"Hey, hey... Bangun! Jangan tidur di depan toko saya," sentak seorang wanita paruh baya.
Kiran dikira orang gila karena keadaannya, rambutnya yang semalam basah karena air hujan jadi sedikit berantakan. Dia tak sengaja ketiduran di depan toko milik orang karena niatnya memang semalam untuk berteduh.
Kruk, kruk...
Bunyi perut Kiran terdengar, menandakan bahwa dia kelaparan. Apa yang harus dimakan? Uang pun tak ada untuknya membeli makanan. Lalu, dia pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Halo," ucap Kiran pada panggilannya, dian mencoba menghubungi salah satu temannya. Sejak dia pergi dari rumah semua temannya ikut tidak suka karena sifatnya membangkang dan selalu melawan orang tua.
Sejak itu dia tak ada teman dekat lagi, beruntungnya Kiran memiliki teman yang sedikit mendengarkan keluh kesahnya, dan dia bisa meminta tolong pada temannya itu.
***
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Sanju.
Pertanyaan itu membuat Kiran menghentikan makannya. Dia diajak ke salah satu cafe karena dia merasa lapar dan minta temannya itu untuk memberikan pinjaman uang.
"Aku mau temui Dev, aku harus bertemu dengannya," jawab Kiran, setelah itu dia kembali melanjutkan makannya.
Sanju memberikan pinjam uang pada Kiran. "Kalau bisa jangan lama-lama ya balikin nya, soalnya itu uang kuliahku dari orang tuaku."
Kiran mengangguk, dia akan mengembalikan uang temannya setelah bertemu dengan Dev. Kiran tidak menceritakan soal dirinya, dia sendiri pun belum yakin kalau dirinya tengah hamil, rencananya, setelah ini dia akan pergi ke apotik untuk membeli tes alat kehamilan.
"Terima kasih ya, Sanju. Dalam waktu dekat ini aku akan mengembalikannya." Meski sebenarnya uang itu tidak mungkin cukup untuk beberapa hari ke depan tapi Kiran merasa bersyukur karena masih ada temannya yang baik padanya.
Mereka pun berpisah setelah selesai bercerita. Sesuai tujuannya, Kiran pergi ke apotik untuk membeli testpack. Di sana, dia juga ikut ke toilet untuk melakukan test urinnya. Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi, dia tercengang. Garis dia berwarna merah itu muncul, benar apa kata ibunya. Dia hamil dan Dev harus tahu soal ini.
Sebuah gedoran pintu terdengar, cepat-cepat Kiran keluar dan membereskan alat tes kehamilannya. Orang itu merutuk nya karena merasa dia terlalu lama berada di dalam toilet itu.
"Dikira toilet nenek moyangnya!" cetus orang itu.
Dunia begitu kejam, Kiran baru tahu hidup di luar itu seperti apa. Dia tidak pernah kekurangan apa pun, jangankan untuk makan. Apa yang diinginkannya selalu dia dapatkan dengan mudah. Namun, semuanya telah berubah. Roda kehidupan sedang tidak berpihak padanya, bahkan untuk menemui kekasihnya pun terasa susah.
"Semangat, Kiran. Kamu harus bisa melewati ini, kamu tidak sendirian. Ada Dev di sampingmu." Dia hanya bisa menyemangati diri sendiri, bukankah dia mendukung karier kekasihnya. Inilah tantangan jika memiliki kekasih sang idola.
***
Peluh keringat membanjiri wajahnya, Kiran berjalan di terik panasnya matahari. Hari ini pun dia tidak bisa menghubungi Dev, ponselnya masih belum aktif. Akhirnya, dia pergi ke kantor di mana Dev menandatangani kontrak perjanjian.
Gedung tinggi menjulang sudah nampak di depan mata. Kiran berkaca diri di dinding kaca kantor itu, dia merapihkan rambutnya. Mengelus bajunya yang sudah mulai lusuh, keadaanya tidak baik-baik saja. Belum sampai ke dalam, perutnya terasa mual. Kiran muntah tepat di depan kantor. Sehingga security pun langsung menghampiri dan mengusirnya.
"Saya mau ketemu, Dev. Izinkan saya masuk untuk bertemu dengan pak Arjit," kata Kiran.
