Keesokan harinya benar saja, Gio sudah menunggu satu jam sebelum jadwal keberangkatan pujaan hatinya. Mata pria ini liar menyisir setiap sudut untuk mencari sosok orang yang sangat ia rindukan sekarang.
Dua puluh menit kemudian barulah Gio melihat seorang wanita turun dari mobil yang tak lain adalah Anes, pria ini pun langsung bergegas menghampirinya. Dia tak mau kehilangan wanita yang ia cintai untuk kedua kalinya.
"Sayang..." Sapa Gio pada Anes.
Anes melepaskan kacamatanya dan melihat Gio yang sudah menatapnya dengan tatapan penuh kerinduan.
"Gio......kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Anes merasa heran.
"Itu tidak penting, Nes. Yang terpenting sekarang ialah jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintai kau, aku tidak mau kehilangan kau, Nes." Ucap Gio dengan wajah melas.
"Sebaiknya kau pulang lalu bercermin lah!" Ucap Anes dengan suara dingin. "Kau yang meninggalkan aku Gio, kau yang telah mengkhianati cinta kita lalu untuk apa aku masih berharap kau kembali?" Tanya Anes.
"Aku tidak mencintainya Nes, aku hanya mencintaimu. Aku mohon kembalilah padaku, aku akan menceraikannya!" Bujuk Gio.
"Meskipun kau berpisah dengannya, tetap saja aku tidak sudi kembali denganmu. Gio, kau sendiri yang bilang tidak ingin menyentuh atau melakukan sesuatu yang jauh sebelum ada ikatan pernikahan. Tapi apa? Kau sendiri yang mengingkarinya, kau tidur dengan wanita itu!" Ucap Anes dengan penuh ketegasan.
Gio diam tidak menyahut, apa yang dikatakan Anes memang benar, di sini dialah yang salah sekarang.
Gio ingin meraih tangan Anes tapi dengan cepat Anes menjauhkan tangannya dari Gio.
"Anes, aku tahu kau pasti masih mencintaiku kan? Katakan padaku kau masih mencintaiku, Nes!"
"Yah, aku memang mencintaimu tapi itu dulu, sekarang rasa cinta itu sudah hilang digantikan dengan rasa kecewa." Ucap Anes semakin membuat Gio merasa bersalah.
"Anes..." Panggil Gio dengan suara lembut.
"Sudahlah, aku tidak ingin mendengarkan apa-apa lagi darimu. Semuanya sudah jelas, kau dan aku sudah tidak memiliki hubungan lagi. Gio, kita telah selesai..!" Ucap Anes.
Gio terkesiap, ia tak menyangka hubungannya dengan wanita yang sangat ia cintai harus berakhir karena hadirnya orang ketiga yang tidak diundang.
"Minggir. Aku harus pergi sekarang!" Ujar Anes seraya berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Gio yang terus memohon kepadanya.
"Brengsek...!" Umpat Gio. "Semua ini gara-gara wanita murahan itu! Awas saja, aku akan membuat kau menyesal karena telah menghancurkan impian ku..!" Ucap Gio dengan tangan yang terkepal kuat.
Gio pun akhirnya hanya bisa pasrah melihat sang pujaan hatinya pergi begitu saja dan tak akan pernah bertemu lagi dengannya..Sampai punggung Anes tak terlihat, barulah Gio memutar tubuhnya dan melangkah pergi begitu saja dari Bandara tersebut dengan wajah lesu.
Gio memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan kota yang tak terlalu ramai.
Sejak tadi dia merasakan jika darahnya seperti yang mendidih dan hatinya begitu jengkel terhadap Zea. Gio ingin segera sampai ke rumah karena ia ingin sekali memberi pelajaran dengan menghajar Zea habis-habisan.
Setibanya dirumah, Gio langsung saja melangkah masuk menuju ke gudang yang menjadi kamar Zea. Wajah yang tadinya begitu tampan kini berubah menjadi menakutkan, seperti harimau yang ingin memangsa lawannya.
Tepat didepan pintu gudang, Gio menarik nafas terlebih dahulu lalu dengan penuh amarah dia tendang pintu tersebut dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring.
Brak!!!!!!
Sontak Zea yang sedang tertidur langsung terbangun saat mendengar suara pintu yang dibuka dengan sangat kasar.
