Boyz with fun : Ep. 4

Pagi ini begitu cerah. Matahari bersinar terang tapi tak terlalu terik. Hakiki dan siswa laki-laki lain dari kelasnya sudah berkumpul di lapangan olahraga sekolah. Lapangan yang ditutupi oleh rumput berwarna hijau cerah itu sangat menarik. Rumput-rumputnya juga sengaja dirawat dan dipotong pendek 2 minggu sekali oleh pengurus sekolah. Siswa SMA akan berlatih sepak bola, belajar memanah, melakukan kegiatan atletik lainnya di lapangan ini.

 

 

Hakiki dan teman-temannya, hari ini dijadwalkan untuk bertanding persahabatan dengan siswa kelas 10-1. Hanya laki-laki saja berada di lapangan ini, sedangkan siswa perempuan berada di GOR utama untuk berlatih bola volley dan gymnastic.

 

 

Siswa kelas 10-2 sudah siap dan menunggu siswa kelas 10-1 untuk mengadakan pertandingan, mereka masih di ruang ganti, kata guru olahraga mereka. Tak berapa lama, merekapun muncul. Ada sekitar 13 orang yang masuk ke lapangan dari bawah tangga penonton yang menjadi ruang ganti.

 

 

Dari kejauhan Hakiki memperhatikan sosok seseorang yang baru pertama sekali dilihat di sekolah ini. Matanya tak lepas dari sosok itu. Pertama sekali keluar dari ruangan di bawah kursi penonton, yang menjadi ruang ganti, sampai menuju ke pinggir lapangan.

 

 

Pemuda yang diperhatikannya itu memang selalu ceria, tertawa dan ramah. Sambil berjalan dia berlari kecil dan tertawa dengan teman di sebelahnya. Terkadang ketika tertawa, seluruh badannya juga ikut bergerak, terkadang punggungnya menunduk, tangannya menutup mulut dan terkadang kepalanya mendongak ke atas dan tubuhnya sedikit terhubung ke belakang pada saat dia tertawa. Bahkan setelah sampai di pinggir lapangan, dia masih tetap memasang wajah senyum dan sesekali tertawa kecil. Entah apa yang selalu membuatnya tersenyum. Tapi dia memang punya aura yang sangat kuat.

 

 

Hakiki masih berdiri terpaku di tempat semula. Tak bergeming sama sekali. Wajah blank face-nya keluar tanpa diperintah. Pemuda yang dilihatnya adalah Hikma Andapi yang selalu diceritakan oleh sahabatnya, Arini, dalam seminggu ini.

 

 

Ketika bertemu dengan Arini, Hakiki selalu mendapatkan informasi yang baru tentang Dapi, anak baru itu. Dapi yang mempesona. Dapi yang ramah. Dapi yang baik hati. Dapi yang punya senyum khas. Dapi yang ternyata pintar menari. Dapi yang selalu malu-malu ketika dipuji akan fisiknya tapi dia tidak sombong. Dapi yang tidak terlalu pintar dalam Bahasa Inggris, tapi ketika mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Inggris membuat orang tambah jatuh hati padanya. Seminggu ini, pokoknya Hakiki banyak mendengar cerita tentang Hikma Andapi.

 

 

Hakiki masih tertegun dan melihat pemuda itu tak bergeming, sampai Dapi berbaris dan tak terlihat lagi di hadapannya karena pemuda itu berbaris sejajar dengan Hakiki tapi berada di paling ujung barisan kelas 10-1.

 

 

Guru olahraga masih belum masuk ke lapangan hijau. Dia masih mengobrol dengan salah satu Wakil Kepala Sekolah di pinggir lapangan. Kedua grup yaitu dari kelas 10-1 dan 10-2 telah siap menerima perintah dari guru olahraga mereka. Mereka sudah berbaris 1 shaf memanjang. Dapi berdiri di paling kanan barisan kelas 10-1, sedangkan barisan kelas 10-2 berada di sebelah kiri lapangan, berjarak 12 orang untuk mencapai grup laki-laki di kelas 10-2.

 

 

"Aku mau bersalaman dan memperkenalkan diri dengan anak kelas 10-2," nyata Dapi kepada teman disebelahnya.

Mungkin temannya itu Ketua Kelas 10-1. Tanpa menunggu kata iya, Dapi berjalan sedikit cepat melewati 12 teman sekelasnya menuju grup laki-laki kelas 10-2. Lalu dia berhenti di sedikit ruang yang membuat jarak antara kedua grup itu dan berkata, "Halo... nama saya Hikma Andapi, pindahan dari Bali. Senang berkenalan dengan kalian."

