13.Geram

"Tuan, semuanya sudah saya bersihkan. Saya hanya bosan jadi saya memutuskan untuk bersantai di sini!"

"Wah... Sudah berani kau menjawab ku, hah!"

"Bu-bukan begitu maksud saya tuan!"

"Aku tidak mau tahu, sekarang juga kau bersihkan rumah ini!" Seru Gio.

"Apa lagi yang harus saya kerjakan, Tuan? Semuanya sudah saya kerjakan!"

"Oh, sekarang kau sudah berani mengaturku."Ucap Gio menatap tajam Zea.

"Kemari! Cepat kau kemari...!" Teriak Gio hingga membuat Zea ketakutan.

Zea pun naik ke atas permukaan kolam lalu menghampiri Gio dengan wajah tertunduk.

"Rupanya kau lebih memilih untuk dihukum, baiklah ikut aku," Sergah Gio lalu menarik paksa Zea membawa masuk ke dalam kamar mandi.

"Tuan! Tanganku sakit tolong lepaskan."

"Diam! Jangan menguji amarah ku, wanita murahan!" Hardik Gio. "Sekarang, cepat buka bajumu!" Perintah Gio.

"Tuan, apa yang ingin tuan lakukan?" Tanya Zea gugup.

Gio tidak menjawab, ia hanya memperhatikan Zea dari bawah hingga ke atas.

"Apa yang ingin tuan lakukan?" Tanya Zea lagi sambil kedua tangannya bersedekap dada.

"Kenapa, kenapa kau malah takut? Bukankah aku sudah pernah merasakan tubuhmu itu!" Ujar Gio dengan senyum menyeringai.

"Tapi---" Zea tidak melanjutkan ucapannya, wanita ini menggigit bibir bawahnya.

Gio semakin menyeringai melihat wajah istrinya yang memucat, tentu saja hal itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Gio.

"Apa kau tuli? Cepat buka bajumu..!!" Teriak Gio menggema memenuhi seisi ruangan.

Zea menggeleng tegas, air matanya sudah membanjiri pipinya, ia menangisi hidupnya yang penuh derita.

Gio yang merasa geram, melepaskan seluruh pakaian yang menempel di tubuh Zea, hingga kini ia dalam keadaan tanpa sehelai benangpun. Ingin berontak pun percuma, tenaga yang kalah kuat dari Gio.

"Duduk!" Bentak Gio lalu mendorong tubuh Zea hingga jatuh ke lantai.

Gio menggosok punggung Zea menggunakan sikat lantai sekuat tenaga, hingga menyebabkan punggungnya terluka dan mengeluarkan darah.

"Ampun tuan, ampun...!" Zea berteriak kencang karena kesakitan. Bukannya berhenti, Gio justru semakin menggila.

"Wanita ****** seperti dirimu tidak pantas menjadi nyonya di rumah ini!" Bentak Gio.

"Kau pikir aku mau menjamah tubuhmu yang menjijikan itu, cukup malam itu saja aku menyentuh mu!" Ucap Gio halus namun terdengar begitu menyeramkan di telinga Zea.

"Tolong ampuni aku ,Tuan!" Lirih Zea.

"Tidak ada ampun untuk wanita pembangkang seperti dirimu!" Bentak Gio yang masih menggosok punggung Zea.

Akhirnya wanita itu pasrah menerima setiap rasa sakit yang menyerbu tubuhnya. Zea sudah lemah tak berdaya tapi Gio masih melancarkan aksinya seakan tak peduli betapa menderitanya Zea. Belum hilang memar di tubuhnya, Zea harus merasakan perih untuk kesekian kalinya.

Gio tersenyum sinis, rasa hatinya puas saat melihat istrinya sendiri kesakitan. Setelah puas dengan perbuatan kejamnya, ia mengguyur punggung Zea yang terluka menggunakan air dingin, membuat Zea menjerit kesakitan.

Gio tidak peduli, pria ini berlalu begitu saja meninggalkan istrinya yang tak berdaya.

Sedangkan Zea benar-benar merasakan tubuhnya yang kedinginan dan rasa sakit bercampur nyeri pada bagian punggungnya. Perlahan ia menggerakkan matanya yang masih tertutup, lalu sedetik kemudian matanya terbuka sempurna. Wanita ini bergidik ngeri saat melihat lantai sudah berubah menjadi merah darah bahkan darah segar terus mengalir dari punggungnya. Dengan sekuat tenaga ia mengambil pakaian miliknya dan mengenakannya.

