Sesampai di rumah sakit, buru-buru Reza membuka pintu lalu menggedong Adibah. Perawat datang sambil mendorong brankar agar Adibah bisa diletakkan disana, namun Reza tidak mempedulikan berangkat tersebut malah dia terus melangkah cepat menuju ruangan UGD sambil terus menggendong tubuh Adiba. Kedua perawat laki-laki itu hanya tertegun kemudian mereka terus mengikuti langkah Reza yang membawa tubuh Adiba hingga masuk ke dalam ruangan. Sementara Aisyah dia berdiri mematung menatap punggung sang suami yang begitu sangat khawatir kepada kakaknya Aisyah dapat melihat betapakah watirnya laki-laki itu. Dan dia sadar jika suaminya begitu besar mencintai kakaknya.
" Tolong lakukan yang terbaik untuk Adibah, dok!" Pintar Reza dengan memohon.
" Kami akan melakukan yang terbaik, insya Allah Pak. Dan sebaiknya Anda berdoa saja semoga istri anda baik-baik saja," ucapkan dokter sambil menepuk-nepuk pundak Reza. Melihat Reza yang begitu sangat khawatir, orang pun akan mengira jika Adibah adalah istri dari Reza.
Melihat Reza tidak mengelak sama sekali membuat hati Aisyah kembali sakit namun saat ini bukan hal yang tepat untuk meratapi hatinya yang terluka. Dia harus fokus dengan kesembuhan sang kakak.
Reza mengusap wajahnya kasar kemudian dia duduk di kursi tunggu tepat di samping ruangan UGD, berkali-kali laki-laki itu mengucap istighfar dan menghela nafasnya tanpa mempedulikan Aisyah berada di sampingnya. Karena saat ini pikirannya hanya fokus pada gadis itu saja. Reza begitu sangat khawatir akan keselamatan Adibah, karena sesungguhnya Reza mengetahui penyakit apa yang sedang diderita gadis itu.
" Apa kamu sudah tahu jika kakak sakit?" Tanya Aisyah.
" Maafkan aku," lirih Reza menjawab, dia menoleh arah istrinya yang tengah tersenyum miris, terlihat kesedihan dari sorotan matanya.
" Apa Umi dan Abi juga mengetahui ini?" Tanyanya kembali, Reza mengangguk pelan.
Aisyah tertawa kecil terdengar sangat memilukan ternyata hanya dirinya saja yang tidak tahu apa-apa tentang kakaknya yang tengah sakit parah.
" Ternyata kalian semua merahasiakan semua ini dariku?" Ucapnya sedih. Bagiamana tidak, dirinya seakan tak dianggap sehingga harus disembunyikan, memang apa salah jika dirinya mengetahui? Aisyah tidak mengerti.
" Maafkan aku Aisyah, Adibah yang meminta untuk tidak memberitahu mu tentang penyakit tang dideritanya," ujar Reza pelan.
" Untuk apa?" Sentak Aisyah kecewa.
" Untuk apa harus dirahasiakan segala? Memang apa salah jika aku tahu! Setidaknya jika aku mengetahui kalau kaka sakit, aku bisa menjaga dan merawatnya dengan baik, tapi kenapa harus disembunyikan segala?" Lanjutnya kesal, air matanya kembali mengalir.
" Kenapa kalian semua menganggap aku anak kecil terus hingga apa-apa harus disembunyikan dariku." Aisya menatap seluruh keluarganya yang sudah tiba di rumah sakit. Abi, umi dan adiknya.
" Termasuk suamiku yang mencintai kakakku! Apa kalian semua juga sudah mengetahuinya?" Tanya Aisyah, dia menatap umi Janah. " Apa Umi juga tahu?" Tanyanya lirih pada sang ibu.
" Maafkan Umi, Aisyah." Sungguh kasihan sekali melihat anaknya yang terluka, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena semuanya ini adalah permintaan Adibah putri sulungnya.
Asiyah geleng-geleng kepalanya, jika sudah tahu Reza mencintai Adibah lantas untuk apa pernikahan mereka terlaksana dan bukanya melarang malah merestui. Aisya sungguh tidak mengerti. Ingin maraj, menangis dan berteriak, namun dia coba untuk menahan semuanya karena dokter yang menangani Adibah sudah keluar.
" Dok bagiamana keadaan anak saya?" Tanya abi Ali. Umi Janah dan Reza juga menayangkan hal yang sama hingga hanya tersisih Aisyah di kursi tunggu disana. Semuanya sangat menghawatirkan Adibah.
