Bab 5

Pintu kecil berada di sudut terbuka lebar, itu adalah sebuah kontrakan. Kontrakan kecil itu kini akan menjadi tempat berlindung seorang gadis bernama Kiran Sarasvati. Tempat tinggal yang berada di pelosok pemukiman di kota Mumbai, dia tidak bisa menyewa tempat tinggal yang bagus. Sisa uang dari ongkos perjalanan menuju tempat konser kemarin hanya tersisa sedikit. Dia harus berhemat untuk bertahan hidup.

Saat Kiran tengah melihat tempat tinggalnya yang baru sebutir cairan bening dari pelupuk mata terjatuh. Hidupnya kini telah berubah, tak ada lagi sosok gadis ceria dan berpenampilan mewah. Ekor matanya melihat ke sebuah kantong plastik berisikan baju-baju bekas. Dia membeli pakaian itu untuk dirinya, baju bekas yang dia beli masih layak untuk dipakai.

Dia meletakkan pakaian itu ke dalam lemari usang yang tanpa penutup. Ibu kontrakan tidak menyiapkan pasilitas karena Kiran menyewa kamar itu cukup murah, mungkin kalau dirupiahkan akan setara dengan 500 ribu perbulan. Di sana hanya terdapat kamar mandi yang disekat dengan ruangan tempat dia tidur. Tidak ada dapur atau pun ruang tamu.

Tak lama dari situ, pemilik kontrakan datang, membawa kain yang ukurannya cukup besar. Rencananya itu akan dipergunakan untuk tirai tempat tidur. Melihat keadaan Kiran, hati pemilik kontrakan yang bernama Neha itu terenyuh. Gadis itu telah menceritakan apa yang terjadi padanya. Awalnya, Neha tidak percaya, tapi setelah melihat foto Dev dan dia akhirnya percaya.

"Istirahatlah dulu, kalau kamu butuh pekerjaan kamu bisa temui saya," ucap Neha.

Kiran mengangguk. "Iya, Neha. sebelumnya terima kasih sudah menerimaku tinggal di sini," balas Kiran.

***

Sudah dua hari Kiran tinggal di tempat kumuh itu, hingga akhirnya dia datang menemui Neha. Kiran butuh pekerjaan karena dia tidak mungkin berdiam diri. Makanan tidak akan datang dengan sendirinya.

"Permisi?" Kiran datang ke toko manisan yang di kelola pemilik kontrakannya.

Neha pun datang sambil mengikat rambutnya yang panjang, membenarkan sari yang digunakannya. Wanita itu sudah berkeluarga, hanya saja dia tidak mempunyai anak.

"Ya, Kiran," jawab Neha.

Kiran dan Neha pun berbincang, Neha membantu Kiran untuk bekerja. Wanita itu membawa Kiran ke tempat kerja sahabatnya. Bekerja sebagai pengepul bawang, memisahkan bawang-bawang yang berkualitas bagus dengan yang biasa.

Kiran tertegun, mencium aroma bawang membuatnya sangat mual. Ditambah dengan keadaannya yang tengah mengandung. Seketika, Kiran muntah. Itu membuat pemilik pabrik bawang itu merasa jijik.

"Ish, bagaimana mau kerja baru masuk saja sudah muntah seperti ini," kata Ajay pemilik pabrik.

"Maafkanlah, dia lagi hamil. Maklum kalau dia mual," bela Neha. "Berilah dia pekerjaan, kasian."

"Baiklah, ayo ikut," ajak Ajay.

Neha mengangguk ke arah Kiran, seraya menyuruhnya untuk mengikuti langkah laki-laki itu.

***

"Ajari dia," kata Ajay pada karyawannya yang lain.

Tak membutuhkan lama bagian Kiran untuk mengerti pekerjaan itu, caranya cukup mudah. Hanya saja dia tidak kuat menahan aroma bawang yang menyengat. Lalu, ada seorang wanita memberikan masker pada Kiran.

"Terima kasih," ucap Kiran setelah menerima masker itu.

"Nanti juga terbiasa, awalnya aku juga begitu," kata yang memberi masker itu. "Namamu siapa?" tanyanya kemudian.

"Kiran, namaku Kiran," jawabnya.

"Kalau aku Kharisma, kau bisa memanggilku Risma. Nama Kharisma itu sebenarnya ibuku ngefans sama Kharisma kapoor," jelas Risma. "Mulai saat ini kita berteman."

Kiran tertawa karena lucu, akhirnya ada orang yang mau berteman dengannya.

"Kau tau ibuku ngefans sama siapa sekarang?" Kiran menggelengkan kepala.