Dengan langkah tertatih, Zea kembali ke gudang, tempat di mana ia tidur. Ia melepaskan pakaiannya yang sudah basah lalu membungkus tubuhnya dengan selimut karena ia merasa sangat kedinginan.

"Oh tuhan, malang sekali nasibku.." Lirih Zea.

Gio, pria ini pergi ke apartemen milik teman sekaligus orang kepercayaannya yang bernama Aaron.

"Apa kau sudah menemukan rekaman cctv nya?" Tanya Gio pada Aaron.

"Tidak ada rekaman cctv kecuali di sekitar kamar, itu pun cctv nya sudah rusak. Aku yakin ada orang yang sengaja merusaknya!" Ucap Aaron.

"Yah, orang yang menjebak itu adalah wanita murahan itu!"

"Gio, kenapa kau menyimpulkan seperti itu? Belum tentu istrimu yang melakukan semua ini." Ujar Aaron.

"Dia hanya wanita penghibur. Apa kau tidak tahu jenis wanita seperti dia hanya mengincar laki-laki kaya!"

"Tahu darimana kau kalau dia wanita penghibur?"

"Dia bekerja di tempat hiburan malam, sudah pasti dia menjual dirinya!" Tegas Gio.

"Jangan seperti itu. Biar bagaimanapun dia seorang wanita. Jangan bilang kau menyakitinya!" Ucap Aaron sambil menatap tajam Gio.

"Dia harus membayar mahal apa yang telah ia lakukan. Aaron, dia menghancurkan mimpiku untuk menikah dengan Anes. Kau tahu itu!"

"Kau seorang laki-laki, Gio. Jangan pernah berlaku kasar pada wanita, karna biar bagaimanapun kita dilahirkan dari rahim wanita. Baik buruknya wanita harus dihargai." Ucap Aaron mengingatkan.

"Sudahlah, jangan membahas pelacur itu. Kau cepat temukan saja cctv yang katanya rusak itu!" Titah Gio.

"Ehem, apa kau tidak mau mencari tahu latar belakang istrimu?"

"Aku tidak peduli dengannya!" Jelas Gio.

"Dia bekerja sebagai cleaning service di bar itu!" Ucap Aaron memberitahu.

Gio terdiam, pria ini berpikir sejenak.

"Tetap saja dia bekerja di tempat hiburan malam. Percayalah, dia hanya pelacur yang menjajakan tubuhnya!"

"Jangan sampai kau menyesal Gio," ucap Aaron.

"Ya.. Ya... Terserah kau sajalah mau bicara apa. Aku mau pulang, cepat kerjakan tugasmu!"

Gio tidak peduli, pria ini berlalu begitu saja.

Bukan pulang ke rumah, pria ini justru pergi ke rumah Anes, kekasihnya. Bukannya mendapat sambutan hangat dari calon mertua justru hanya caci maki yang Gio dapat. Pria ini berusaha menjelaskan berkali-kali kalau dirinya sudah dijebak namun tetap saja kedua orang tua Anes tidak percaya.

"Pergilah dan jangan pernah kau injakan kaki di rumahku ini!" Usir Herry, papah Anes.

"Pah, Gio ke sini ingin bertemu dengan Anes. Gio harus menjelaskan semuanya kepada Anes bahwa ini semua hanya salah paham." Mohon Gio dengan wajah melasnya.

"Cukup, cukup. Aku tidak ingin mendengar apapun darimu, kau telah menyakiti anakku!" Herry mengangkat tangannya tanda sebagai tidak ingin memperpanjang masalah. "Dan satu lagi, aku bukan papahmu!" Timpalnya.

"Mamah Helen, tolong pertemukan Gio dengan Anes!" Pinta Gio pada Helen, mamahnya Anes.

"Gio, kesalahan yang sudah kau lakukan sudah sangat fatal. Lagipula, Anes sudah tidak tinggal di sini!"

"Maksud mamah Helen apa?" Tanya Gio tak mengerti.

"Gara-gara kau, anakku memilih tinggal di luar negeri demi menghilangkan rasa traumanya karena ulahmu. Gio, apa kau sekarang puas sudah menghancurkan impian anakku? Dia rela meninggalkan karirnya sebagai model demi menikah denganmu, tapi nyatanya kau malah mengkhianati dirinya." Ucap Helen.

"Andai kau bukan anak Darwin, sudah pasti aku akan menghabisi mu!" Ujar Herry dengan sorot mata tajam.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

gio goblok bukannya nyari rekaman cctv dulu mlh nyiksa zea awas j low ntar km nyesel sono susulin c anes keluar negri lg ngapain dia disana dasar cemen berani nya ke perempuan

2023-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!