bab 06

Aisyah begitu sangat terkejut saat mendapati suaminya itu ternyata menuju ke rumah sakit sambil membawakan bungkusan makanan. Tentu Aisyah mengetahui di rumah sakit itu ada siapa.

" Apa Mas Reza ingin menemui kakak?"

Padahal sudah tahu akan jawabannya tetapi wanita itu masih saja ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri.

" Ini bayarannya Pak, terima kasih." Setelah membayar Aisyah bergegas keluar dari taksi berjalan menuju ruang rawat kakaknya.

" Apa Mas Reza setiap hari selalu sarapan bersama dengan kakak dan juga malam?" Gumamnya melihat dari kejauhan saat Reza memasuki ruang rawat itu.

Sungguh sedih hatinya ternyata selama ini suaminya tidak pernah memiliki waktu saat sarapan pagi dan juga makan malam bersama dengan dirinya di rumah karena sibuk kan malam dan juga sarapan pagi di rumah sakit bersama kakaknya wanita yang di cintai oleh suaminya itu.

Sungguh terluka, kenapa tidak berterus terang padanya jika ingin menghabiskan sarapan stau makan malam bersama dengan Adibah dirumah sakit. Kenapa harus diam-diam menemuinya di belakangnya seperti ini. Jadi apa gunanya lagi pernikahan ini dipertahankan jika pada akhirnya akan ada hati yang terluka.

" Apa pernikahan ini menjadi penghalang kalian untuk bersama? Jika memang benar lantas kenapa kalian tidak mengatakannya dengan jujur. Kalian anggap apa aku ini!"

Air mata menetes dari kelopaknya tak kuasa Aisyah menahan tangisnya itu karena begitu sakit hingga napasnya terasa sesak perlahan Aisyah melangkah pergi dari rumah sakit. Ya tidak ingin mendobrak suaminya itu yang sudah diam-diam menemui wanita lain walaupun itu adalah kakaknya tetapi tetap saja hatinya terluka.

Aisyah kembali menaiki taksi yang lain, di dalam mobil taksi dia terisak, menangis di sana meratapi nasibnya. Nasib rumah tangga yang baru saja dimulai tidak seindah seperti apa yang dia bayangkan.

Suami yang dia pikir mencintai dirinya, ternyata tidak. bahkan seberapa keras dirinya mencoba untuk mengambil hati suaminya itu semuanya sia-sia. Nyatanya suaminya tidak pernah meliriknya sama sekali.

Aisyah benar-benar merasa sudah lelah, lelah hati, lelah pikiran sehingga dia tidak sanggup lagi untuk bertahan.

" Apa selamanya Kamu tidak akan pernah mencintaiku, Mas? Apa cintaku tidak lebih besar darinya." Aisyah mengusap air matanya yang terus saja mengalir.

" Ini tisunya Mbak." Sopir taksi memberikan tisu lantaran sangat kasihan melihat penumpangnya yang sedari tadi menangis terus dia tidak tahu apa permasalahan, dan dia juga tidak bertanya.

" Terima kasih Pak, anda baik sekali," ujarnya sambil menghapus air matanya. Aisyah menarik nafasnya dalam-dalam kemudian dia hembusan semuanya yang ada didalam dada.

" Sama-sama Mbak, apapun yang terjadi semoga selalu diberikan ketabahan setiap cobaan ya Mbak. Insyaallah pasti akan ada hikmahnya dan akan indah pada waktunya."

Sopir itu memberikan semangat, dia menatap Aisyah dari kaca spion sambil tersenyum. Dia sempat mendengar ucapan Aisyah tadi. Mungkin ini permasalahan rumah tangga mereka. Ya namanya juga hidup, pasti akan selalu ada masalah dalam berumah tangga, entah itu besar maupun kecil.

" Terima kasih Pak." Aisyah mencoba untuk tersenyum.

" Apa Bapak mencintai istri anda?" Tanyanya dengan suara serak. Padahal sangat tidak sopan sekali menanyakan pribadi orang.

" Alhamdulillah cinta saya masih setia pada istri saya," jawabnya mantap. Aisyah kembali tersenyum walaupun miris sekali tapi dia merasa senang mendengarnya.

