8. Rumah Sakit

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Davian terlihat begitu sangat cemas dan khawatir karena kondisi Zea begitu sangat lemah.

Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala pria ini, tapi melihat kondisi wanita itu, ia pun mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Hingga lima belas menit kemudian, mobil yang dikendarai Davian pun telah sampai di rumah sakit. Dan Zea pun langsung saja mendapatkan penanganan dari pihak rumah sakit.

Setelah selesai mendapatkan penanganan, Zea lalu dipindahkan ke ruang rawat inap. Davian yang khawatir segera bertanya ke dokter apa yang sebenarnya terjadi.

Dokter mengatakan jika kondisi Zea sangat begitu lemah karena mengalami Dehidrasi. Tak hanya karena itu saja, Dokter mengatakan jika di sekujur tubuh Zea terdapat banyak luka memar dan juga bekas cambukan. Dokter tersebut juga mengatakan jika Zea harus dirawat beberapa hari kedepan agar kondisi Zea bisa kembali normal dan membaik.

Setelah menjelaskan semua itu, Dokter berlalu pergi dengan diikuti oleh perawat. Sementara Davian masih diam mematung memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepada Zea.

Sedangkan Gio saat ini sedang memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya. Gio lupa kalau dirinya mengurung Zea di kamar mandi selama semalaman.

"Jangan sampai dia mati!" Gumamnya.

Sesampainya di rumah, pria ini langsung turun dari mobilnya dan bergegas pergi ke kamar mandi tempat ia mengurung Zea. Tapi alangkah terkejutnya Gio saat melihat pintu kamar mandinya sudah terbuka lebar, perasaan pria ini tidak enak. Ia masuk ke dalam kamar mandi yang ternyata sudah tidak ada Zea lagi di dalamnya, pria ini berlari kesana-kemari mencari keberadaan Zea namun hasilnya nihil.

Gio mengacak-acak rambutnya, pria ini merasa frustasi sekarang.

"Apa dia melarikan diri? Sial, berani-beraninya kau pergi dariku, aku tidak akan membiarkan mu, Zea!" Ucap Gio kedua tangannya terkepal dengan kuat.

Saat sedang kebingungan, tiba-tiba ponselnya mendapatkan notifikasi pesan yang dikirim oleh Davian, kakanya.

"Kak Davi menyuruhku ke rumah sakit, bukankah dia masih berada di luar negeri?" Gio bertanya pada dirinya sendiri.

Tak banyak berpikir, Gio langsung saja pergi menuju ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Gio langsung menghampiri kakaknya yang ternyata sedang duduk didepan ruang inap.

Melihat Gio telah datang, Davian langsung saja bangkit dari duduknya lalu menghampiri Gio dengan melayangkan satu tinjuan ke wajah Gio tanpa aba-aba.

Bruk!!!!!

"Aw......! Kenapa kau menamparku, hah?" Tanya Gio sambil memegangi wajahnya yang terasa sakit.

Davian tak menjawab, dia hanya menatap Gio dengan tatapan yang begitu tajam.

"Hei....ada apa sebenarnya? Kenapa kau menamparku?" Tanya Gio lagi.

Davian ingin melayangkan satu tinjuan lagi kepada Gio, tapi dengan cepat Gio menangkis tangan kakaknya.

"Kau apakan istrimu,hah!" Bentak Davian emosi.

"Apa maksudmu? Aku sama sekali tak mengerti. Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang istriku?"

"Cepat jawab! Kau apakah istrimu!" Davian kembali membentak Gio.

Gio mendecih, dia semakin tak paham dengan sikap kakaknya itu.

"Maksudmu apa? Bukankah kau berada di luar negeri tapi kenapa tiba-tiba ada di rumah sakit?"

Davian tak menggubris, dia menarik kerah baju Gio dengan sangat kuat.

"Kenapa kau menyiksa istrimu sendiri?" Tanya Davian.

Kedua mata Gio terbelalak saat mendengar pertanyaan yang seperti itu.

Melihat Gio hanya diam tak menjawab, Davian langsung membawa Gio masuk ke dalam ruangan dimana Zea dirawat.

"Lihatlah istrimu sekarang! Keadaannya sangat memperihatinkan!" Seru Davian mendorong tubuh Gio.

