17.Awas saja!

Setelah selesai, ia ingin pergi menemui Zea untuk memberikan sebuah gaun yang sudah ia beli sebelum pulang ke rumah.

Tiba di depan kamar, ia melihat pintu kamar yang sedikit terbuka hingga ia bisa melihat Zea yang duduk di tepi kasur sedang mengobati luka di bagian tubuhnya.

Setiap Zea selesai mengolesi lukanya dengan salep, wanita itu meringis kesakitan. Ada rasa kasihan di hati Gio saat menyaksikan betapa kuatnya Zea menerima perlakuan kasar bahkan siksaan yang ia berikan selama ini. Tapi dengan cepat ia menyanggah perasaannya dan menganggap bahwa Zea memang pantas mendapatkannya.

Tidak mau larut dalam rasa bersalah, akhirnya Gio melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar istrinya.

"Apa rasanya sangat sakit?" Tanya Gio dengan nada mengejek tak lupa dengan senyum sinis tersungging dari bibirnya.

"Kenapa, apa tuan khawatir dengan saya?"

"Jangan mimpi aku akan peduli padamu, karena bagiku kau hanya seorang wanita murahan yang pantas mendapatkan perlakuan kasar. Ini belum seberapa, sakit yang akan kau rasakan kedepannya bahkan jauh lebih sakit!"

Zea menggeleng miris. Ia sedang tidak ada niat untuk berdebat dengan Gio. Zea hanya bisa mengusap dada mempertebal kesabarannya.

Merasa diabaikan Gio jengkel sendiri. Pria ini lalu melemparkan sebuah paper bag yang ia bawa tadi tepat mengenai wajah Zea.

Zea membuka isi paper bag tersebut yang ternyata ada sebuah gaun berwarna Navy dengan sepasang heels dengan warna senada.

"Gaun?" Zea mengerutkan keningnya.

"Untuk acara nanti malam, pakailah gaun ini!" titah Gio.

"Nanti malam ada acara apa?" tanya Zea yang penasaran.

"Jangan banyak bertanya, patuhi saja apapun yang aku katakan!" Ucap Gio jengkel.

"Oh ya, karena wajahmu sangat jelek. Aku sudah menyiapkan penata rias untuk mendandani mu!" Ucap Gio dengan senyum mengejeknya.

Zea yang mendengar itu pun hanya bisa mendengus kesal dan menggerutu dalam hati.

*

Malam telah tiba, kini Zea sedang di rias oleh penata rias yang memang sengaja Gio panggil untuk datang ke rumahnya.

"Selesai!"

"Coba lihat wajah nona di cermin, cantik sekali!" Ucap Penata rias tersebut.

Zea melihat pantulan wajahnya di cermin. Sangat cantik! Sehingga ia sendiripun merasa tidak mengenali wajahnya sendiri.

"Wah, nona anda benar-benar cantik sekali." Puji penata rias tersebut dengan senyum lebarnya.

"Hem, kau terlalu berlebihan. Aku cantik seperti ini berkat keajaiban tanganmu."

"Ah, saya serius nona. Bahkan tanpa make up pun, nona sudah sangat cantik!"

Zea menanggapinya dengan tersenyum.

Terdengar suara pintu kamar Zea terbuka, tidak lama kemudian Gio masuk dan hanya menatap Zea tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Aku sudah selesai!" Ucap Zea dengan wajah tertunduk.

"Cepatlah, kita hampir terlambat!" Ucap Gio dengan nada dingin.

Zea menarik nafasnya dalam-dalam lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Gio sudah menunggunya di dalam mobil. Pria ini tampak kesal bahkan berkali-kali membuang nafasnya kasar.

"Kenapa kau lama sekali, hah!" Bentak Gio.

"Maaf, tuan. Saya tidak terbiasa memakai heels seperti ini." Jawab Zea jujur.

"Dasar kampungan!" Cibir Gio.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai juga disalah satu restoran mewah. Hal itu membuat mata Zea menatap takjub dengan suasana restoran mewah tersebut.

"Hai, kampungan jangan menatap seperti itu. Kau membuatku malu saja!" Sentak Gio.

"Maaf!" Ucap Zea pelan.

"Dan satu lagi, jangan buat aku malu di hadapan teman-temanku!" Tekan Gio dan langsung diiyakan oleh Zea.

Merekapun turun dari mobil dan masuk ke dalam restauran dan menuju ruangan privat.