Kemudian dia bergerak menyalami grup laki-laki dari kelas 10-2, satu per satu.

 

 

Tentu saja mereka terkejut dengan aksi pemuda itu dan menyambut tangan Dapi yang sudah mengulur cepat ke tangan mereka satu per satu. Termasuk Hakiki, pemuda itu juga terkejut. Hakiki berada di posisi paling pinggir kiri dari barisan semua siswa. Dia pun menoleh dan melihat aksi anak baru yang bernama Dapi. Bengong. Sampai Dapi berada di hadapannya. Wajahnya masih melongo.

 

 

"Hai... kamu Hakiki khan?  Sahabat Arini," nyata Dapi yang sudah berada di depan Hakiki sambil menyodorkan tangan kanan.

 

"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulut Hakiki.

 

"Salam kenal. Aku Hikma Andapi," nyatanya sambil mempertahankan tangannya yang belum disambut oleh Hakiki. Dapi tersenyum manis.

 

"Oh."

Hakiki menyambut tangan Dapi. "Memang benar kata Arini, matanya tersenyum," bathin Hakiki.

 

"Semoga kita bisa berteman baik. Aku, kamu dan Arini," nyata Dapi.

 

"Oh."

Kali ini Dapi tertawa lebar mendengar satu kata yang sudah berulang kali keluar dari mulut Hakiki.

 

"Emang bener ya kata Arini, kamu punya wajah yang polos." Dapi melepas jabatan erat dari tangan Hakiki. "Oke... see you ya Hakiki," pamit Dapi. Lalu dia berlari kecil menuju posisi semula melewati 26 orang siswa yang akan bertanding di lapangan hijau.

 

 

Kedua mata Hakiki mengikuti gerakan Dapi. Kedua matanya tak lepas dari pemuda itu. Hatinya penuh dengan pernyataan. Pertama, dia merasa kenal baik dengan pemuda itu. Kedua, dia merasa bahwa Dapi memang ramah dan berani melakukan aksi tadi di depan orang-orang yang belum dikenal. Jika Dapi adalah Hakiki maka dia akan 1000 kali berpikir untuk memperkenalkan diri di depan orang yang belum mengenal atau menegurnya sama sekali. Ketiga, apa yang dikatakan Arini semuanya benar. Karakter, fisik, tingkah laku bahkan kedua mata itu. Kedua mata yang membuat Hakiki takjub melihat pemuda tadi. Mata itu memang benar-benar tersenyum. Otaknya kembali memeriksa rak-rak di segala ruangan untuk mencari tahu di mana sebelumnya dia bertemu dengan pemuda yang bernama Dapi. Pandangan Hakiki masih tertuju pada Dapi. yPemuda yang sudah sampai ke barisan semula tapi masih dilihat oleh Hakiki dan dia sengaja melangkah ke depan 1 kali untuk melihat pergerakan Dapi yang berbaris sejajar dengan semua siswa. Tentu saja Hakiki memandang dengan wajah polos dan mulut sedikit terbuka. Akhirnya suara peluit dari guru olahraga membuyarkan lamunannya.

 

 

Kali ini mereka sengaja ditandingkan per kelas karena sekolah akan mencari bibit siswa yang berbakat di bidang olahraga. SMA ini selalu melakukan hal tersebut di tahun pertama sekolah. Kelas 10-1 sampai 10-8 akan ditandingkan secara berurut dan setelah itu pemenang akan ditandingkan dengan grup yang menang di gelombang selanjutnya. Dan guru olahraga juga, pada akhirnya akan mengambil siswa yang berbakat menurut penilaiannya walaupun peserta berasal dari grup yang kalah. Karena ada juga penilaian personal untuk memajukan siswa secara pribadi bagi yang berbakat dan nantinya akan bergabung dengan club olahraga di SMA tersebut.

 

 

 

Hakiki mengakui tak berbakat dalam olahraga, apalagi sepak bola. Dia senang berolahraga hanya untuk permainan belaka seperti bulu tangkis, lari, berenang dan sepak bola. Tidak berbakat bukan berarti dia tidak mau ikut bermain dalam olah raga itu.

