Scenery : Ep. 12

Kebun Raya Bogor menyimpan banyak cerita yang menarik untuk diungkap. Salah satu di antaranya adalah kisah romantisme Gubernur Inggris di Pulau Jawa yakni Sir Thomas Raffles.

Jejak kisah cinta Gubernur yang memerintah pada tahun 1811-1816 itu dapat ditelusuri dari sebuah monumen yang berada di dekat pintu satu Kebun Raya Bogor. Monumen itu dinamakan monumen Lady Raffles.

Monumen Lady Raffles didirikan oleh Sang Gubernur untuk istri pertamanya Olivia Mariamme Raffles yang meninggal pada tahun 1814 akibat mengidap penyakit malaria. Monumen ini sengaja di dirikan sebagai kenangan bagi Raffles untuk istrinya yang meninggal saat ia memerintah di Pulau Jawa, dulu Raffles pernah tinggal di istana Bogor saat Jadi Gubernur.

Monumen yang didirikan Raffles terkesan sederhana dengan bangunan berbentuk lingkaran yang dikelilingi oleh delapan tiang. Namun di tengah lingkaran itu terdapat sebuah prasasti yang berisi puisi yang sarat makna akan cinta dan perpisahan.

"Oh thou whom neer my constant heart ; (Kamu yang selalu berada di hatiku). One moment hath forgot ; (Tak pernah sedikitpun kulupakan). Tho fate severe hath bid us part ; (Walaupun takdir memisahkan kita). Yet still - forget me not (Janganlah pernah lupakan aku).

Berdasarkan keterangan yang ada di sekitar monumen, sebait-bait kata puitis yang ditulis dalam Bahasa Inggris klasik pada prasasti itu, ditulis oleh Olivia Mariamme sendiri yang tentunya juga menggambarkan suasana hati Raffles yang kehilangan sang buah hati.

Olivia sendiri saat menjadi istri Sang Gubernur ikut membawa pengaruh terhadap Hindia Belanda dimana dirinya telah ikut memperkenalkan reformasi sosial di kalangan masyarakat Jawa.

Monumen Lady Raffles pernah mengalami rekonstruksi bangunan tepatnya pada tahun 1970. Rekontruksi dilakukan karena bangunan telah termakan usia dan rubuh diterjang angin pada tahun itu. Rekonstruksi juga tidak merubah gaya arsitektur khas Eropa dari monumen itu karena berdaya tarik unik dan khas.

Kini monumen yang juga terkenal dengan monumen cinta tidak lagi menjadi daya tarik bagi pengunjung Kebun Raya Bogor. Pengunjung lebih sering mengabaikan monumen tersebut karena mereka berpendapat ada hal mistis terpancar dari monumen itu.

*Dikutip dari Wikipedia

*******

Hakiki berusaha mencari keberadaan Arini. Sahabatnya seakan ditelan bumi. Mencari lagi di sekeliling tempat dengan berlari kecil dan meneiliti. Wajahya sangat cemas. Langkahnya terhenti. Kini matanya tertuju pada satu tempat. Bangunan bercat putih terdiri dari delapan tiang. Tiang - tiang itu mengelilingi satu prasasti di tengah. Hakiki melihat Arini terduduk di dekat prasasti, kepalanya tertunduk, kedua tangan merangkul kaki, dan kepalanya menempel di lutut. Duduk meringkuk.

Hakiki langsung berlari mendekati Arini. "Arini...." Suara Hakiki yang keluar sedikit berat tapi berbisik. Mendekati sahabatnya dengan berjongkok dan berusaha untuk menatap wajah Arini. Namun Arini masih tertunduk. "Rin...," lirih Hakiki pelan. Tangan kanannya memegang tangan Arini. Dingin, sedingin suasana yang mencekam pada saat itu. Hakiki berusaha sedikit menggoyang pelan badan Arini. Berusaha untuk mengangkat wajah gadis yang tiba-tiba berlari tanpa sadar meninggalkannya beberapa menit yang lalu.

"Rin...." Kedua tangan pemuda mengangkat pelan-pelan wajah Arini. Telapak tangan menyentuh pipi bagian bawah. "Kamu enggak apa-apa"? tanyanya cemas.

Arini mengangkat wajahnya perlahan-lahan mengikuti gerakan pelan kedua tangan Hakiki. Kedua matanya sayu ketika menatap Hakiki. "Ki, aku dimana?" Kini... gadis berwajah mungil menatap sekeliling dengan mimik bingung.

"Kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Hakiki lagi untuk memastikan.

"Aku dimana?" Suara Arini sedikit bergetar. Sepertinya air mata akan jatuh.

"Hus... hus...." Hakiki berusaha untuk menenangkan. Merangkul Arini. "Sudah, kamu aman kok sekarang."

Arini masuk ke dalam pelukan Hakiki. Sekian menit mereka terdiam. Arini sedikit menangis.

Hakiki melepas pelukan Arini. "Ayo... duduk di sini. Tenangkan dirimu. Nih... minumlah." Hakiki menyodorkan botol minuman berisi air.

Arini berpindah tempat, bergeser sedikit menjauh dari prasasti sesuai perintah Hakiki, keluar dari lingkaran bangunan tengah. Mereka duduk di pinggir monumen. Ada dua tiang yang mengapit mereka. Kaki mereka ke bawah menapaki anak tangga monumen. Arini minum beberapa teguk air dari botol yang diberikan oleh sahabatnya. Masih terdiam setelah meneguk beberapa air. Bingung. Sedih. Takut. Campur aduk. Botol minuman dipegang dengan tangan sedikit bergetar.

"Mas.... Ada apa?" tanya seseorang satpam yang berhenti berlari tak jauh dari mereka. Nafasnya tersengal-sengal. Mungkin  karena selesai berlari, mengejar Hakiki. Ada beberapa pengunjung yang mengikutinya dari belakang.

Hakiki terkejut. Melihat dengan wajah polos, mulut sedikit terbuka. "Oh... teman saya sedikit tak enak badan pak. Maaf...," jawab Hakiki terbata.

"Tapi, tidak apa apa kan, Mas?" tanyanya lagi untuk meyakinkan.

"Tidak pak. Tidak apa-apa. Palingan istirahat sebentar saja, juga sudah mendingan. Terima kasih, Pak." Hakiki berdiri dan sedikit membungkukkan badan.

"Oke Mas. Syukurlah kalau tidak apa-apa. Saya kembali ke pos. Ayo.., bubar. Tidak ada yang serius. Tidak apa-apa kata pacarnya," nyata Pak Satpam kepada yang lain. Lelaki berumur sekitar 30-an itu pun berbalik badan, diikuti beberapa pengunjung yang dari tadi ingin mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Hakiki tak menggubris kalimat terakhir yang keluar dari mulut satpam. Dia kembali melihat Arini yang masih dalam kondisi duduk. Sahabatnya itu sedikit pucat dan lemas. Botol berwarna hijau yang dipegang masih dalam kondisi bergetar. "Ayo, kita pulang saja. Aku rasa sudah cukup mengambil foto hari ini." Tangan kiri Hakiki menjulur ke samping, telapak tangan terbuka dan mengembangkan ke posisi atas agar Arini bisa menyambutnya.

Arini menoleh pelan, melihat Hakiki dengan tatapan sendu. Meletakkan telapak tangan kanan menimpa tangan sahabatnya. Dia merasa Hakiki menarik tangan kanan dan sedikit membungkuk untuk membantunya berdiri.

"Kamu bisa berjalan, kan? Hak sepatu kamu patah yang sebelah kanan, jadi enggak bisa dipakai. Kalau enggak bisa jalan, aku gendong deh."

"Bisa kok. Enggak usah, aku bisa jalan."

Hakiki menuntun Arini turun dari kedua anak tangga monumen. Berjalan menuju pintu pagar yang mengelilingi monumen untuk keluar dari pagar yang tingginya hampir sepinggang.

Belum sempat keluar dari pagar, langkah Arini terhenti. Menoleh ke belakang, ke arah prasasti yang berada di dalam monumen. "Ki, ambil beberapa foto di monumen ini ya," serunya. Menatap Hakiki dengan mata yang berbinar. Bukan mata beberapa detik yang lalu.

Hakiki terbengong. Mulutnya sedikit terbuka. Matanya membesar. "Kamu yakin, Rin?"

"Ya."

"Kamu masih bisa berdiri? Tidak apa-apa?" tanya Hakiki khawatir.

"Iya. Aku tidak apa-apa. Ayo...." Anehnya kali ini Arini tersenyum kecil. Berusaha mundur beberapa langkah sambil menatap Hakiki yang terpaku. Mengambil posisi mendekati tiang prasasti.

Hakiki masih ragu. Pandangannya masih tertuju ke Arini. Kamera masih tergantung di leher. Memperhatikan gerak kaki Arini yang sedikit lemah tapi melangkah mundur dengan langkahnya pasti.

