S2 Episode 15

"Orang yang ku singgung sangat banyak, yang mana yang kau maksud?" tanya Dokter Hanz berpura-pura bodoh.

Leona tidak bertanya lebih lanjut karena masih ada musuh yang baru saja keluar dari persembunyian mereka.

Empat orang laki-laki bertubuh besar berjalan mendekati Dokter Hanz. Begitu melihat wajah salah satu dari ke empat pria yang mendatangi mereka, Leona langsung mengetahui dari mana asal para pembunuh ini.

"Agen pembunuh!" gumam Leona.

Wanita itu menatap wajah pria itu, pria yang dulunya merupakan teman dan rekan dari Leona. Dia sama sekali tidak menyangka jika para pembunuh yang dikirimkan oleh musuh Dokter Hanz ternyata berasal dari Agen pembunuh.

"Laki-laki ini pasti sudah menyinggung orang penting. Harga nyawanya lumayan mahal jika sudah masuk ke dalam list target agen pembunuh." pikir Leona.

"Hei gadis kecil, serahkan laki-laki ini kepada kami. Nyawamu akan kami bebaskan!" ucap salah satu pria yang lebih dulu tiba.

"Kau sombong sekali ya anak baru!" sahut Leona sambil melemparkan senyuman sinis ke arah laki-laki itu.

"Anak baru?" ucap pria tersebut dengan wajah kebingungan.

"Lama tidak bertemu, kau masih tetap saja berwajah imut. Tidak akan ada orang yang menyangka jika kau pernah menjadi salah satu aggota dari agen pembunuh." kata pria yang mengenali Leona.

"Zero, kau juga tidak berubah. Tetap berengsek dan bajingan!" sahut Leona dengan wajah dingin.

Zero merupakan rekan dan teman Leona yang dulunya sangat dekat. Karena kedekatan mereka, Leona memberitahukan rencana untuk membunuh target yang bernama Lu Xuan Cheng. Misinya saat itu gagal dikarenakan Zero menjual informasi tentang rencana Leona kepada George yang merupakan asisten Lu Xuan Cheng.

"Salahkan dirimu sendiri yang terlalu naif. Lagi pula, mana ada pembunuh yang bisa dipercaya. Kau memang wanita bodoh!" ucap Zero dengan pandangan yang meremehkan.

Leona tersenyum, dia menganggukkan kepalanya lalu berkata kepada Zero.

"Kau memang benar! Tetapi, sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih kepadamu. Karena berkat jebakan yang kau buat, aku bisa terbebas dari jeratan agen pembunuh." jawab Leona sambil tersenyum menang.

Zero merasa geram, dia kesal karena kata-kata dari Leona bermaksud untuk mengatakan jika dia memang menginginkan kebebasan yang secara tidak langsung di bantu oleh Zero yang menghianati kepercayaannya.

"Lagi pula kau akan mati di sini, untuk apa kebebasanmu itu?" ucap Zero menyeringai dengan satu sudut bibir yang terangkat ke atas.

"Sepertinya kau lupa! Sejak awal, kau tidak pernah menang melawan ku!" sindir Leona mengejek Zero yang lebih lemah darinya.

"Diam kau!" bentak Zero yang kemudian menyerang Leona.

Ketiga pria lainnya ikut mengeroyok wanita itu. Dia melawan ke empat kawanan pembunuh dengan tangan kosong. Dokter Hanz berdiri menatap perkelahian tanpa bisa berbuat apa-apa sebab dia memang tidak tahu cara berkelahi.

Leona melompat ke atas mobil yang berderet rapi di depannya, dia lalu melemparkan diri dari atas kemudian menendang wajah Zero yang berusaha menyerang Leona.

Zero terpelanting ke bawah, wajahnya hampir mendarat di tanah jika tidak segera di tahan dengan kedua telapak tangan. Zero kembali bangkit dengan wajah yang marah, dia kembali menyerang Leona yang sudah berdiri di atas mobil lagi.

Ketiga pria menyerang Leona secara serentak, salah satunya mengeluarkan sebuah pisau kecil yang dia sembunyikan di belakang celana.

Melihat situasi yang merugikan Leona, Dokter Hanz mengeluarkan ponselnya, dia menekan tiga angka darurat untuk menghubungi kepolisian. Sebelum dia sempat berbicara, suara sirine mobil polisi sudah terdengar di sekitar sana.