Gio menjadi kaku saat melihat Zea sedang terbaring lemas diatas ranjang rumah sakit.

"Tubuhnya banyak luka memar, kenapa kau sekeji ini, Gio?" Tanya Davian tak habis pikir.

"Dari kapan kau mengurungnya di kamar mandi?"

Gio tak bisa berkata sepatah huruf pun, dia terlihat begitu panik dan takut. Takut jika kakaknya akan mengadukan ini semua kepada orangtua mereka.

Gio kemudian membawa kakaknya pergi ke luar ruangan. Dia lalu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada kakaknya.

Mendengar cerita dari sang adik, Davian pun hanya bisa menggelengkan kepala.

"Meskipun kau tidak mencintainya, tapi jangan siksa dia seperti itu, Gio. Dia wanita, wanita itu lemah. Dia wajib dihargai karena dia adalah wanita sekaligus istrimu." Kata Davian.

"Ah sudahlah, sebaiknya kau tidak usah mencampuri urusan rumah tanggaku, kak. Aku rasa dia berhak mendapatkan itu semua, karena dia telah menghancurkan hidupku." Ucap Gio.

Lagi, Davian menggelengkan kepalanya, tak menyangka jika Gio akan sekeji itu.

"Gio harap Kakak tidak memberitahu mamah papah tentang hal ini." Pinta Gio kemudian berlalu pergi.

Gio kembali ke dalam ruangan dimana Zea dirawat. Dia berdiri sambil menatap datar Zea yang sedang terbaring lemas.

"Apa kau tidak merasa kasihan melihat dia seperti itu?" Tanya Davian dari arah belakang.

Gio menghembuskan nafasnya kasar lalu menggelengkan kepalanya.

"Untuk apa aku kasihan padanya! Mau dia seperti apa aku juga tidak perduli." Kata Gio tak berperasaan.

"Sungguh aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, Gio." Ujar Davian.

"Apa kata Dokter tadi?" Tanya Gio.

"Dokter mengatakan jika Zea harus dirawat dulu beberapa hari agar cepat pulih." Jawab Davian.

"Tak perlu seharusnya!"

"Apa maksudmu itu?"

"Aku akan membawanya pulang sekarang juga!" Ucap Gio.

"Jangan gila kau, Gio. Istrimu masih butuh penanganan dari Dokter."

"Tak apa, aku ingin dia dirawat di rumah saja. Nanti biar ku panggilkan Dokter pribadi untuk datang memeriksanya." Kekeh Gio.

"Baiklah, terserah kau saja. Asal jangan kau siksa lagi dia." Kata Davian.

"Memangnya apa urusannya dengan mu kak? Dia istriku dan aku berhak melakukan apapun kepadanya."

"Kau jangan gila, Gio! Di mana hati nuranimu sebagai manusia. Sebenci apapun kau padanya setidaknya jangan bertindak sebagai orang jahat, justru karena dia istrimu lah kau harus memperlakukannya dengan baik." Ucap Davian menasehati.

Rasanya ingin sekali dia memukul adiknya yang sudah sangat keterlaluan ini.

Tak menggubris, Gio langsung saja berlalu pergi untuk mengajukan rawat jalan dirumah.

Dan benar saja, siang harinya Gio memboyong istrinya pergi dari rumah sakit dengan diantar oleh Davian.

Setibanya dirumah, Gio langsung saja membopong tubuh Zea untuk masuk ke dalam rumah. Dalam hati dia merasa tak enak pada kakaknya jika dia selama ini menempatkan Zea di gudang. Akhirnya Gio pun mau tidak mau memutuskan untuk membawa Zea pergi ke kamarnya.

"Bagaimana, apakah dia sudah sadar?" Tanya Davian setelah Gio keluar dari kamarnya.

"Belum." Jawab Gio serata menggelengkan kepalanya.

"Hem......semoga dia baik-baik saja. Oh ya, kalau begitu aku pulang dulu, hari sudah mau gelap soalnya." Kata Davian.

Terpopuler

Comments

Anah Setiana

Anah Setiana

haduh ntar davian pergi gio bawa kembali ke gudang dan menyiksa lagi

2023-04-15

0

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

dasar iblis km gio

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!