Zea menatap ke arah Gio dengan tatapan penuh ketakutan, takut karena tatapan Gio begitu tajam dan aura iblis terlihat menguar dalam dirinya. Zea yang takut pun hanya bisa meremas selimut yang ia pakai.
Belum sempat Zea bertanya ada apa, Gio dengan beringas langsung saja menarik kasar selimut hingga tubuh Zea terhempas kebawah mengenai lantai.
Tanpa banyak kata, Gio langsung saja menyeret tubuh Zea, ia menyeret dengan berpegangan rambut. Zea berteriak histeris merasakan sakit, namun tak ada belas kasihan sedikitpun dari Gio.
Begitu sampai dikamar mandi, Gio langsung mendorong tubuh Zea ke lantai kamar mandi. Dan tanpa kasihan Gio langsung menyiram tubuh Zea dengan menggunakan shower.
Air shower sudah diatur menjadi sedikit panas, sehingga membuat Zea menjerit-jerit. Bukannya kasihan, Gio justru tertawa bahagia melihat Zea yang mengaduh kesakitan. Padahal luka bakar Zea belum sembuh, tapi Gio langsung memberinya luka kembali.
"Ampun tuan....ampun!" Mohon Zea dengan Isak tangisnya.
"Panas tuan!"
Gio lalu mematikan shower lalu ia berjongkok sambil menatap tajam Zea.
"Dengar wanita murahan, ini semua tidak sebanding dengan apa yang aku rasakan!" Kata Gio.
"Kenapa tuan menyiksaku sekejam ini, Tuan?" Tanya Zea disela Isak tangisnya.
"Aku ingin kau hancur. Gara-gara kau, wanita yang aku cintai tidak ingin kembali kepadaku lagi...!" Teriak Gio dengan suara menggelegar memenuhi seisi ruangan.
"Ini juga bukan inginku, Tuan. Aku hanya--" belum selesai Zea menjelaskan, Gio langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Zea.
Plak!
Plak!
Suara tamparan terdengar begitu keras, pipi yang semula putih mulus kini sudah memerah akibat tamparan keras. Zea hanya bisa meringis menahan rasa sakit, perih dan panas di pipinya. Bahkan ia dapat merasakan cairan hangat mengalir dari sudut bibirnya.
"Kau layak mendapatkan semua ini!" Seru Gio seperti orang kesetanan.
Merasa belum puas, Gio tiba-tiba melepaskan sabuk yang melingkar di pinggangnya.
Zea yang melihat itu pun seketika tubuhnya bergetar hebat karena merasa takut.
"Tu-tuan......tuan mau apa?" Tanya Zea terbata-bata.
"Tak perlu tahu, cukup rasakan saja!" Ucap Gio dan tanpa aba-aba dia langsung saja mencambuk tubuh Zea .
Sontak Zea menjerit kesakitan seraya memohon ampun berulang kali pada Gio.
"Ku mohon jangan lakukan ini, tuan!" Lirih Zea menahan sakitnya.
Namun Gio tak peduli, pria itu terus saja mencambuk tubuh Zea berulang kali.
Jeritan pilu memecah keheningan rumah mewah tersebut. Perih pedih menusuk menembus kulit Zea.
Gio tersenyum jahat, pria ini merasa bahagia melihat wanita yang ia benci benar-benar menderita.
Zea hanya bisa menangis, ia sendiri tak berani menyentuh kulitnya yang terluka akibat cambukan dari Gio.
"Aku sangat puas sekarang. Tapi lebih puas lagi jika aku melihat kau mati perlahan di hadapanku!" Ungkap Gio menyeringai. Pria itu pun kemudian berlalu begitu saja keluar dari kamar mandi. Tapi masih dengan sikap teganya, Gio sengaja mengunci pintu kamar mandi agar Zea tak bisa keluar.
Tangis Zea semakin pecah dan dengan sekuat tenaga ia berusaha bangkit berdiri untuk membuka pintu.
"Tolong buka pintunya, tuan!" Lirih Zea tak berdaya.
"Tu-tuan.....ku mohon buka pintunya......."
Zea yang sudah tak berdaya pun akhirnya tak sadarkan diri hingga jatuh tersungkur ke lantai yang begitu dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Noor Sukabumi
sumpah gio low km disini udah ku gurukin mulamu ke aspal km tuh cari kbnrannya dulu jg maen nyiksa anak orang dasar setan km gio
2023-04-14
0