bab 4

Satu minggu kemudian, Adibah masih berada di rumah sakit. Kondisinya masih sangat lemah sehingga dokter meminta agar pasien dirawat di rumah sakit saja karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat di bawa pulang. Adibah sebenarnya sudah tidak tahan berada disana, dia bahkan berkata mau di rawat di rumah maupun dirumah sakit kematiannya tetap terjadi.

Sungguh sangat sedih mendengarnya, namun umi dan abi tetap tidak memberikan izin anak sulung mereka dirawat di rumah.

" Kamu mau ke kantor Mas?" Tanya Asiyah, dia sedang menata makanan ke dalam rantang.

" Iya, kenapa?" Tanya Reza.

" Tolong sebelum pergi ke kantor, nanti anterin makanan dulu ya ke rumah sakit. Kasihan umi sama abi makan di luar terus," pintanya dengan sopan sambil menunjukan rantang makanan dan meletakannya di atas meja makan.

" Kamu gak ke rumah sakit?" Tanya Reza, tumben sekali istrinya itu tidak pergi kesana. Biasanya setiap hari selalu pergi lantaran ingin menemani kakaknya di sana.

" Nggak, aku ada kuliah pagi. Jadi tolong anterin ya." Masih sibuk sama kegiatan paginya, menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga suaminya.

Reza hanya diam saja, namun dia tidak bisa menolak permintaan istrinya. Mau tak mau Reza akan membawa makanan tersebut untuk diberikan pada mertuanya yang sedang menjaga kakak iparnya di sana.

" Oh iya Mas, di sana ada bubur juga sama buah. Tolong nanti kasihkan pada kakak ya, kalau umi atau abi lagi makan kamu saja yang suapi kakak."

Entah secara sadar atau tidak Aisyah menyuruh suaminya menyuapi makan pada wanita lain. Reza menoleh ke arahnya dengan kening berkerut, istrinya itu bahkan berkata tidak memandang ke arahnya. Jadi Reza berpikir jika Aisyah secara tidak sadar berkata seperti itu, dan Reza pun tidak berkomentar apapun.

" Aku berangkat dulu ya," pamitnya. Reza hendak beranjak pergi sambil menenteng rantang yang sudah di siapkan.

" Tunggu sebentar Mas." Aisyah berlari mengejar suaminya, dia memberikan bekal kotak makanan.

" Kamu sekalian sarapan di sana saja bareng sama kakak, jangan lupa di habiskan ya." Setelah memberikan bekal makanan tersebut, Aisyah meraih tangan suaminya kemudian dia cium punggung tangan tersebut.

" Hati-hati di jalan, Mas." Wajahnya tersenyum lembut menatap sang suami. Tak ada yang tahu jika di dalamnya dia begitu sedih namun Aisyah tidak ingin menunjukan kesedihan itu.

" Semoga dengan seperti ini kalian bisa bersama, dan kak Adibah memiliki semangat untuk menjalani hidupnya," batin Aisyah lirih.

Dia tahu jika beberapa hari dirinya datang ke rumah sakit Adibah bertanya mengenai Reza yang tak ikut berkunjung, pasti gadis itu ingin bertemu. Begitupun dengan suaminya yang selalu menghindar saat di ajak pergi ke rumah sakit namun selalu kepo ketika berada di rumah mengenai keadaannya.

Aisyah merasa jika keduanya saling merindukan namun terhalang oleh takdir, sehingga dia tidak ingin menjadi tembok untuk keduanya. Walaupun berat dan sangat sakit, Aisyah akan menyatukan cinta yang terpisah itu.

" Lagipula mas Reza tidak mencintai ku, lalu untuk apa bertahan jika ujung-ujungnya akan membuat luka." Sebutir air mata mengalir di pipi. Aisyah menghapusnya, kemudian menghela nafas panjang mencoba untuk tetap tegar.

Di rumah sakit, Reza berjalan dengan gagah sambil menenteng rantang makanan yang di sajikan oleh istrinya. Dia terus melangkah lebar sambil tersenyum sopan saat berpapasan dengan para pengunjung atau suster yang sedang lewat di koridor rumah sakit.

Setelah sampai di depan pintu ruang rawat Adibah, Reza mengambil nafasnya lebih dulu barulah ia membuka pintu perlahan.