 

 

Mereka telah memulai pertandingan di babak pertama. Biasanya Hakiki hanya bersenang-senang dalam hal ini. Tapi kali ini, pikirannya juga tidak fokus karena matanya selalu tertuju kepada Dapi. Pemuda ini sangat handal dalam bermain sepak bola. Dari menendang bola, menggiring, menggocek, mempermainkan bola dengan kedua kakinya. Pemuda itu benar-benar sangat handal. Dan Arini pasti tak tahu tentang hal ini, pikirnya. Walaupun sering tersenyum dan tertawa, tapi dia serius dan fokus pada saat pertandingan. Hakiki kagum dengan keahliannya.

 

 

 

45 menit berlalu, Hakiki tidak nampak kelelahan secara fisik tapi dia merasa otaknya lelah mencari tahu siapa Dapi. Berusaha mencari, di mana dia pernah mendengar nama dan di mana dia pernah melihat wajah pemuda ini. Tapi tak ditemukan olehnya. Tak ada sedikit petunjukpun yang menandakan dia mengenal pemuda ini sebelumnya.

 

Peluit dari guru olah ragapun terdengar, tanda istirahat 15 menit. Hakiki berjalan menuju pinggir lapangan dengan nafas yang sedikit tersengal. Dia berlari-lari kecil. Lalu tiba tiba, ada seseorang yang merangkul lehernya dari belakang.

 

"Kamu lumayan juga main sepak bola," nyata orang itu tak lain adalah Dapi.

 

Hakiki terkejut. Terkejut karena ada seseorang yang tiba-tiba merangkulnya dan lebih terkejut lagi yang merangkul adalah Dapi yang baru dia kenal 45 menit yang lalu. Pemuda ini sangat ramah pikirnya.

 

"Oh... kamu lebih berbakat daripada aku," nyata Hakiki. Akhirnya dia berbicara lebih banyak.

 

Dapi hanya tertawa.

 

Mendekati pinggir lapangan, mereka menghentikan lari dan berjalan perlahan menuju bangku tempat mereka meletakkan tas. Begitu juga dengan siswa yang lain, mereka buru- buru membuka tas untuk mencari botol minuman. Dapi membuka tasnya, tangan kanan mengambil botol minuman dan memberikan kepada Hakiki.

 

"Oh... aku ada kok. Terima kasih," nyata Hakiki. Dia sudah duduk di bangku panjang. Dapi masih berdiri di dekatnya.

 

Dapi tak menjawab respon Hakiki. Dia mengambil handuk. Mengelap keringat. Meletakkan pantatnya secara perlahan, duduk di samping Hakiki dan meminum air dari botol yang berwarna biru.

 

"Sekolah ini sangat mengasyikkan," ujarnya.

 

Hakiki melihat ke Dapi. Baru kali ini dia melihat manusia yang sangat ceria dan bersemangat seperti Dapi.

 

Dapi menoleh ke arah Hakiki, lalu tertawa kecil secara spontan karena mereka bertemu pandang.

"Arini memang benar-benar mengagumi kamu sebagai sahabat. Sampai - sampai dia bisa menjelaskan secara detail wajah kamu yang begitu polos dengan mulut sedikit terbuka jika lagi berpikir keras," nyata Dapi.

 

Hakiki sedikit menutup mulutnya. Tersadar karena perkataan Dapi.

 

"Arini sering membicarakan tentang aku kepadamu?" tanya Hakiki dengan penuh tanda tanya.

 

"Ya dan aku iri dengan persahabatan kalian," terang Dapi. Kali ini dia menundukkan wajahnya. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.

 

"Arini juga sering membicarakan kamu, setiap bertemu denganku dan kami selalu bertemu setiap hari. Bisa kamu bayangkan seberapa banyak dia bercerita tentangmu ke aku."

 

"Masa sih?"

 

Ekspresi Dapi yang secara tiba tiba, membuat Hakiki kaget. Wajahnya sangat cerah, secerah mentari pagi. Ada sedikit warna kemerahan di pipinya.

 

"Ah... aku sangat senang jika Arini berperilaku seperti itu. Menceritakan tentang aku ke kamu. Aaaaaah...," ujar Dapi. Dia merentangkan kedua tangannya seolah-olah dia ingin menghirup seluruh udara di lapangan itu. Ceria dan manja. Karakter itu yang dikeluarkannya saat ini.

Hakiki menatap Dapi dengan tatapan aneh. Hakiki merasa sedang duduk berdampingan dengan seorang anak kecil saat ini. Diam sesaat dan kemudian berkata, "Tapi aku takut," nyata Hakiki dengan suara sedikit mengecil tapi berat.

 

Dapi langsung menyudahi aksinya. Menoleh ke Hakiki dengan wajah serius.

