4.Cibiran Mertua

Satu jam berlalu dan kini makanan yang dimasak Zea sudah tersaji dengan rapi di atas meja makan. Zea kemudian pergi ke lantai atas dengan maksud ingin membangunkan Gio untuk sarapan pagi. Tepat didepan kamar Gio, Zea terlihat begitu ragu saat ingin mengetuk pintu. Dia sejenak menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Baru saja Zea mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, pintu tiba-tiba terbuka dan terlihatlah Gio dengan pakaian yang sudah rapi.

Zea mendadak menundukkan wajahnya, dia begitu tegang dan hatinya begitu berdebar saat melihat raut wajah sangar milik Gio.

"Mau apa kau berdiri seperti orang bodoh didepan kamarku, hah!" Sentak Gio.

"Anu tuan, tadi saya berniat ingin memanggil tuan, karena sarapan pagi sudah siap." Ucap Zea tak berani menatap wajah Gio.

"Kau sungguh memuakkan! Sudah ku bilang aku tidak Sudi memakan masakanmu itu!" Gertak Gio kemudian berlalu begitu saja.

Zea masih diam mematung dan tak terasa air matanya jatuh menetes membasahi pipi mulus ya. Segera dia usap air mata tersebut, dan kemudian dia turun ke bawah kembali ke ruang makan. Di Kupingnya terdengar suara deru mobil yang berlalu pergi. Gio baru saja pergi yang entah kemana Zea sendiri tak tahu. Mungkin pikir Zea Gio akan pergi ke kantor, tapi kenapa pagi sekali?

Zea menatap masakan yang sudah ia masak tadi. Ia pun lalu menarik kursi dengan tujuan ingin memakannya karena perutnya sudah terasa sangat lapar.

Sedangkan kini Gio sebelum pergi ke kantornya, ia pergi terlebih dahulu ke rumah orangtuanya untuk numpang makan.

"Apa wanita itu tidak memasak untukmu?" Tanya Maya.

"Gio tak ingin memakan makanan yang dibuat oleh nya, mah!" Ucap Gio sambil mengunyah makanan.

"Jangan begitu, Gio. Biar bagaimanapun dia istrimu." Sambung Darwin.

"Lebih tepatnya istri yang tak diinginkan."

"Gio! Papah tahu kau tidak mencintainya tapi biar bagaimanapun kau harus tetap menghargai dan menghormatinya karena dia adalah wanita sekaligus istrimu!" Kaya Darwin dengan bijaksana.

"Gio tidak peduli, Pah!" Ucap Gio.

"Dimata Gio dia hanyalah seorang wanita ****** yang sudah menghancurkan impian Gio untuk menikah dengan Anes."

Darwin tak bisa lagi berkata-kata dan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Sudah.....lebih baik lanjutkan makanan kalian!" Ucap Maya.

Setelah selesai makan, Gio langsung saja berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk segera pergi ke kantor.

Siang harinya, Gio baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya. Dia menghela nafas berat dan tiba-tiba dipikirannya terlintas sosok Anes, wanita yang sama sekali tak bisa ia lupakan itu. Gio mengambil ponselnya yang berada diatas meja lalu ia menghubungi Anes dengan maksud ingin mengajak Anes bertemu. Akan tetapi Anes mengatakan jika ia tak bisa karena sedang sibuk. Bahkan yang membuat hati Gio teriris ialah saat Anes mengucapkan jika dia dan dirinya kini sudah tidak memiliki hubungan apapun, jadi untuk apa juga bertemu.

Anes kemudian memutuskan sambungan teleponnya, membuat Gio

Seketika frustasi dan hampir mengamuk.

"Argh..........sial, semua ini gara-gara wanita murahan itu!" Umpat Gio mengusap wajahnya dengan kasar.

Sementara kini, Zea baru saja mengistirahatkan tubuhnya karena dia baru saja selesai membersihkan rumah yang cukup luas ini.

Ting......Ting......

Terdengar suara bel berbunyi berulang kali, Zea dengan sigap langsung beranjak untuk membukakan pintu.