Dalam beberapa menit saja, sudah terlihat mobil polisi yang masuk ke area parkiran. Ledakan bom ternyata membuat polisi mendatangi tempat itu. Leona yang sempat kewalahan akhirnya bisa bernapas sedikit lega karena para pembunuh langsung kabur begitu melihat mobil polisi yang datang.

"Kau baik-baik saja?" tanya Dokter Hanz kepada Leona begitu wanita itu melompat turun dari atas mobil.

Leona mengangguk, dia langsung menarik Dokter Hanz untuk kabur dari sana sebelum di tanyai oleh polisi.

"Kenapa kita harus ikut kabur?" tanya Dokter Hanz dengan napas yang memburu setelah berlari beberapa blok dari tempat kejadian.

"Karena akan merepotkan jika kita di bawa ke kantor polisi." jawab Leona masih sambil berlari dengan menarik tangan Dokter Hanz.

"Aku lelah, aku tidak sanggup berlari lagi! Huhhh.... Huhhh..." ucap Dokter Hanz sambil menarik napas pendek-pendek.

Leona menatap ke belakang, dia tidak melihat adanya orang yang mengejar mereka, langkah kakinya pun terhenti. Leona melepaskan tangan Dokter Hanz, dia menatap wajah laki-laki yang sudah dipenuhi keringat itu sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Laki-laki lemah!" sindir Leona.

Dokter Hanz menunduk dengan sebelah tangan memegangi pinggang. Dia masih menarik napas dengan terburu-buru dan detak jantung yang berpacu kencang.

"Kau... Huhhh... Huhhh... Apa benar kau manusia?" tanya Dokter Hanz dengan suara yang terpenggal-penggal karena dia kesulitan menarik napas dengan benar.

Laki-laki itu merasa kekuatan dan tenaga Leona sangat di luar batas normal. Dia bisa melawan ke 4 laki-laki yang berukuran dua kali lebih besar dari tubuhnya, lalu berlari jauh dengan kecepatan yang maksimal tanpa kelelahan.

Napas Leona juga tidak seperti orang yang baru saja berlari jauh, bahkan keringat juga tidak terlihat setetes pun di wajahnya. Membuat Dokter Hanz berpikir dan menganggap Leona sebagai manusia aneh yang luar biasa.

"Sebagai manusia, kau terlalu lemah!" ucap Leona yang menyadari apa maksud di balik pertanyaan laki-laki itu.

"Apa ada yang pernah mengatakan jika kau ini menyebalkan?" tanya Dokter Hanz dengan wajah kesal dan uring-uringan.

"Ya, banyak!" sahut Leona dengan wajah datar.

Dokter Hanz memanyunkan bibirnya, dia menatap dengan wajah tak senang ke arah Leona yang masih berdiri melihatnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Dokter lemah!" panggil Leona sambil menyindirnya.

"Apa?" jawab laki-laki itu dengan nada ketus.

Leona menurunkan tatapannya ke bawah, dia lalu tersenyum namun bukan senyuman manis tetapi senyuman sejuta arti yang membuat Dokter Hanz semakin kesal.

"Lain kali, tolong pakai celana tanpa gambar burung!" ucap Leona sambil menahan tawa.

Dokter Hanz merasa bingung sebab dia tidak mengerti apa maksud dari kata-kata Leona.

Wanita itu lalu menatap lagi ke arah bawah Dokter Hanz. Resleting celana hitamnya melorot hingga menampakkan celana boxer putih dengan gambar burung di tengah-tengah.

Laki-laki itu mengikuti arah tatapan dari mata Leona, dia segera berbalik begitu mengetahui resletingnya terbuka. Dokter Hanz menaikkan resletingnya lalu mulai mengomeli Leona.

"Kau ini wanita yang tidak punya rasa malu ya?"

^^^BERSAMBUNG...^^^

Terpopuler

Comments

Sri Mulyaningsih

Sri Mulyaningsih

dokter somplak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-12-11

0

Wo Lee Meyce

Wo Lee Meyce

😂😂😂😂

2023-10-31

0

@ꪶꫝ༄Cherry🍒Chubby༄💕🇵🇸

@ꪶꫝ༄Cherry🍒Chubby༄💕🇵🇸

emang laki² punya burung thorrr🤔🤔🤔
ah mau nanya suami, suami punya burung enggak 🧐🧐🧐

2023-05-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!