"Takut apa?" tanyanya penasaran. Kali ini tak ada senyum sedikitpun dari mulut Dapi. Dia benar benar serius. Melongo.

 

"Aku takut kehilangan Arini sebagai sahabatku dan kamu merebutnya," jawab Hakiki jujur.

 

Dapi tertawa kecil. "Bro... kita bisa menjadi sahabat bertiga. Tidak akan ada yang merebut satu dan yang lainnya. Percayalah." Dapi merangkul pundak Hakiki. "Kita bisa berteman khan?"

 

"Hmm...," angguk Hakiki tanda setuju. Bagi Hakiki untuk berteman dengan siapa saja bukan masalah. Dia ingin berteman dengan semua orang tapi untuk menjadi sahabat butuh proses. Prinsip itu benar menurutnya.

 

Peluitpun terdengar lagi, tanda istirahat sudah selesai.

 

"Hei... kamu belum minum setegukpun. Ayo cepat minum," perintah Dapi. Dia melepaskan rangkulan kepada Hakiki. Berdiri dan menunggu pemuda yang sedang duduk dan akan meneguk minumannya.

 

Hakiki menuruti perkataan Dapi dan mengarajkan botol yang sudah dikeluarkan dari tadi ke arah mulutnya. Dia minum beberapa teguk, menutup dan menyimpan botolnya kembali ke dalam tas.

 

Dapi menunggu Hakiki untuk menyelesaikan urusannya. Mereka bergerak menuju ke tengah lapangan setelah Hakiki bangkit dari duduknya. Siswa yang lain juga sudah siap untuk pertandingan selanjutnya.

 

 

*******

Terpopuler

Comments

Junaldi Junaldi

Junaldi Junaldi

Pertemuan dua sahabt nih seprtinya.

2020-07-11

1

Manzilia

Manzilia

Waaah.... Sebentar..... Hikma Andapi atau Dapi ini siapa ya?

