anak kita."
Mereka pun berlalu meninggalkan Rita dan Ibunya.
"Ma, Mama ke ruang tengah aza, biar di sini Rita yang beresin, ini juga tinggal dikit kok, Ma."
"Ya sudah, Mama tinggal ya, Nak."
Rita sibuk berbenah. Semua piring kotor ia cuci, sisa lauk ia pindahkan ke lemari, meja tak lupa Rita lap dan rapihin. "Kelarr." Batin Rita.
"Hmm ... "
"Eh, Hendry, ada apa?"
"Boleh saya duduk."
"Silahkan."
"Kita ... dijodohkan."
"Ya."
"Apa kamu terima perjodohan ini?"
"Saya menolak, tapi ... aku ga berani melawan kedua Orangtuaku," balas Rita pasrah.
Dari lubuk hati terdalam, memang awalnya Rita menolak perjodohan ini. Tapi, setelah bertatap muka langsung dengan Hendry, semua kegelisahan dalam hatinya sirna seketika.
"Sama, aku juga menolak."
"Lalu sekarang gimana Rita?"
Hendry kini juga tak lagi gundah gulana, sebaliknya ia malah terkesima dengan Rita. Parasnya elok, kulitnya putih berseri, pintar masak pula. Kriteria istri idaman Hendry ada pada dia.
"Aku ga tahu Hen," jawab Rita bingung.
"Kita sama-sama cari solusi ya Ta." Hendry membuka perbincangan lebih mendalam.
"Kamu masih sendiri, Ta."
"Ya."
"Kamu."
"Aku sudah berpacaran."
Deg ... seketika dada Rita terasa di bilah belati, sakit. Padahal, ia baru saja ingin membuka hatinya pada 'pria pilihan Orang tua' mereka itu.
"Iya, kita cari solusi ya biar Orangtua kita membatalkan perjodohan ini!"
Tapi tak dapat dipungkiri, Hendry juga terpesona dengan kecantikan Rita. Ia kini menghadapi dilema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bilqies
keren Thor ceritanya 👍
2024-05-18
0