Klik.... Klik....
Suuuurrrrr....
Api biru menyambar ke busur mesin las kecil. Busur las yang mengeluarkan api biru diarahkan untuk membakar logam yang berwarna putih. Logam itu berada di dalam wadah kecil yang terletak di meja. Pemuda yang memakai sarung tangan pelindung dan penutup kepala untuk melindungi diri dari percikan api, sangat tekun memegang gagang busur. Tangan kokohnya bertahan di posisi yang sama selama 15 menit untuk mencairkan logam berwarna putih. Setelah kelihatan Lima puluh persen mencair, dia mendinginkan logam sebentar. Membolak-balikkan logam, berharap logam berwarna putih lebih cepat dingin. Menggeser kedua kakinya ke kanan selangkah, memasukkan lempengan logam yang sudah agak dingin tapi masih lunak ke mesin penekan. Mesin ini seperti mesin pembuat lapisan lumpia menjadi lembaran. Dia memasukkan logam berwarna putih itu ke dalam penjepit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memutar tuas yang ada disamping mesin sehingga lempengan tadi masuk ke dalam dan tergilas oleh dua plat besi yang ada di bagian mesin. Mesin penekan tidak besar, hanya sebesar kotak kardus mie instant. Berulang-ulang kali menggilas logam berwarna putih sehingga mendapat lempengan yang menurutnya sempurna.
Lempengan itu sudah pipih tapi tidak sepipih lembaran lumpia. Mungkin tebalnya sekitar 1 cm dan lebar memipih sekitar 7 cm. Pemuda yang tinggi membersihkan lempengan dengan air keran yang sudah disediakan di dalam baskom kecil. Sedikit menggosoknya dengan jempol kanan. Selanjutnya mengeringkan benda itu.
Pemuda yang terlihat tinggi dan ramping berjalan beberapa langkah ke kiri menuju rak yang ada di sudut ruangan, membuka rak, lalu mengangkat beberapa kertas dan mengambil satu kertas yang sudah bergambar. Gambar yang berukuran sekitar 7 cm digunting bulat. Mencari sesuatu di dalam rak yang lain. Dia menemukan sebotol lem di sana. Diambil. Membaluri belakang kertas tadi dengan lem. Kembali mendekati meja tempat mengerjakan logam berwarna putih sebelumnya. Diambilnya logam yang terletak di meja dan menempelkan kertas di atas lempengan logam. Sedikit menekan-nekan dan merapikan kertas yang tertempel di atas logam. Mengambil hair dryer dan mengarahkan mocong alat ke atas kertas yang sudah tertempel di logam dengan kekuatan kecil. Maksudnya supaya lebih cepat kering dan tempelan itu menguat.
Gambar yang terlihat sangat artistik. Mungkin dia yang menggambarnya atau mungkin saja orang lain, karena perlu keahlian khusus untuk menggambar sebagus itu. Terlihat gambar kepala seorang gadis dengan leher yang jenjang, hanya sebatas itu. Gambar gadis memakai sanggul berbunga dengan lima kelopak di atas kepala, tapi ada sebagian rambut yang digulung dan terurai sampai ke leher. Gulungan rambut itu di arahkan ke depan. Terlihat cantik walau hanya sebuah gambar. Bagian lain ada gambar kunci kecil. Sketsa gambar dengan menggunakan pinsil telah tertempel rapi dan kuat di lempengan logam. Pikirnya. Dan dia menyudahi untuk mengeringkan benda dari perekat.
"Sekarang bagian terberat yang harus dikerjakan," lirihnya dengan suara pelan.
Mengambil gergaji kecil dengan mata gergaji yang sangat kecil pula. Tahap awal, dia berusaha untuk memotong pinggiran-pinggiran logam sehingga membentuk pinggiran sesuai gambar yang ditempel di logam tersebut. Perlahan-lahan menggesekkan mata gergaji di logam berwarna putih supaya tidak meleset dari area gambar yang sudah tertempel. Sesekali menghembus debu yang menutupi logam akibat gesekan dari gergaji. Pemuda ini sangat tekun melakukan tahap pembentukan logam. Memang benar, ternyata inilah bagian tersulit yang harus dikerjakan. Mengukir logam sesuai gambar dan harus memperhatikan detail dan lekukan sekecil mungkin. Menggergaji, mereka-reka ukuran agar tak meleset potongan dari gergaji. Menyolder bagian- bagian yang harus dilubangi dengan perlahan agar logam itu sesuai dengan kondisi gambar. Keringatnya pun terkadang sedikit menetes dari pinggir dahi.
Hampir enam jam pemuda ini mengerjakan bagian tersulit. Dia memang berusaha dengan keras dan teliti agar mendapatkan hasil maksimal. Terkadang, sesekali meluruskan pinggang dan minum beberapa teguk air. Terkadang juga mengangkat benda berbentuk lempengen berwarna putih, mengarahkan ke lampu yang ada di langit-langit ruangan. Menaikkan tangan dan memegang benda itu seperti menerawang. Sesekali dia tersenyum kecil.
"Oke. Sesuai dengan yang aku harapkan. Besok akan aku bawa ke tempat pengrajin perak untuk finishing." Nada yang dikeluarkan sedikit cepat. Suaranya sangat berkarakter.
Pemuda ini membuka penutup wajah dan melepaskan dari kepala. Wajah pemuda ini sangat tampan. Bentuk wajah sedikit bulat berbujur sirih dengan kulit putih. Pipinya seperti pipi bayi,lembut dan memiliki banyak daging untuk dicubit. Hidungnya kecil tapi memiliki batang dan mancung. Kedua bibir merah menambah pesona diri. Bibirnya kecil, penuh dan berisi apalagi bibir bagian bawah. Ukuran wajahnya yang kecil, mungkin sebesar tangan orang dewasa, tak sesuai dengan badannya yang tinggi ramping dan memiliki bidang dada yang cukup besar. Dia seperti manekin di mall pusat perbelanjaan. Walaupun sedang diam, terlihat aura senyuman di wajahnya.
Pemuda ini tersenyum melihat logam berwarna putih, hasil karyanya. Senyumnya begitu menggoda dan ada lubang kecil di sudut kiri atas bibirnya.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Jhoelfa SheCoembank Phariez
kok jadi bingung yaa😏😏
2020-08-24
0
Junaldi Junaldi
Karakter baru?
2020-07-12
1
Manzilia
Ouh ya...
Scenery lagunya VBts
2020-07-06
1