Zea sedikit tercengang saat membuka pintu yang ternyata yang datang adalah mamah mertuanya. Mamah mertuanya menatap dia dengan begitu sinis, sehingga membuat Zea tak enak hati.

"Mamah......" Sapa Zea dengan sopan dan lembut.

Maya tak menggubris sapaan dari menantunya, ia berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah dengan disusul oleh Zea.

Tepat ditengah rumah, Maya menghentikan langkahnya dan mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Em......Gio belum pulang, mah!" Ucap Zea berusaha membuka obrolan.

"Aku datang bukan untuk mencari Gio, tapi aku datang ingin berbicara dengan kau!" Ujar Maya lalu mendudukkan pantat bahenol ya di sofa.

"Kenapa berdiri seperti orang bodoh begitu? Duduklah!" Titah Maya.

"Biar Zea buatkan minum dulu, mah. Mamah mau minum apa?" Tanya Zea.

"Tak usah, kusuruh duduk duduklah!"

Zea lalu duduk di hadapan mamah mertua nya dengan terhalang oleh meja persegi.

"Kau sudah menjadi istri dari anakku sekarang, apakah kau sudah merasa senang dan puas setelah menghancurkan impian anakku untuk menikahi wanita pujaan hatinya?" Tanya Maya menatap lekat wajah polos Zea.

"Mah.....tapi Zea sama sekali----" belum selesai Zea berbicara, Maya langsung memotongnya.

"Sebenarnya apa tujuanmu menikah dengan anakku?" Tanya Maya. Zea menggelengkan kepala.

"Mamah jangan salah paham dulu, Zea sama sekali tidak ada tujuan apapun menikah dengan Gio." Ucap Zea membuat Maya terkekeh.

"Seharusnya yang menjadi istri dari anakku itu adalah Anes, wanita paling cantik dan cerdas bahkan bisa dibilang Anes itu adalah wanita yang paling sempurna. Jadi wajar saja jika Gio tergila-gila padanya. Beda dengan kau, kau wanita yang tidak jelas bahkan asal usulmu pun tak jelas!" Cibir Maya.

Mendengar cibiran yang keluar dari mulut pedas mertuanya, sungguh membuat hati Zea bagai teriris silet tajam. Zea pun hanya bisa tertunduk diam menahan air mata yang hendak runtuh.

"Hem......aku tidak akan berlama-lama disini, jadi langsung ke intinya saja." Kata Maya.

"Aku kesini untuk memberitahumu tentang tugas apa yang harus kau lakukan setelah menjadi istri dari anakku. Dengarkan aku sekarang!"

Zea mengangkat pandangannya dan menatap mamah mertuanya dengan tatapan seksama.

"Kau harus mengurus dan melayani kebutuhan atau perlengkapan Gio. Contohnya menyiapkan air hangat untuk dia mandi, menyiapkan pakaiannya dan ingat satu hal, Gio tidak suka makanan yang dingin, jadi kau harus menyiapkan makanan yang masih hangat untuknya. Apapun perintah yang dia berikan padamu, kau harus mematuhinya!" Jelas Maya.

"Baik, mah! Zea mengerti dan paham!" Ujar Zea seraya menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu!" Ucap Maya beranjak dari sofa kemudian berlalu.

Sore harinya, barulah Gio pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Gio langsung masuk begitu saja tanpa memperdulikan Zea yang sedang menyapu halaman rumah.

Zea segara menghentikan aktivitas menyapunya kemudian ia menghampiri Gio yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Tuan, saya sudah menyiapkan air hangat dan pakaian untu tuan." Ucap Zea dengan hati-hati.

Tak membalas ucapan Zea, Gio berlalu begitu saja tanpa menoleh ke arah Zea.

Zea menghembuskan nafasnya pelan, kemudian dia juga berlalu ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

*

Kini Gio sedang duduk santai di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya. Sementara Zea sedang terlihat sibuk memotong sayuran.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

msh bingung aq thor bnran deh awal mulanya tuh gmn bisa zea tidur Sama gio

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!