19.Ayo Pulang!

Zea, sebaiknya kita pulang ke rumahmu karena hari semakin siang!" Ucap Davian.

"Iya kak. Yesa, ayo kita pulang!" Ajak Zea pada adiknya.

Setelah itu mereka bertiga berjalan keluar dari area makam, hanya menempuh dengan berjalan kaki, akhirnya mereka sudah sampai di depan rumah.

Tapi sesampainya di rumah, Zea dikejutkan dengan kedatangan suaminya yang sekarang tengah duduk di salah satu kursi yang tersedia di depan rumah.

"Mas Gio, mau apa datang ke sini?" Tanya Zea.

"Sepertinya kau tidak suka aku datang kemari!" Ujar Gio.

"Gio, jaga bicaramu! Istrimu sekarang sedang berduka. Apa kau tak tahu itu?" Bisik Davian.

"Apa tuan tahu kalau ibuku sudah meninggal?" Tanya Zea.

"Ya, aku mengetahuinya."

"Yesa, kau masuklah ke dalam dulu!" Titah Davian pada Yesa dan langsung diiyakan.

Setelah memastikan, Yesa masuk ke dalam rumah barulah Davian kembali membuka suara.

"Gio, apa maksudmu? Kau tahu ibu mertua mu meninggal, kenapa kau tidak memberitahukan pada kami, hah!" Sentak Davian.

"Kak, kau tidak ada hubungannya dengan ini." Ujar Gio.

"Jawab saja pertanyaanku!"

"Sebenarnya Yesa sudah meneleponku satu Minggu yang lalu, hanya saja aku lupa memberitahukan. Kakak tahu sendirilah aku sangat sibuk." Ucap Gio dengan santainya.

Zea tersenyum kecut, bisa-bisanya suaminya berkata seperti itu dengan santainya.

"Bagaimana bisa kau tidak mengatakan apa-apa kepadaku, hah!"

"Kenapa kau sangat tega? Kau--" Zea tidak melanjutkan ucapannya. Perasaannya benar-benar hancur.

Satu tetes bening kristal lolos begitu saja dari kedua sudut matanya. Zea menatap suaminya dengan perasaan marah dan

"Kak Davian, tolong orang ini suruh pergi dari rumahku!" Pinta Zea.

"Hai, apa maksudmu? Aku jauh-jauh datang untuk menjemputmu!" Ucap Gio dengan nada sedikit meninggi.

"Aku tidak memintamu untuk datang menjemput ku. Jika kau ingin pulang, pulanglah! Aku masih ingin di rumah ibuku." Ucap Zea tanpa menatap Gio.

"Apa yang dikatakan Zea memang benar. Dia sedang terpukul sekarang atas kepergian ibunya yang tidak ia ketahui. Gio, apa kau tidak punya hati?" tanya Davian.

"Terus saja membelanya!" Kesal Gio.

Davian membuang nafasnya kasar, adiknya benar-benar keras kepala sekali bahkan tidak memiliki rasa iba atas musibah yang menimpa istrinya sendiri.

"Aku lelah. Kak Davian terimakasih sudah mau menolongku!" Ucap Zea dengan senyum tipisnya.

Davian membalas dengan tersenyum. "Sama-sama, Zea."

"Sekali lagi terimakasih, kak."

"Tidak usah sungkan. Aku senang kalau bisa membantumu. Sekarang, masuklah ke dalam. Aku tahu kau sangat lelah," ucap Davian.

Zea lagi-lagi mengulas senyum ke arah Davian. Sebelum akhirnya melangkah pergi tanpa menghiraukan suaminya. Tentu saja hal itu membuat Gio merasa kesal sebab istrinya sendiri tidak menghiraukan keberadaannya dan malah tersenyum ke pria lain.

Davian hanya menatap nanar punggung Zea yang semakin menjauh lalu menghilang dibalik pintu. Gio mendelik tak suka saat Davian terus memperhatikan istrinya.

"Jangan menatapnya seperti itu!" Tegur Gio.

"Apa kau cemburu?"

"Tidak usah bicara omong kosong. Sebaiknya kak Davian pulang sekarang juga!"

Davian memutar bola matanya malas kemudian pria itu masuk ke dalam rumah untuk berpamitan pulang kepada Zea.

Sampai mobil kakaknya berlalu, barulah Gio menggedor-gedor rumah Zea.

"Hei.....keluar kau!" panggil Gio berulang kali namun tak dihiraukan.