"Oke. Ayolah... ambil beberapa foto saja."

Hakiki mengambil kamera dan menjepretkan beberapa kali. Pose sahabatnya berdiri di prasasti, duduk di lantai monumen yang diapit dua pilar dan sekali lagi berdiri di samping monumen. Hakiki aneh melihat gaya dan raut wajah Arini. Gadis itu terlihat segar dan gembira. Lebih berenergi daripada sebelumnya ketika di tempat lain. Senyum yang dikeluarkan begitu sumringah. Hakiki menyudahi itu dan mendekati Arini. Menuntun dan membantu keluar dari monumen dan berjalan keluar pagar, mengulangi langkah sebelumnya.

"Kamu pakai sepatu aku deh. Biarin sedikit longgar, yang penting kaki kamu aman." Lalu dengan segera Hakiki melepas kedua sepatu. Dia hanya beralaskan kaos kaki. Membungkuk dan memasangkan kedua sepatu itu ke kaki Arini. Aksi itu dilakukannya ketika mereka sudah keluar dari pagar monumen.

Arini tersenyum. Mengelus rambut Hakiki berulang kali yang sedang berjongkok di hadapannya. Tak berkata sepatah katapun.

Setelah selesai memasang sepatunya ke kaki Arini, Hakiki memasukkan beberapa barang ke dalam tas. Sepatu Arini dan botol minuman. Bangkit dan membimbing Arini berjalan menyusuri trotoar menuju pintu keluar. "Kali ini aku yang menyetir, ntar aku pulang dari rumah kamu naik bis. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di perjalanan. Semoga saja." pintanya.

*******

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Junaldi Junaldi

Junaldi Junaldi

Gua belum pernah liat monumen ini.

2020-07-12

1

Manzilia

Manzilia

Loh... Ceweknya kenapa?

