- 4 Januari 2012 -
"Hakiki...!" Seru seorang gadis yang baru masuk ke dalam kelas. Mendekati pemuda yang sedang duduk di bangku, sembari berlari kecil.
Pemuda yang dipanggilpun menoleh dengan wajah datar. Pemuda itu melihat dengan mata yang berkelopak tunggal tapi dengan bola mata yang besar. Matanya memperlihatkan wajah yang lembut tapi bentuk wajahnya maskulin. Tatapannya tajam dan sendu. Dia memiliki hidung yang mancung dan tinggi. Dahinya juga lebar tapi menawan. Ada tahi lalat di beberapa tempat di wajah, di tulang pipi sebelah kiri, di bawah mata sebelah kanan dan di bawah hidung, terlihat jelas ketika dia lagi menengadah. Ketika orang bertemu dengannya, mereka akan berkata, "Tuhan sedang memiliki mood yang sangat baik ketika menciptakan makhluk ini." Ya. Wajahnya sangat
sempurna seperti Karakter Anime Jepang.
Gadis yang memanggil, spontan tertawa. Berkata, "Udah deh. Muka bloonnya jangan dipake terus. Masih pagi." Gadis yang memakai seragam putih abu-abu berdiri pas di depan pemuda yang dipanggil.
Pemuda yang dipanggil dengan nama Hakiki mengembangkan kedua bibir dengan cepat. Perubahan mimik wajah sangat cepat bahkan tidak dalam satu detik.
"Hei...selamat pagi Arini," sapanya dengan suara berat tapi mempesona dan kepala sedikit mendongak.
"Seperti biasa ya, sudah enam bulan masuk sekolah ini, kamu selalu tepat waktu, tidak pernah terlambat. Hebat," puji gadis yang berpostur mungil dan berkulit putih. Matanya kelihatan berbinar.
"Salam aku belum dijawab loh?" seru Hakiki dengan wajah yang super penuh tanda penasaran.
Arini tertawa kecil.
"Iya. Met pagi juga."
"Aku menyapa dengan Selamat Pagi, Rin, bukan Met Pagi?" Masih dengan wajah yang super penuh tanda penasaran. Protes.
"Udah ah... mukamu itu jangan serius amat, enggak keliatan pinternya, malah keliatan bloonnya. Udah ya... aku masuk ke kelas. Bye."
Arini beranjak dari meja Hakiki menuju pintu keluar, tapi... tiba-tiba sedikit membalikkan badan setelah beberapa langkah. Arini berhenti dan berseru, "Ki, kamu tahu enggak, di kelas aku ada anak baru pindahan dari Bali. Hari ini bergabung ke kelasku." Arini terlihat bersemangat.
"Oh...."
Semangat Arini langsung hilang melihat respon Hakiki. Pemuda lawan bicaranya hanya mengeluarkan satu kata dan masih dengan wajah datar.
"Dasar blank face," nyata Arini kesal. bergegas melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Sepertinya terdengar suara hentakan kaki sedikit keras.
Hakiki tak menggubris hentakan langkah kaki yang lambat laun menjauh, kembali merapikan buku yang ada di meja. Padahal sudah dari sebelum Arini datang, dia melakukan hal ini tapi mungkin belum puas dengan kondisi dan letaknya yang kurang sempurna.
Arini dan Hakiki sudah berteman lama semenjak SMP. Mereka selalu satu kelas selama tiga tahun. Tapi kali ini, Arini dan Hakiki tidak sekelas walaupun mereka berada di SMA yang sama. Mungkin nanti, di kelas 11 atau 12. Tapi Hakiki tak terlalu mempermasalahkan. Lagipula, persahabatan antara Arini dan Hakiki tetap berjalan seperti biasa. Mereka akan selalu mencari satu dan lainnya apabila satu hari tidak bertemu.
Arini sangat mengenal Hakiki. Watak dan karakter Hakiki sangat unik di mata Arini. Jika teman-temannya mengatakan Hakiki adalah manusia yang aneh tapi Arini selalu merasa sahabatnya unik dengan segala keanehan yang dimiliki.
"Untung saja wajahmu rupawan, Ki. Jadi... walaupun kamu aneh tapi kamu selalu memikat hati semua orang. Coba saja wajahmu jelek, ditambah lagi dengan wajah blank face, semua akan mem-bully-mu tanpa ampun."
Arini pernah mengatakan pernyataan itu kepada Hakiki dan tentu saja sahabatnya menanggapi dengan wajah polos tanpa keluar satu patah katapun dari mulutnya.
Begitu juga dengan Hakiki, sudah sangat mengenal Arini. Arinilah satu-satunya teman wanita Hakiki yang dekat sampai sekarang ini. Hakiki sedikit memilih untuk berteman dengan wanita karena dia tidak ingin pertemanan lawan jenis berdasarkan perasaan yang khusus. Dia ingin merasakan persahabatan, memang benar-benar murni persahabatan, bukan karena perasaan yang lain. Banyak gadis yang suka dengannya tapi Hakiki masih ingin serius mengejar impian, tak ingin terganggu dengan hal-hal yang membuatnya pusing karena urusan pacaran atau hubungan yang lain.
Hakiki percaya dengan Arini, karena selama ini yang dirasakan oleh Hakiki, Arini sangat menyayangi dirinya, tidak lebih dari sahabat. Dia juga suka berteman dengan Arini karena gadis itu bukan tipe wanita yang sombong, padahal punya kemampuan untuk menyombongkan diri dari segi fisik, jabatan ayahnya dan prestasi. Tapi... tidak dengan Arini.
