🍂🍂🍂🍂🍂
"Ya..... karna mungkin ini jalan untuk bertemu dengan Mama," jawab Pangeran dengan nada pelan dah lirih.
"Ma--maksudmu apa ya?" tanya Aisyah tak paham dan itu sangat wajar bahkan ia sangat kaget saat berusaha menerka apa yang tadi di katakan Sagara.
Tapi, belum sempat pemuda itu menjawab nyatanya Ibu datang dengan beberapa makanan, ia tentu khawatir dengan kondisi Sagara terutama perutnya.
"Nak, makan dulu ya," ujar Ibu sangat ramah seperti kepada tamu yang sudah sangat di kenalnya.
"Bisa makan sendiri tidak?" tanya Ibu lagi mulai ragu.
"Bisa, aku coba pelan pelan, Bu."
Ibu hanya mengangguk lalu menoleh ke arah Putrinya yang masih menundukan pandangan. Ia berharap sikap yang sama terus di lakukan oleh Aisyah selama tadi tak sengaja mereka hanya berdua saja di ruang tengah.
Tapi semua tak seperti yang dibayangkan, jangan kan untuk makan sendiri hingga habis karna nyatanya untuk mengambil sendok saja ia begitu kesulitan.
"Ya ampun, sakit ya, Nak?" kata Ibu saat melihat Sagara meringis lalu mengangguk.
Ibu yang panik dan tak tega kembali beranjak bangun menuju ruangan lain yang entah kemana karna wanita paruh baya itu tak mengatakan apapun saat pergi yang tentunya membuat Aisyah kebingungan.
"Bu---," panggil Aisyah.
Sagara yang meringis manahan nyeri langsung memusatkan pandangan ke arah wanita bercadar tersebut, baru ia perhatikan dengan seksama jika suaranya hampiri mirip dengan...
"Mama--," ucap lirih Sagara.
Pandangan yang tak sengaja bertemu dapat di lihat jika kening Aisyah kini sedang mengernyit, sepertinya ia mendengar apa yang di sebut Sagara barusan.
Tapi, tak ada satu patah kata pun keluar dari bibir keduanya, mereka seolah tenggelam pada pikiran masing masing.
.
.
Hampir 15 menit berlalu, kini Ibu kembali datang bersama Mas Fatih yang baru kembali menjemput tukang urut. Ibu meminta tolong pada anak laki-laki itu untuk menyuapi Sagara makan sebelum ia di pijat nantinya. Pemuda itu terlihat sangat lemas dan jangan sampai terjadi apapun selama di rumah mereka.
Fatih menyuapi Sagara dengan pelan dan hati-hati, keluarga itu memang terkenal sangat ramah dan baik pada siapapun apalagi ini jelas sedang ada di rumahnya. Bapak yang seorang salah satu pengurus Pondok Pesantren yang tak jauh dari rumah memang nampak selalu sibuk setiap hari.
"Terima kasih--," ucap Sagara yang tak melanjutkan perkataannya.
"Panggil saja Mas Fatih, siapa namamu?"
"Aku Sagara, Mas," jawabnya dengan senyum kecil di ujung bibir, pantas jika Sagara melakukannya sebab ia sudah merasa sangat kenyang untuk sekarang.
"Ah, iya. Bisa di urut sekarang?" tanya Mas Fatih yang hanya di jawab anggukan kepala.
Sebelum pemuda itu membuka bajunya, Aisyah dan Ibu sudah pergi lebih dulu. Kedua wanita itu tak mungkin tetap disana terutama Aisyah karna Sagara bukan siapa-siapa yang artinya jelas bukan Muhrim. Cukup Mas Fatih yang menemani Sagara disana sedangkan Ibu kini tengah duduk berdua bersama Putrinya di dapur.
"Pemuda itu rasanya bukan orang biasa ya, lihat tampang dan motornya sudah nampak ia seperti orang kaya raya," ucap Ibu mengawali obrolan.
"Hem, entahlah. Aku tak memperhatikannya," jawab Aisyah, dan itu membuat Ibu terkekeh kecil sebab pastilah Sang Putri tak tahu karna ia tak pernah sembarangan beradu pandangan dengan orang lain.
.
.
.
"Syukur lah, jangan sekali-kali melihat apa yang tak seharusnya kamu lihat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
ibeth wati
aku suka novel yg bergendre islami seperti ini👍👍👍👍
2024-03-17
3
Andi Fitri
karya yang menarik..
2023-10-30
1
Ragil Saputri
"mama"..... mungkin Aish jodoh yg dikirim bt saga secara suaranya mirip mamanya......lanjut Teh, semangat 💪🥰
2023-08-18
2