Hakiki baik banget si....pengen punya pacar kayak oppa.... 😘 😘 😘 😘

2020-07-06

1

lihat semua
Episodes
1 Boyz with fun : Ep. 1
2 Boyz with fun : Ep. 2
3 Boyz with fun : Ep. 3
4 Boyz with fun : Ep. 4
5 Boyz with fun : Ep. 5
6 Boyz with fun : Ep. 6
7 Boyz with fun : Ep. 7
8 Boyz with fun : Ep. 8
9 Boyz with fun : Ep. 9
10 Scenery : Ep. 10
11 Scenery : Ep. 11
12 Scenery : Ep. 12
13 Scenery : Ep. 13
14 Singularity : Ep. 14
15 Singularity : Ep. 15
16 Singularity : Ep. 16
17 Singularity : Ep. 17
18 Singularity : Ep. 18
19 Singularity : Ep. 19
20 Inner child : Ep. 20
21 Inner child : Ep. 21
22 Inner child : Ep. 22
23 Inner child : Ep. 23
24 Stigma : Ep. 24
25 Stigma : Ep. 25
26 Stigma : Ep. 26
27 Stigma : Ep. 27
28 Stigma : Ep. 28
29 Stigma : Ep. 29
30 Stigma : Ep. 30
31 Stigma : Ep. 31
32 Sweet Night : Ep. 32
33 Sweet Night : Ep. 33
34 Sweet Night : Ep. 34
35 Sweet Night : Ep. 35
36 Sweet Night : Ep. 36
37 Sweet Night : Ep. 37
38 Sweet Night : Ep. 38
39 4 O'clock : Ep. 39
40 4 O'clock : Ep. 40
41 4 O'clock : Ep. 41
42 4 O'clock : Ep. 42
43 Hug Me : Ep. 43
44 Hug Me : Ep. 44
45 Winter Bear : Ep. 45
46 Winter Bear : Ep. 46
47 Winter Bear : Ep. 47
48 Pengumuman
49 Nomor kontak
50 (Hakiki Hulmi) Episode 1
51 (Hakiki Hulmi) Episode 2
52 (Hakiki Hulmi) Episode 3
53 (Hakiki Hulmi) Episode 4
54 (Hakiki Hulmi) Episode 5
55 (Hakiki Hulmi) Episode 6
56 (Hakiki Hulmi) Episode 7
57 (Hakiki Hulmi) Episode 8
58 (Hakiki Hulmi) Episode 9
59 (Hakiki Hulmi) Episode 10
60 (Hakiki Hulmi) Episode 11
61 (Hakiki Hulmi) Episode 12
62 (Hakiki Hulmi) Episode 13
63 (Hakiki Hulmi) Episode 14
64 (Hakiki Hulmi) Episode 15
65 (Hakiki Hulmi) Episode 16
66 (Hakiki Hulmi) Episode 17
67 (Hakiki Hulmi) Episode 18
68 (Hakiki Hulmi) Episode 19
69 (Hakiki Hulmi) Episode 20
70 (Hakiki Hulmi) Episode 21
71 (Hakiki Hulmi) Episode 22
72 (Hakiki Hulmi) Episode 23
73 (Hakiki Hulmi) Episode 24
74 (Hakiki Hulmi) Episode 25
75 (Hakiki Hulmi) Episode 26
76 (Hakiki Hulmi) Episode 27
77 (Hakiki Hulmi) Episode 28
78 (Hakiki Hulmi) Episode 29
79 (Hakiki Hulmi) Episode 30
80 (Hakiki Hulmi) Episode 31
81 (Hakiki Hulmi) Episode 32
82 (Hakiki Hulmi) Episode 33
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Boyz with fun : Ep. 1
2
Boyz with fun : Ep. 2
3
Boyz with fun : Ep. 3
4
Boyz with fun : Ep. 4
5
Boyz with fun : Ep. 5
6
Boyz with fun : Ep. 6
7
Boyz with fun : Ep. 7
8
Boyz with fun : Ep. 8
9
Boyz with fun : Ep. 9
10
Scenery : Ep. 10
11
Scenery : Ep. 11
12
Scenery : Ep. 12
13
Scenery : Ep. 13
14
Singularity : Ep. 14
15
Singularity : Ep. 15
16
Singularity : Ep. 16
17
Singularity : Ep. 17
18
Singularity : Ep. 18
19
Singularity : Ep. 19
20
Inner child : Ep. 20
21
Inner child : Ep. 21
22
Inner child : Ep. 22
23
Inner child : Ep. 23
24
Stigma : Ep. 24
25
Stigma : Ep. 25
26
Stigma : Ep. 26
27
Stigma : Ep. 27
28
Stigma : Ep. 28
29
Stigma : Ep. 29
30
Stigma : Ep. 30
31
Stigma : Ep. 31
32
Sweet Night : Ep. 32
33
Sweet Night : Ep. 33
34
Sweet Night : Ep. 34
35
Sweet Night : Ep. 35
36
Sweet Night : Ep. 36
37
Sweet Night : Ep. 37
38
Sweet Night : Ep. 38
39
4 O'clock : Ep. 39
40
4 O'clock : Ep. 40
41
4 O'clock : Ep. 41
42
4 O'clock : Ep. 42
43
Hug Me : Ep. 43
44
Hug Me : Ep. 44
45
Winter Bear : Ep. 45
46
Winter Bear : Ep. 46
47
Winter Bear : Ep. 47
48
Pengumuman
49
Nomor kontak
50
(Hakiki Hulmi) Episode 1
51
(Hakiki Hulmi) Episode 2
52
(Hakiki Hulmi) Episode 3
53
(Hakiki Hulmi) Episode 4
54
(Hakiki Hulmi) Episode 5
55
(Hakiki Hulmi) Episode 6
56
(Hakiki Hulmi) Episode 7
57
(Hakiki Hulmi) Episode 8
58
(Hakiki Hulmi) Episode 9
59
(Hakiki Hulmi) Episode 10
60
(Hakiki Hulmi) Episode 11
61
(Hakiki Hulmi) Episode 12
62
(Hakiki Hulmi) Episode 13
63
(Hakiki Hulmi) Episode 14
64
(Hakiki Hulmi) Episode 15
65
(Hakiki Hulmi) Episode 16
66
(Hakiki Hulmi) Episode 17
67
(Hakiki Hulmi) Episode 18
68
(Hakiki Hulmi) Episode 19
69
(Hakiki Hulmi) Episode 20
70
(Hakiki Hulmi) Episode 21
71
(Hakiki Hulmi) Episode 22
72
(Hakiki Hulmi) Episode 23
73
(Hakiki Hulmi) Episode 24
74
(Hakiki Hulmi) Episode 25
75
(Hakiki Hulmi) Episode 26
76
(Hakiki Hulmi) Episode 27
77
(Hakiki Hulmi) Episode 28
78
(Hakiki Hulmi) Episode 29
79
(Hakiki Hulmi) Episode 30
80
(Hakiki Hulmi) Episode 31
81
(Hakiki Hulmi) Episode 32
82
(Hakiki Hulmi) Episode 33

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!