10.Makan Malam

"Bukankah kau belum pulih sepenuhnya?" Tanya Gio lebih lanjut.

"Tidak tuan, saya sudah pulih sepenuhnya." Jawab Zea berbohong, padahal dia masih menahan rasa sakitnya.

"Sudah ku bilang, aku tidak akan memakan masakanmu itu!" Ujar Gio. "Sebaiknya kau pergi saja ke kamar mu digudang itu! Aku akan memberimu waktu untuk beristirahat sampai kau benar-benar pulih!" Titah Gio yang sebenarnya merasa khawatir.

Zea mengangkat pandangannya, menatap bingung Gio yang tiba-tiba berubah menjadi baik.

Gio yang ditatap seperti itu pun langsung membuang pandangannya.

"Kau jangan salah paham dulu, aku menyuruhmu untuk beristirahat bukan karena aku baik, melainkan aku ingin kau cepat pulih agar aku bisa menyiksa mu kembali." Jelas Gio tanpa menatap ke arah Zea.

Mendengar itu, Zea kembali menunduk. Ia pikir Gio sudah berubah tapi ternyata masih sama seperti sebelumnya.

Akhirnya Zea pun berlalu pergi melewati Gio.

Gio menghembuskan nafas lega dan saat melihat Zea sudah masuk ke dalam gudang, Gio langsung mendekat ke arah masakan yang baru saja dimasak Zea.

Melihat masakan yang masih panas di wajan, sungguh benar-benar menggugah selera Gio di pagi hari ini. Terlebih perutnya sangat begitu lapar karena malam tadi dia hanya makan mie instan saja.

"Kelihatannya enak juga," lirih Gio tersenyum.

Dia menatap waspada ke arah gudang, lalu dengan sigap dia mengambil piring dan nasi panas. Kemudian dia menambahkan masakan tersebut ke piringnya.

Gio terlihat seperti orang sangat hati-hati, dia takut ketahuan oleh Zea kalau dia ternyata memakan masakan istrinya sendiri.

Gio makan dengan lahap, entah kenapa masakan Zea yang baru pertama kali ia makan ini sungguh terasa begitu lezat. Rasanya hampir setara dengan masakan restoran bintang lima.

Setelah selesai makan, Gio kembali duduk sebentar di kursi makan untuk sekedar menurunkan nasi. Tak lupa ia menyulut api rokoknya karena itu memang sudah menjadi kebiasaannya sehabis makan.

Trek.......

Pintu gudang terbuka dan keluarlah Zea yang berjalan menuju ke arah dapur. Zea berniat ingin mengambil minum tapi pandangannya tak sengaja terpaku pada wajan yang masih bertengger di kompor. Zea merasa heran saat melihat masakannya di wajan ternyata sudah habis tak bersisa. Wanita itu lalu menatap ke arah Gio, dalam hati berprasangka jika Gio lah yang memakannya.

Gio yang merasa tak nyaman dan tak terima ditatap Zea dengan tatapan mengintimidasi pun langsung saja membentak Zea.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, hah!"

"Apa kau ingin menuduhku?" Tanya Gio. "Bukan aku yang makan, tapi tikus." Ucap Gio berbohong.

Zea hanya diam, tak berani menyahut. Tapi dalam hati dia bergumam jika Gio pasti malu mengakui kalau dialah yang memakannya.

Melihat Zea yang hanya diam, Gio pun memutuskan untuk beranjak pergi.

Belum sampai lima langkah, Gio membalikan badannya lalu berkata,

"Oh ya, jika kau sudah merasa membaik, tolong ganti sprei di kamarku karena aku tidak ingin tidur bekasmu!" Ucap Gio kembali berlalu.

Zea mendengus kesal.

"Apakah dia pikir aku menjijikan?" tanyanya pada diri sendiri.

*

Sedangkan Davian kini sedang sarapan pagi bersama papah dan mamah nya.

"Pah, untuk menyambut kedatangan Davian, bagaimana jika kita makan diluar malam ini?" Tanya Maya.

"Sepertinya ide mamah bagus juga!" Ujar Darwin.

"Davian, apa kau setuju?" Tanya Maya. "Lagian sudah lama juga kita tidak makan bersama diluar."