"Siapa kamu berani mau bertemu dengan Devgan? Dia artis terkenal, dia sibuk dan tidak ada di sini. Pergi! Jangan bikin masalah di sini." Security itu melihat jijik muntahan yang dikeluarkan oleh gadis yang ada di hadapannya. "Cepat pergi, nanti bos saya bisa marah." Satpam itu sedikit mendorong tubuh Kiran karena dia tidak beranjak sama sekali.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu Dev di mana?" gumam Kiran sambil berjalan di tepi jalan.
Kiran melihat layar tepat di lampu merah, ada Dev di sana. Tak menyangka bahwa ternyata, kekasihnya memang sudah jadi artis terkenal. Di sepanjang jalan terpajang wajah Dev di sana. Kiran sangat merindukan kekasihnya. Melihat wajah Dev, dia menyentuh perutnya yang rata.
"Dev, aku hamil," lirihnya.
***
Satu minggu berlalu.
Tidak ada kabar dari Dev, hidup Kiran mulai tak tentu. Uang dari temannya sudah habis karena dia gunakan untuk mencari kontrakan, bahkan dia juga tidak ada uang lagi untuk bertahan hidup. Satu-satunya benda yang berguna adalah ponselnya, dia dilema antara menjualnya atau tetap mempertahankannya.
Kalau dijual bagaimana cara dia menghubungi kekasihnya? Kalau tidak dijual bagaimana dia bertahan hidup. Ada janin dalam kandungannya, dia juga harus menemui Dev yang ternyata tengah berada di luar kota. Terpaksa, Kiran menjual ponselnya untuk dia gunakan sebagai ongkos karena akan menyusul Dev.
***
Uang sudah berada dalam genggaman, Kiran tersenyum melihat uang itu karena lumayan banyak dari penjualan ponselnya. Dia akan segera menyusul Dev.
Tiba di kota tujuan, secerca harapan ada di depan mata. Kiran sudah berada di sebuah gedung yang di mana di dalam sana ada Dev yang tengah konser. Namun, selalu ada saja kendala. Kiran tidak bisa masuk tanpa tiket, dia juga tidak mungkin membeli tiket karena terlalu mahal.
Kiran hanya bisa menunggu di luar karena di sana pun banyak fans-fans Dev di sana yang tidak bisa membeli tiket. Sampai akhirnya, Kiran melihat Rohit keluar dari dalam gedung sambil menerima telepon.
"Rohit, itu Rohit," kata Kiran tersenyum. "Rohit, Rohit," panggil Kiran kemudian.
Lelaki itu mencari sumber suara.
"Rohit, aku di sini." Kiran melambaikan tangan, tapi tak membuat lelaki itu menoleh ke arahnya. Kiran tak patah semangat, meski ia terlalu lelah untuk berteriak. Semakin berteriak maka dia akan semakin merasakan sakit di bagian perut.
"Rohit!!" panggil Kiran sekuat tenaga.
Dan akhirnya, lelaki itu menolah. Namun, apa yang terjadi? lelaki itu seakan tidak mengenalnya, dengan acuh pria itu kembali masuk tanpa mempedulikan Kiran di sana.
"Rohit, Rohit! Ini aku, Kiran. Kekasih, Dev," teriaknya.
Semua orang yang ada di sana melihat ke arahnya. Semua orang menertawakannya.
"Dasar orang gila, ngaku-ngaku kekasih, Dev," mereka tidak ada yang percaya bahwa Kiran adalah kekasih aktris terkenal itu. Mereka juga menatap Kiran sangat jijik. Keadaanya yang lusuh membuat mereka yakin bahwa Kiran hanya sebatas fans yang mengidolakan sosok Devgan, pria rupawan yang saat ini tengah naik daun.
"Dev," lirih Kiran. "Aku merindukanmu, kenapa kamu tidak pernah mengabariku?" Air matanya terjatuh juga, sambil dia menatap gedung tinggi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
#ayu.kurniaa_
.
2023-10-04
0
Puja Kesuma
awas kau ya rohit tunggu di getok kepala kau...jahat kali sok kaya kau skrg.... gk ingat kau siapa yg berjasa
2023-04-30
2
Yati Rosmiyati
lanjut Thor
2023-04-17
1