Bab 17

Dengan linangan air mata, Kiran menemani putranya makan. Tak hanya daging yang dia bawa, ada makanan lain yang di bawa olehnya. Itu adalah jatah makannya selama bekerja di hotel, demi anak tercinta dia rela menahan rasa lapar.

"Nih, makan yang banyak." Kiran menyodorkan beberapa makanan, ada nasi, roti, manisan, juga buah-buahan.

Krish tersenyum, tak sia-sia dia menunggu lama. Rasa kecewa karena dagingnya kecil, tapi terobati dengan makanan yang lain.

"Ini enak sekali, Mommy." Krish makan dengan lahap.

"Ya, makanlah," ucap Kiran.

"Kenapa Mommy tidak makan? Pasti Mommy sudah makan banyak ya di sana," duga Krish.

Jawabannya tentu tidak, Kiran menahan rasa lapar hanya demi untuk kepuasan anaknya. Semua jatah makannya dia bawa pulang dan diberikan untuk, Krish.

"Iya, Mommy sudah makan. Itu semuanya untukmu, Mommy ke belakang dulu."

Di dapur, dia mengganjal perutnya dengan sepotong roti yang masih tersisa tadi pagi. Kiran memakannya dengan lahap, lalu minum dengan sangat banyak agar rasa kenyang itu lebih terasa.

Dilihatnya tumpukkan baju yang belum di setrika, dan itu akan diambil oleh pemiliknya besok pagi. Dengan tenaga yang tersisa, dia kembali bekerja. Kiran memanaskan sertikaan itu lalu menyuruh Krish tidur jika sudah selesai makan.

"Krish, habis itu tidur dan jangan lupa cuci tangan," teriak Kiran dari ruangan sebelah.

"Ya, Mom. Aku belum selesai," sahut Krish.

Bocah itu menghabiskan semua makanan, perutnya jadi buncit karena makan begitu banyak, lalu rasa kantuk mulai menyerang saat perutnya terasa kenyang. Malam ini Krish bahagia karena dapat memakan makanan enak. Entah, dia tidak tahu kapan kembali menikmati makanan itu lagi.

***

Kiran merapihkan baju-baju yang telah selesai di setrika. Dia meregangkan otot-otot karena pekerjaannya malam ini telah selesai. Dia mencuci wajahnya terlebih dulu, lalu mengganti bajunya dan setelah itu menyusul anaknya yang sudah terlelap.

Ditatap nya wajah mungil dan hidung mancung itu, lalu mengusap kepala anaknya yang mulai berkeringat. Melihat putranya sehat pun dia sudah sangat bahagia.

"Krish," lirih Kiran. "Sebisa mungkin Mommy akan membahagiakanmu." Dikecup nya pucuk kepala putranya itu, dan dia pun ikut merebahkan tubuhnya yang lelah. Berharap, hari esok akan jauh lebih baik dari hari ini.

Keesokan paginya.

Kiran kembali beraktivitas, tak lupa dia menitipkan Krish pada Neha.

"Krish, Mommy kerja dulu. Kamu jangan nakal." Seperti biasa dia akan mewanti-wanti putranya supaya nurut pada Neha.

"Ya, Mommy."

Krish melihat kepergiaan ibunya yang sudah masuk ke dalam bajaj. Itu adalah alat transportasi menuju tempat kerjanya.

"Krish," panggil salah satu teman sebayanya.

"Ya," jawab bocah itu.

"Bibi Neha, aku pergi dengan Rahul," teriak Krish sebelum pergi.

"Ya, jangan jauh-jauh mainnya. Cukup di lapangan depan sana," kata Neha.

"Ya," jawab Krish lagi.

Karena tempat itulah yang menjadi tempat permainan anak-anak. Namun, Rahul tidak mengajak Krish bermain bola kali ini. Bocah itu memberitahukan bahwa hari ini ada acara pembagian makanan enak.

"Di mana, Rahul?" tanya Krish. "Aku tidak bisa pergi jauh, Mommy melarang ku pergi," kata Krish lagi.

"Tidak jauh, Krish. Cuma kita harus ikut antri untuk mendapatkan makan enak itu, aku akan kesana dan kau harus ikut," kata Rahul.

"Iya, aku akan ikut."

***

Krish dan Rahul sudah mengantri untuk mendapatkan makanan enak. Saat Krish antri, dia melihat pria yang kemarin memberinya uang banyak. Lelaki itu tengah menjadi pusat perhatian, sampai Krish tidak melihat pria itu lagi karena terhalang oleh beberapa orang di sana.

"Rahul, kenapa orang itu?" tanya Krish. Dia menunjuk ke arah Dev.

"Tidak tau, lagian siapa yang kau lihat?" tanya Rahul.

"Orang itu kemarin memberiku uang banyak," jelas Krish.

"Yang benar? Kenapa kau diberi uang?" tanya Rahul.

Krish pun menjelaskannya, dan Rahul lebih tertarik dengan itu dari pada harus mengantri dengan antrian panjang.

"Krish, kenapa kita tidak kesana saja? Kau bisa menyanyi lagi dan mungkin dia akan memberimu uang yang lebih banyak, ayo aku temani." Rahul menarik tangan Krish untuk menghampiri Dev lebih dekat.

Krish terjatuh lalu mengaduh, dia tersenggol oleh orang-orang dewasa yang tengah meminta tanda tangan Dev. Lalu, Dev melihat bocah itu terjatuh dan segera menghampirinya. Dia tersenyum saat melihat bocah itu, bocah yang menyanyi kemarin.

Dev lebih tertarik pada bocah itu dan segera meraih tubuhnya. Dan orang-orang banyak itu menyingkir, merasa kagum bahwa Dev adalah orang yang sangat baik. Dia peduli pada orang miskin seperti Krish.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Dev. Krish menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Kau sedang apa di sini?" tanya Dev.

"Kami sedang antri di sana, Tuan." Tunjuk Rahul. "Tapi kami lebih tertarik menemui, Tuan," sambungnya. "Tuan, penyanyi itu 'kan?" tanyanya kemudian.

Dev tersenyum karena bocah itu mengenalinya, tapi kenapa bocah yang di sampingnya tidak mengenalinya?

"Kau tau aku?" tanya Dev.

"Ya," jawab Rahul.

"Kau mengenalnya?" tanya Krish kemudian pada Rahul.

"Iya, apa kau tidak mengenalnya? Oh iya, aku lupa. Kau kan tidak punya tv, jadi mana kau tau dia siapa?" Rahul malah menertawakan Krish karena miskin yang tidak punya apa-apa. "Dia itu Devgan, Krish. Penyanyi terkenal itu, bahkan mommy-mu sering mendengarkan lagunya dari radio bututmu itu." Rahul kembali tergelak.

Krish pun menjadi sedih karena sering menjadi bahan olokan. Tidak ada teman yang tulus menjadikannya sahabat, bahkan Rahul yang dia anggap baik pun menertawakannya.

Terpopuler

Comments

💕KyNaRa❣️PUTRI💞

💕KyNaRa❣️PUTRI💞

yang sabar.....y krish suatu saat kamu bisa hidup layak

2023-05-02

3

Zain All Insany

Zain All Insany

lanjut kak

2023-05-01

0

Layla

Layla

lanjut

2023-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!