"Lakukanlah apa yang membuat mamah senang." Ujar Davian.

"Bagaimana kalau kita mengajak Gio dan Zea juga. Yah, sekalian memperkenalkan adik iparmu." Kata Darwin.

Seketika Davian terdiam, dia tahu bahwa keadaan Zea, istri dari adiknya itu sedang tidak baik-baik saja akibat ulah dari Gio sendiri.

"Davian, ada apa? Kenapa kau malah bengong begitu?" Tanya Darwin.

"Ah.....tidak pah," ucap Davian.

"Biar mamah nanti yang menghubungi Gio, agar dia mau diajak makan malam bersama." Ucap Maya.

Davian pun hanya bisa mengangguk tanda menyetujui. Sebelumnya Maya dan Darwin tak tahu jika Davian itu sudah lebih dulu bertemu Gio dan Zea.

Huft........

"Apa? Makan malam bersama?" Gio kembali bertanya pada mamah nya yang menelpon dirinya saat ia sedang dalam perjalanan menuju ke kantor.

"Iya Gio, mamah gak mau tahu, pokoknya kau harus datang. Hem......sekalian istrimu ajak, karena ini adalah perintah papah mu!" Kata Maya kemudian memutuskan sambungan telepon.

"Astaga.....sial!" Umpat Gio sambil memukul setir mobil.

Sore harinya, barulah Gio pulang ke rumah. Suasana rumah tampak begitu hening dan sepi, dia sama sekali tak melihat batang hidung istrinya.

"Kemana dia?" Tanya Gio kemudian melangkah menuju ke arah gudang.

Tepat saat di depan gudang, Gio langsung saja membuka pintu dan mendapati Zea sedang berbaring di atas kasur busa tipis.

Melihat Gio yang masuk ke kamarnya, Zea langsung saja bangun berdiri dengan kepala tertunduk.

"Ma-af tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Zea.

Tak buru-buru menjawab, Gio menatap sebentar Zea yang masih terlihat begitu lemah. Pikirnya Zea belum sembuh sepenuhnya.

"Ah......maafkan saya tuan, saya lupa menganti sprei nya, jadi biarkan saya menggantinya dulu....." Ucap Zea yang memang benar lupa. Saat Zea hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba Gio langsung menghentikannya.

"Tak perlu, memang kau saja yang pemalas!" Seru Gio.

"Ta-tapi tuan?"

"Aku akan memanggil pembantu yang bekerja seminggu sekali nanti!"

Zea hanya manggut-manggut tanda mengerti dengan ucapan Gio.

"Apakah aku harus mengajaknya untuk datang ke acara makan malam bersama?" Tanya Gio dalam hati.

Dia melihat wajah Zea masih dipenuhi oleh bekas luka memar.

Terlebih saat melihat mata sendu Zea yang jelas sekali sedang menyimpan kesedihan yang begitu dalam.

Gio pun memutuskan untuk tidak akan mengajak Zea. Dia akan datang sendiri nanti.

"Ada apa tuan?" Tanya Zea saat memperhatikan Gio yang termenung.

"Ehem.....tidak apa-apa!" Ucap Gio kemudian berlalu pergi.

"Dasar aneh!" Gumam Zea dalam hati.

Waktu terus berjalan, kini Gio sedang bersiap-siap untuk datang ke sebuah restoran yang sebelumnya sudah dijanjikan oleh mamahnya.

Saat Gio baru saja menuruni anak tangga, dia menoleh sebentar ke arah gudang yang tertutup.

"Kira-kira sedang apa wanita itu?" Tanya Gio penasaran.

"Hem.....untuk apa juga aku penasaran!" Ucap Gio kemudian berlalu.

Dua puluh menit kemudian sampailah Gio di sebuah restoran ternama di kotanya. Gio langsung saja turun dari mobil lalu melangkah masuk ke dalam. Di dalam tepatnya di private room restoran itu, Gio sudah melihat adanya kedua orangtua serta kakaknya sedang duduk.

"Gio......kenapa lama sekali?" Tanya Maya.

"Em....maaf mah, tadi jalannya macet." Ucap Gio seraya menarik kursi.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

gio bkln berubah g yah setelah kejadian itu

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!