Dokter itu menghela nafasnya panjang menatap sedih semuanya. " Kita sama-sama berdoa semoga mbak Adibah tabah dan ikhlas dengan semuanya. Saya hanya bisa memberikan yang terbaik namun untuk semuanya hanya Allah yang mengatur bahkan kesembuhan nya. Ya semoga saja mbak Adibah diberikan keajaiban," ucap dokter laki-laki tersebut.
Dokter hanya bisa memberikan yang terbaik untuk pasiennya, sementara kesembuhan dan keselamatan hanya sang pencipta yang mengatur. Jika memang sudah di takdir kan untuk sembuh maka penyakit separah apapun bakalan sembuh. Namun jika sudah menjadi kehendaknya, maka tidak ada yang bisa melawan takdir walaupun sudah berobat ke rumah sakit yang mahal dan dokter ahli sekalipun jika sudah menjadi takdir tidak ada yang bisa berbuat apa-apa selain ikhlas.
" Ya Allah, Adibah." Umi Janah langsung menangis dalam pelukan suami.
Adibah menderita penyakit kanker stadium akhir, tidak ada yang mengira jika gadis berusia muda yang terlihat ceria itu menderita penyakit yang sangat mematikan. Bahkan kedua orangtuanya saja baru mengetahui belum lama ini, itupun setelah melihat catatan penyakit dari rumah sakit yang disimpan rapat oleh Adibah, mungkin jika umi Janah tidak sengaja menemukan keterangan penyakit putrinya itu tidak akan ada yang mengetahuinya. Adibah memang paling pintar menyembunyikan sesuatu dalam dirinya bahkan termasuk cinta dan juga rasa sakit yang dideritanya.
Aisyah terduduk lemas mendengar penjelasan dari dokter, penyakit kakaknya kemungkinan untuk sembuh sangat tipis sekali, apalagi dokter juga sudah memprediksi umur kakaknya itu yang tak lama lagi. Aisyah begitu sangat terpukul berkali-kali lipat, semuanya fakta ia ketahui dalam satu hari. Rasa sakit yang ia terima tak sebanding jika dibandingkan penyakit yang diderita oleh kakaknya. Aisyah menangis lantaran rasa bersalah karena sudah menyalahkan kakaknya tadi yang tidak memberitahu apa-apa tentang semuanya.
Setelah Adibah sudah siuman, seluruh keluarga menemui Adibah di ruang rawat. Gadis itu tidak di bolehkan pulang karena harus dirawat di rumah sakit karena kondisi semakin memburuk. Tentu membuat semuanya sedih dan sangat khawatir, begitu juga dengan Aisyah, dia menatap iba kakaknya yang lemah tak berdaya tengah terbaring dengan selang infus ditangan nya namun gadis itu masih bisa tersenyum saat kedatangan anggota keluarga yang menjenguknya.
" Umi yakin kamu pasti sembuh, kamu harus kuat," ucap umi Janah meyakinkan agar Adibah tidak putus asa.
" U-umi jangan khawatir ya, Adibah baik-baik saja kok. Umi jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan dan banyak istirahat." Adibah tidak merasa sedih sama sekali, jutsru dia malah memberikan semangat untuk ibunya.
Adibah seakan sudah tahu akhir cerita hidupnya akan seperti apa sehingga tidak ingin membuang -buang waktu hanya untuk bersedih. Dia seperti tidak memiliki beban pikiran sama sekali dan mencoba untuk menerima dan ikhlas dengan takdir yang sedang ia jalani ini.
Umi Jannah ingin menangis namun dia mencoba untuk menahan air matanya agar tidak keluar, bagaimana tidak sedih melihat anaknya terbaring lemah seperti ini Namun berusaha untuk tetap tegar dan bahkan mengingatkan dirinya untuk menjaga kesehatan karena Adibah memang selalu menjadi pengingat jika dirinya terlalu bekerja keras dan lalai pada diri sendiri.
" Asiyah." Adibah tersenyum saat melihat adiknya yang diam mematung di belakang sang ibu. Tangannya melambai memberi isyarat agar adiknya itu mendekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
kenapa adiba gak nikah aja sama reza, toh kl adiba meninggal gak akan ada masalah, kasihan aisyah kl begini
2024-02-22
1
Adi Iyem
adibah kenak kangker ap thor
2024-02-21
0
Dewi Anggya
seruuu
2024-02-15
1