"Hei......cepat keluar dan buka pintunya! Aku kesini datang untuk menjemputmu!"

Sama seperti sebelumnya, tak ada sedikitpun sahutan dari dalam. Gio lalu mengusap kasar wajahnya lalu menendang pintu.

"Apa kau sudah berani denganku sehingga kau tidak memperdulikan ku!" Gio begitu kesal.

Trek .......

Pintu terbuka dan keluarlah Zea dengan wajah penuh kebencian.

"Sudah ku katakan aku tidak ingin pulang ke rumah jahanam itu! Kalau kau mau pulang, pulanglah sendiri!" Seru Zea.

Gio menatap nyalang, tak menyangka jika Zea akan berkata seberani itu terhadap dirinya.

"Kau....kau benar-benar kurang ajar!" Ucap Gio, dia ingin mendaratkan satu tamparan ke wajah Zea tapi dengan cepat Zea menangkisnya.

"Apa-apaan ini! Kau sudah berani ya sekarang!" Geram Gio.

"Apa kau tidak malu dilihat para warga?" Tanya Zea lalu Gio menatap ke arah sekitar dan melihat beberapa ibu-ibu sedang menyaksikan mereka.

"Jadi, pulanglah sekarang!" Usir Zea kemudian kembali masuk ke dalam dan mengunci rapat pintu rumahnya..

Gio yang malu karena terus ditatap warga sekitar dengan tatapan sinis pun akhirnya mau tidak mau harus berlalu pergi.

Tiga hari berlalu namun Zea belum juga pulang hingga membuat Gio merasa gelisah. Pria ini keluar masuk kamar istrinya hanya ingin memastikan apakah istrinya sudah pulang atau belum. Ia tersenyum kecut saat mengetahui kamar itu kosong pertanda penghuninya belum juga kembali. Sejuta rasa marah, kecewa, sakit hati dan kehilangan bercampur menjadi satu.

"Kenapa hatiku terasa kosong dan kehilangan?" Tanya Gio pada dirinya sendiri.

Sepanjang malam Gio tak bisa memejamkan matanya sedikit pun. Pikirannya kacau, pria ini ingin cepat-cepat hari berlalu agar bisa membawa istrinya kembali ke rumah.

Keesokan harinya Gio tidak masuk ke kantor melainkan pergi untuk menjemput istrinya, baru saja ia hendak masuk ke mobil, seseorang menghentikan langkahnya.

"Selamat pagi, pak Gio!" Sapa Jeni dengan menampilkan senyum terbaiknya.

"Kenapa kau pagi-pagi sudah ada di rumahku?" Tanya Gio tak suka.

"Pak Gio, apa boleh saya berangkat bersama bapak pergi ke kantor, soalnya mobil saya masih di servis." Ucap Jeni.

"Apa kau pikir aku ini supir mu, hah!" Sentak Gio.

"Tapi pak, tujuan kita kan satu arah, apa salahnya jika kita pergi bersama-sama. Saya juga sekretaris pak Gio jadi saya harus ada di samping pak Gio setiap saat." Ujar Jeni tanpa malu.

"Jika kau masih ingin bekerja di perusahaan ku, sebaiknya kau segera pergi dari hadapanku. Pergi...!!!" Usir Gio.

"Tapi pak..."

"Aku bilang pergi..!" Bentak Gio.

Jeni yang merasa malu ditolak pun akhirnya berlalu begitu saja.

"Sial! Andai kau bukan sepupu dari temanku, sudah pasti aku akan menendang mu!" Kesal Gio.

Pria ini pun masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Dua jam kemudian, Gio sudah sampai di depan rumah sederhana milik istrinya.

Di salah satu kursi, ia melihat Zea dan adiknya sedang duduk sambil melamun. Gio menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyuman tipis, pria ini lalu melangkahkan kakinya menghampiri Zea.

"Aku datang ke sini untuk membawamu pulang!"Ucap Gio ketika sudah berada di depan istrinya.

"Sudah ku bilang, aku tidak mau pulang denganmu!" Tolak Gio.

"Kau pikir, kau bisa bebas dariku? Jangan mimpi!"

"Tidakkah kau memiliki hati, aku baru saja tahu tentang kematian ibuku!" Ketus Zea.

"Lantas dengan kau tetap di sini, apakah ibu mu bisa hidup kembali, hah!"

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

Satu kata j buat gio sinting kau

2023-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!