"Kau pasti tau Devgan 'kan? Itu penyanyi yang sekarang lagi naik daun, ibu senang sekali mendengar suaranya," jelasnya.

Niatnya, Kiran ingin menceritakan tentangnya bersama Dev. Tapi dia mengurungkan niatnya karena wanita itu pasti tidak akan percaya, lagian dia juga tidak ingin disebut gila lagi karena pengakuannya. Cukup Neha yang tau soal dirinya.

Tak terasa hari ini dilalui oleh Kiran, meski berat tapi dia dijalani untuk bertahan hidup bersama calon anaknya. Saat tiba, dia merasa lapar. Melihat isi dompet sungguh mengenaskan, tapi dia harus membeli makan. Belum dia membuka pintu, pintu itu diketuk oleh seseorang dari luar.

"Kiran, buka pintunya," ucap orang itu.

Kiran pun membuka pintu, dilihatnya Neha yang datang sambil membawa nampan berisikan makanan. Biasanya, Neha akan membagikan sisa jualannya. Dan hari ini dia memberikannya pada Kiran. Tak hanya manisan, Neha juga membawakan roti juga satu buah apel yang dia beli kemarin.

"Ini untukku, kamu pasti belum makan 'kan?"

Kiran mengangguk lalu menerima makanan itu. Setelah Neha pergi, Kiran menutup pintu terus makan. Entah emang karena lapar, dia makan sangat rakus. Tidak lagi mual saat mencium aroma makanan, hanya saja dia tidak bisa mencium aroma bawang. Bagaimana pun keadaannya, hidup harus tetap dijalani karena pekerjaan itu bisa membuatnya bertahan hidup.

Tidak ada makanan yang tersisa, semuanya habis. Makanan sederhana itu mampu membuat Kiran mengantuk, akhirnya dia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang tipis. Hanya beralaskan kasur lantai yang ujungnya sudah pada robek. Ruangan itu banyak nyamuk, mungkin ini gunanya kain yang diberikan Neha kemarin. Di dalam kelambu itu Kiran bisa tidur nyenyak malam ini.

Entah besok akan menghadapi hidup seperti apa, ternyata dunia luar cukup kejam. Selama ini dia hidup enak bersama orang tuanya, tapi itu hanya sementara karena dia selalu menjadi bahan perbandingan dengan adiknya. Bukankah semua orang memiliki jalan hidup yang berbeda? Tidak semua orang bernasib baik, begitu juga dengan cinta. Dia tidak tahu pada siapa hatinya berlabuh.

***

Suara berisik dari luar sudah terdengar, itu artinya aktivitas para warga sudah di mulai. Kiran terbangun, lalu membuka jendela kamar yang langsung terarah pada jalan yang dipadati orang-orang. Aroma tidak sedap langsung tercium karena kamar yang ditempati Kiran dekat dengan tong sampah. Ingin mengeluh pun pada siapa? Dia harus menerima takdir, karena Tuhan bisa membalikkan hidup seseorang dengan sekejap.

Kiran siap-siap untuk bekerja, kali ini dia membawa kain sebagai alat pelindung. Membatasi penciuman nya karena dia sangat mual mencium aroma bawang. Dia hanya bisa berharap semuanya akan terbiasa.

***

Di tempat lain.

Dev sudah berulang kali menghubungi Kiran, tapi ponselnya tak kunjung aktif. Dia sangat khawatir, tapi dia juga tidak bisa menemuinya karena kesibukkan nya. Jadwalnya cukup padat, dan saat ini dia tengah siap-siap untuk perform.

"Dev, cepat!" seru Rohit.

Mereka akan melakukan briefing terlebih dulu. Dev tidak begitu memahami apa yang diarahkan oleh tim. Sampai itu selesai, Dev mulai naik ke atas panggung. Dan di sana ternyata Dev melakukan kesalahan. Tidak berakibat fatal, tapi cukup membuat para fans kecewa. Dev salah menyanyikan lirik lagu karena kurang konsentrasi.

Seusai bernyanyi, Rohit pun ngomel. "Apa yang kamu lakukan, Dev?! Hampir saja penggemarmu kecewa, untungnya perform kamu cukup bagus jadi bisa diatasi dengan itu."

Dev tidak menjawab, kepalanya mendadak nyeri, sampai akhirnya Dev jatuh pingsan.

Terpopuler

Comments

Patrick Khan

Patrick Khan

.dav yg kadi artis..rohit yg sok bgt kyk nya..😅🤔

2024-02-22

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

ternyata ketenaran membuat rohit terobsesi trus gk tau apa dia dev lg mikirin kiran...

2023-04-30

4

Marlina Wulan

Marlina Wulan

lanjut baca... hehehhe
makin seru

2023-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!