" Alhamdulillah, semoga selalu mencintainya sampai akhir hayat ya Pak dan semoga pernikahan kalian langgeng selamanya."

" Amin ya Allah, begitupun juga dengan pernikahan Mbak ya apapun masalahnya dan cobaannya. Semoga selalu diberikan jalan keluar." Saling mendoakan, Aisyah hanya tersenyum menanggapinya entahlah apakah dirinya masih bisa berharap.

" Seandainya ini hanya seandainya loh Pak jangan dianggap serius ya," kata Aisyah.

" Baiklah," kata sang supir.

" Seandainya jika istri bapak mencintai laki-laki lain lantas apa yang akan Bapak lakukan?" Tanya Aisyah serius. Dia ingin mendengar jawaban dari Pak sopir itu.

" Simple saja Mbak, jika terus dilanjutkan pasti akan saling menyakiti. Lantas untuk apa dipertahankan! Ibarat burung yang terkurung di sangkar, terlihat bahagia tetapi tidak dengan hatinya, coba saja di keluarkan, maka dia akan sangat bahagia lalu pergi terbang bebas. Begitu juga dengan pernikahan."

Aisya terdiam, apa mungkin dia akan membebaskan burung yang terkurung itu agar bisa terbang bebas. Dia membuang nafasnya berpikir sambil menatap luar jendela.

" Terima kasih banyak ya Pak..dan terima kasih juga atas jawabannya yang tadi," ucap Aisya saat memberikan ongkos taksi itu.

" Sama-sama Mbak, saya hanya menjawab sesuai hati saya. Karena menurut saya, cinta itu tidak bisa di paksakan. Karena jika dia mencintai kita, tidak akan ada cinta untuk yang lainya. Walaupun perceraian itu sangat di benci sama Allah. Tetapi jika sudah di takdir kan tidak berjodoh maka perceraian itu terjadi!"

Aisyah tersenyum mendengar tutur kata yang diucapkan oleh Pak sopir itu yang memberi nasehat. Aisyah tahu dan mengerti jika Pak supir itu tidak menyuruhnya untuk bercerai karena dia juga sudah mengatakan bahwa itu adalah sesuai dari keinginannya lalu bagaimana dengan keinginan hatinya.

Di dalam kamar Asiyah terus memikirkan hatinya, Apa iya akan terus mempertahankan pernikahan ini walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan membuat hatinya terus terluka. Atau lebih memilih melepaskan Reza untuk bersama dengan cinta yang sesungguhnya.

" Aku tidak ingin egois. Kak Adibah sudah merelakan cintanya demi aku. Dan sekarang waktunya aku mengembalikannya dan menyatukan cinta mereka." Tekat Aisyah sangat yakin.

" Tapi bagiamana caranya, kak Adibah tidak akan senang kalau kami bercerai." Aisyah kembali murung.

Terdengar bunyi suara mobil di depan rumah. Aisyah mengintip dari luar jendela dan ternyata mobil itu adalah milik suaminya lalu dia bergegas memakai jilbab hendak membukakan pintu.

" Ah benar, Mas Reza pasti tidak senang jika aku menyambutnya." Kemudian Aisyah mengurungkan niatnya dia kembali melepas jilbabnya lalu kembali ke tempat tidur dan merebahkan diri.

Aisyah tidak membukakan pintu karena pasti Reza memiliki kunci cadangan, dia juga tidak menyiapkan makan malam untuk suaminya karena pasti Reza tidak akan mau memakannya. Dan Aisyah juga tidak akan menawarkan untuk menyiapkan air mandi karena sudah pasti Reza akan menolaknya. Jadi lebih baik dia berdiam saja di kamar karena takut suaminya itu akan semakin terganggu dengan kehadiran dirinya.

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

bagus aisah ngapain disiapin klu ga di makan cm cape aj mendung skrng cuekin dan pergi yg jauh

2024-03-25

0

Susi Andriani

Susi Andriani

betol itu pak supir👍👍

2024-03-11

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

bagus aisyah lepaskan aja...

2024-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!