Seprtinya member BTS juga.... 😘

2020-07-06

1

lihat semua
Episodes
1 Boyz with fun : Ep. 1
2 Boyz with fun : Ep. 2
3 Boyz with fun : Ep. 3
4 Boyz with fun : Ep. 4
5 Boyz with fun : Ep. 5
6 Boyz with fun : Ep. 6
7 Boyz with fun : Ep. 7
8 Boyz with fun : Ep. 8
9 Boyz with fun : Ep. 9
10 Scenery : Ep. 10
11 Scenery : Ep. 11
12 Scenery : Ep. 12
13 Scenery : Ep. 13
14 Singularity : Ep. 14
15 Singularity : Ep. 15
16 Singularity : Ep. 16
17 Singularity : Ep. 17
18 Singularity : Ep. 18
19 Singularity : Ep. 19
20 Inner child : Ep. 20
21 Inner child : Ep. 21
22 Inner child : Ep. 22
23 Inner child : Ep. 23
24 Stigma : Ep. 24
25 Stigma : Ep. 25
26 Stigma : Ep. 26
27 Stigma : Ep. 27
28 Stigma : Ep. 28
29 Stigma : Ep. 29
30 Stigma : Ep. 30
31 Stigma : Ep. 31
32 Sweet Night : Ep. 32
33 Sweet Night : Ep. 33
34 Sweet Night : Ep. 34
35 Sweet Night : Ep. 35
36 Sweet Night : Ep. 36
37 Sweet Night : Ep. 37
38 Sweet Night : Ep. 38
39 4 O'clock : Ep. 39
40 4 O'clock : Ep. 40
41 4 O'clock : Ep. 41
42 4 O'clock : Ep. 42
43 Hug Me : Ep. 43
44 Hug Me : Ep. 44
45 Winter Bear : Ep. 45
46 Winter Bear : Ep. 46
47 Winter Bear : Ep. 47
48 Pengumuman
49 Nomor kontak
50 (Hakiki Hulmi) Episode 1
51 (Hakiki Hulmi) Episode 2
52 (Hakiki Hulmi) Episode 3
53 (Hakiki Hulmi) Episode 4
54 (Hakiki Hulmi) Episode 5
55 (Hakiki Hulmi) Episode 6
56 (Hakiki Hulmi) Episode 7
57 (Hakiki Hulmi) Episode 8
58 (Hakiki Hulmi) Episode 9
59 (Hakiki Hulmi) Episode 10
60 (Hakiki Hulmi) Episode 11
61 (Hakiki Hulmi) Episode 12
62 (Hakiki Hulmi) Episode 13
63 (Hakiki Hulmi) Episode 14
64 (Hakiki Hulmi) Episode 15
65 (Hakiki Hulmi) Episode 16
66 (Hakiki Hulmi) Episode 17
67 (Hakiki Hulmi) Episode 18
68 (Hakiki Hulmi) Episode 19
69 (Hakiki Hulmi) Episode 20
70 (Hakiki Hulmi) Episode 21
71 (Hakiki Hulmi) Episode 22
72 (Hakiki Hulmi) Episode 23
73 (Hakiki Hulmi) Episode 24
74 (Hakiki Hulmi) Episode 25
75 (Hakiki Hulmi) Episode 26
76 (Hakiki Hulmi) Episode 27
77 (Hakiki Hulmi) Episode 28
78 (Hakiki Hulmi) Episode 29
79 (Hakiki Hulmi) Episode 30
80 (Hakiki Hulmi) Episode 31
81 (Hakiki Hulmi) Episode 32
82 (Hakiki Hulmi) Episode 33
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Boyz with fun : Ep. 1
2
Boyz with fun : Ep. 2
3
Boyz with fun : Ep. 3
4
Boyz with fun : Ep. 4
5
Boyz with fun : Ep. 5
6
Boyz with fun : Ep. 6
7
Boyz with fun : Ep. 7
8
Boyz with fun : Ep. 8
9
Boyz with fun : Ep. 9
10
Scenery : Ep. 10
11
Scenery : Ep. 11
12
Scenery : Ep. 12
13
Scenery : Ep. 13
14
Singularity : Ep. 14
15
Singularity : Ep. 15
16
Singularity : Ep. 16
17
Singularity : Ep. 17
18
Singularity : Ep. 18
19
Singularity : Ep. 19
20
Inner child : Ep. 20
21
Inner child : Ep. 21
22
Inner child : Ep. 22
23
Inner child : Ep. 23
24
Stigma : Ep. 24
25
Stigma : Ep. 25
26
Stigma : Ep. 26
27
Stigma : Ep. 27
28
Stigma : Ep. 28
29
Stigma : Ep. 29
30
Stigma : Ep. 30
31
Stigma : Ep. 31
32
Sweet Night : Ep. 32
33
Sweet Night : Ep. 33
34
Sweet Night : Ep. 34
35
Sweet Night : Ep. 35
36
Sweet Night : Ep. 36
37
Sweet Night : Ep. 37
38
Sweet Night : Ep. 38
39
4 O'clock : Ep. 39
40
4 O'clock : Ep. 40
41
4 O'clock : Ep. 41
42
4 O'clock : Ep. 42
43
Hug Me : Ep. 43
44
Hug Me : Ep. 44
45
Winter Bear : Ep. 45
46
Winter Bear : Ep. 46
47
Winter Bear : Ep. 47
48
Pengumuman
49
Nomor kontak
50
(Hakiki Hulmi) Episode 1
51
(Hakiki Hulmi) Episode 2
52
(Hakiki Hulmi) Episode 3
53
(Hakiki Hulmi) Episode 4
54
(Hakiki Hulmi) Episode 5
55
(Hakiki Hulmi) Episode 6
56
(Hakiki Hulmi) Episode 7
57
(Hakiki Hulmi) Episode 8
58
(Hakiki Hulmi) Episode 9
59
(Hakiki Hulmi) Episode 10
60
(Hakiki Hulmi) Episode 11
61
(Hakiki Hulmi) Episode 12
62
(Hakiki Hulmi) Episode 13
63
(Hakiki Hulmi) Episode 14
64
(Hakiki Hulmi) Episode 15
65
(Hakiki Hulmi) Episode 16
66
(Hakiki Hulmi) Episode 17
67
(Hakiki Hulmi) Episode 18
68
(Hakiki Hulmi) Episode 19
69
(Hakiki Hulmi) Episode 20
70
(Hakiki Hulmi) Episode 21
71
(Hakiki Hulmi) Episode 22
72
(Hakiki Hulmi) Episode 23
73
(Hakiki Hulmi) Episode 24
74
(Hakiki Hulmi) Episode 25
75
(Hakiki Hulmi) Episode 26
76
(Hakiki Hulmi) Episode 27
77
(Hakiki Hulmi) Episode 28
78
(Hakiki Hulmi) Episode 29
79
(Hakiki Hulmi) Episode 30
80
(Hakiki Hulmi) Episode 31
81
(Hakiki Hulmi) Episode 32
82
(Hakiki Hulmi) Episode 33

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!