Zea melihat sudah ada beberapa pria dan wanita seperti sedang menunggu kedatangan mereka. Gio yang sadar istrinya hanya diam dan mematung segera melingkarkan tangannya di pinggang Zea dan memperkenalkan Zea sebagai istrinya. Gio ingin menunjukkan ke orang-orang bahwa dia adalah suami yang romantis.

"Wah, istri pak Gio cantik sekali." Ucap salah satu rekan kantornya.

"Tentu saja. Istriku ini memang sangat cantik, jadi aku harap jaga mata kalian untuk tidak meliriknya!" Ucap Gio santai namun terdengar menusuk.

"Istrimu jauh lebih cantik dari Anes." Bisik Dion ke telinga Gio.

"Bajingan!" Umpat Gio. "Diam Lah!"

"Istriku kau duduk dan makanlah sesuka hatimu." ucap Gio dengan senyum manisnya.

Zea mengangguk dan menuruti perintah Gio. Zea yang sedang menikmati makanannya, merasa tidak nyaman saat seorang wanita melayangkan tatapan sinis ke arahnya. Ia mencoba menepis perasaan itu dan tidak menghiraukan tatapan tidak suka wanita itu. Sementara Gio, sedang asyik ngobrol dengan teman-temannya.

"Ehem, jadi kau istrinya pak Gio?" Ucap wanita itu membuka suara.

"Iya!" Jawab Zea singkat.

"Siapa namamu?" Tanya Wanita itu yang tak lain adalah Jeni.

"Zea!" jawab Zea singkat membuat Jeni merasa kesal.

"Oh, aku Jeni, sekretarisnya pak Gio!" Ucap Jeni memperkenalkan dirinya.

"Oh, begitu." Sahut Zea yang tidak tahu harus berbicara apa.

Jeni mendengus kesal, wanita ini merasa tidak terima dengan sikap Zea yang menurutnya sangat angkuh dan sombong.

"Sialan!" Umpat Jeni dalam hati. "Lihat saja nanti, aku akan merebut Gio darimu. Jangan sampai kau menangis darah!"

Makan malam selesai, Gio dan Zea siap-siap untuk pergi. Gio merasa heran saat melihat Jeni uang mengekor di belakangnya. Sementara Zea sudah masuk lebih dulu ke dalam mobil.

"Hai, kau kenapa mengikuti kami?" Tegur Gio.

"Begini pak, apa boleh saya numpang di mobil bapak untuk pulang. Lagipula rumah kita satu arah." Ucap Jeni tanpa malu.

"Tidak bisa!" Tolak Gio tegas.

"Bukannya seorang sekretaris harus ikut kemana pun bosnya pergi?"

Gio tertawa masam kemudian berkata,

"Kau ini berpendidikan kenapa kau sangat bodoh sekali, hah!" Bentak Gio.

"Maksud pak Gio apa?" Tanya Jeni tidak mengerti.

"Aku ini atasanmu, bukan babu mu. Jadi kau tidak berhak mengaturku. Mau rumah kita searah atau apa pun itu, aku tidak Sudi jika harus menumpangi orang seperti mu!" Jelas Gio.

Jeni terkekeh, atasannya itu benar-benar begitu sombong.

"Bukan begitu maksud saya pak, saya hanya------" belum selesai Jeni berbicara, Gio langsung memotongnya.

"Aku tidak peduli, kalau kau ingin pulang, pulanglah! Lagipula tukang ojek atau Taxi banyak!" Ucap Gio kemudian berlalu masuk ke dalam mobil.

Jeni menghentakkan kedua kakinya merasa kesal, sumpah serapahnya keluar dari mulutnya menyumpahi bosnya sendiri.

"Jeni, ada apa denganmu hah!" Tegur Dion.

"Gio, pria itu sombong sekali. Padahal aku hanya ingin menumpang pulang dengannya!" Adu Jeni pada Dion.

"Kau ini bodoh apa bagaimana? Bisa-bisanya kau ingin menumpang dengan bos mu sendiri."

"Aku sekretarisnya jadi aku berhak, Dion!" Ucap Jeni kesal.

"Hai, sadarlah! Ini di luar jam kerja. Jadi, kau tidak ada hak!" Ucap Dion kemudian berlalu pergi.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

gatel yah jeni suni ku garukin je aspal biar mantep

2023-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!