Awalnya, Hakiki berpikir ketika perkenalan pertama di SMP, Arini adalah gadis yang sombong karena penampilannya yang sangat menarik dan pakaiannya yang begitu rapi. Merasa seperti di film-film bahwa perempuan seperti Arini tidak memiliki watak yang baik karena selalu dimanja oleh keluarga. Ternyata Hakiki salah
besar. Arini adalah seorang gadis yang mempunyai banyak sifat baik. Oleh karena itu, Hakiki membuat Arini menjadi teman perempuan yang sangat diistimewakan karena sesuai dengan yang diinginkan. Perempuan yang cantik, mungil, pintar, rapi, berpenampikan menarik dan punya segudang prestasi karena sangat berbakat. Tapi, yang pasti Hakiki tidak menganggap sebagai pacar. Hanya sahabat terbaik yang dimilikinya.
Hakiki terus berusaha menjaga persahabatan dengan Arini sampai saat ini. Banyak teman- temannya yang mengatakan untuk menjadikan Arini pacar, tapi Hakiki hanya diam saja, tak berkata apapun. Karena bukan hal itu yang menjadi tujuan utama hidupnya.
Siswa dan siswi lain mulai berdatangan. Pagi ini di mulai pelajaran Bahasa Inggris yang terkadang membuat Hakiki ingin pergi ke luar negri seperti London atau New Zealand untuk mengeksplorasi negara lain dengan kemampuan Bahasa Inggrisnya, walaupun dia tahu bahwa kemampuan Bahasa Inggrisnya masih dangkal. Lebih tepatnya, dia ingin mengabadikan momen-momen di negara lain dengan foto.
Hakiki mempunyai impian besar. Dia mencintai fotografi. Menjadi fotografer adalah impian terbesarnya. Pemuda ini ingin menjadi fotografer profesional. Dan berusaha untuk mewujudkan impian itu. Selain fotografi, pemuda ini juga memiliki hobi yang lain. Melukis. Walaupun tak terlalu mahir. Bermain gitar dan sekarang sedang belajar saxophone. Memiliki darah seni yang kuat, iru yang dirasakan di dalam dirinya. Dia tak tahu mendapatkan bakat itu dari mana. Bukan dari Ayah, pastinya, yakinnya di dalam hati.
Kalau dilihat dari sejarah perjalanan hidup Ayahnya, maka dia memang merasa kalau bakat seni bukan berasal dari Ayahnya. Ayahnya sekarang bekerja di BUMN Bidang Pertanian. Dulu, sewaktu dia kecil Ayahnya adalah seorang petani di salah satu daerah di Sumatera Utara, Brastagi nama kotanya. Daerah pegunungan yang sangat diandalkan oleh masyarakat setempat untuk bertani. Banyak produksi buah- buahan dan sayuran yang dikirim ke luar negri dari daerah ini. Tanahnya sangat subur dan juga menjadi salah satu Objek Wisata di Sumatera Utara.
Akhirnya, setelah tamat SD, Ayahnya mendapat pekerjaan di BUMN Bidang pertanian karena itulah mereka harus pindah ke Jakarta. Ibunya, Hakiki dan kedua adiknya juga ikut pindah secara keseluruhan karena Ayahnya tak ingin membagi antara pekerjaan dan keluarga.
Hakiki adalah seorang anak yang rapi, teratur dalam segala hal, juga disiplin. Berusaha untuk melakukan semua hal secara perlahan dan berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan. Seseorang yang moody. Terkadang bisa berlari ke sana kemari dengan sangat riang tanpa sebab apapun, sedangkan hari berikutnya bisa hanya duduk sendirian di bangku dari jam pertama di sekolah sampai berakhir pelajaran.
Oleh karena itulah, teman- temannya merasa dirinya aneh. Ketika hatinya gembira, dia akan bernyanyi dengan gaya, nada dan lirik yang dibuat sendiri. Tentu saja dengan expresi wajah yang memukau. Terkadang teman-temannya tertawa melihat tingkahnya seperti itu dan menjadi penghibur tapi ketika sedang ingin sendiri maka teman- temannya juga tak berani mendekati, bahkan untuk menegur. Paling cuma Arini yang bisa membuat dia mengeluarkan sedikit kata-kata, kalau tidak 'oh' , 'hmmm', atau 'ya!'. Tapi walaupun begitu Arini selalu berhasil untuk menghibur dan kembali mendapatkan semangatnya.
Hakiki juga punya kelebihan untuk menghibur teman-temannya dengan ekspresi wajah. Dia bisa merubah wajahnya dari sedih, menjadi gembira, terus menjadi polos, terus ketakutan, terus ini dan itu seperti e-moticon yang ada di keypad handphone. Mereka senang jika dia melakukan itu sampai ada temannya yang berkata, "sebenarnya kamu itu berasal dari planet mana?" Hakiki tidak tersinggung, malah senang dinobatkan sebagai Alien di muka bumi ini.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Albedo : OVERLORD
Berarti klo muka jelek, tuhan lagi gk mood:v
2020-07-23
0
May
Bintang anime Jepang itu seperti apa? wkwk
2020-07-18
0
May
suka pas paragraf kedua. aku jadi langsung benar-benar berimajinasi. penggambarannya pas😚😚
2020-07-18
0