" Assalamualaikum," ucapnya, Reza dapat melihat kakak iparnya masih terbaring di brankar seorang diri. Perlahan Reza melangkah sambil mencari keberadaan mertuanya.

" Waalaikumsalam," jawab Adibah dengan suara serak.

" Reza, kamu datang sendiri. Aisyah mana?" Tanyanya sambil melihat ke arah pintu barang kali adiknya itu masih ketinggalan di belakang.

" Aisyah di rumah, aku datang ke sini di suruh sama dia untuk membawakan makanan buat kalian. Dia gak bisa datang karena ada kuliah pagi ini," jelas Reza.

" Umi sama Abi kemana?" Lanjutnya bertanya. Sambil meletakkan barang bawaannya di atas meja.

" Umi sama abi baru aja pergi ke kantin. Gak tau kalau kamu datang membawakan makanan."

" Loh, aku pikir tadi Aisyah sudah kasih tau kalau dia bakalan bawakan makanan." Reza tak habis pikir dengan istrinya itu.

Adibah terkekeh kecil." Aisyah, Aisyah. Pasti lupa." Geleng-geleng kepala, Adibah sudah sangat hafal sekali dengan kecerobohan adiknya itu.

" Terus gimana sama makanan ini? Apa kalau buat siang bakalan basi?" Reza menunjukkan makanan yang di masak oleh istrinya pada Adibah.

" Kayaknya enggak deh, tapi paling dingin aja." Tidak akan basi karena yang di masak oleh Aisyah adalah ayam kecap, dan nasi nya juga di pisah. Hanya saja bakalan dingin jika menunggu siang.

" Kamu sudah makan? Kalau belum kamu aja yang makan. Pasti umi sama abi sudah kenyang," ucapnya menawarkan.

" Aku sudah di bawakan bekal sama Aisyah. Biarin aja diapa tahu nantinya umi sama abi laper lagi jika melihat masakannya Aisyah."

Reza kembali menutup makanan untuk mertuanya, lalu dia membuka kotak yang lain yang isinya bubur untuk Adibah.

" Kamu udah makan?" Tanya Reza.

" Belum, mungkin bentar lagi suster bakalan datang membawakan makanan." Biasanya jam 07.00 suster akan membawakan makanan untuknya. Karena sekarang belum jam 07.00 maka dia harus menunggu.

" Makan masakan Aisyah aja, dia bawakan kamu bubur loh," ujar Reza sambil menunjukkan kotak bekal tersebut kepada Adibah.

" Aisyah bikinin aku bubur juga? Tumben sekali rajin," ucapnya melihat bubur tersebut.

" Makanya harus dimakan ya, karena kalau nggak pasti dia bakal marah loh, udah capek-capek masakin." Adibah pun langsung tertawa kecil.

Kemudian Reza membantu Adibah untuk duduk, awalnya Adiba menolak bundaran tidak enak karena Reza adalah adik iparnya. Namun Reza Tak menghiraukan penolakannya itu karena Adibah bakalan tidak akan bisa untuk duduk sendiri dengan kondisi yang masih lemah sehingga tiba pun membiarkan Reza menyentuh dirinya.

" Sekarang kamu makan dulu ya." Reza hendak menyuapi Adiba.

" Aku bisa makan sendiri, Reza." Terkejut dengan yang di lakukan Reza.

" Tangan kamu diinfus, bakalan susah untuk makan sendiri. Udah diem aja ya, biar aku suapin." Tak ingin mendengar penolakan. Reza tetap memaksa dirinya akan menyuapi Adibah makan toh istrinya sendiri sudah memberikan izin.

" Tapi ..."

" Tangan aku sudah pegel Adibah, aku juga bakalan telat ke kantor. Ayo dimakan agar supaya aku bisa melaporkan pada Aisyah jika buburnya sudah habis di makan sama kamu."

Pada akhirnya Adibah pun membuka mulutnya dan membiarkan Reza menyuapi dirinya makan walaupun rasanya agak canggung lantaran disuapi oleh adik ipar. Namun karena dipaksa, ia pun mau tidak mau harus menghabiskan bubur tersebut.

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

kasian sm aisah

2024-03-25

0

🌸ReeN🌸

🌸ReeN🌸

asiyah adalah korban yg sebenarnya

2024-02-22

0

Dewi Anggya

Dewi Anggya

suaminya gk peka banget 😢

2024-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!