"Hey bocah, siapa yang mengutusmu?" tanya Dokter Hanz sambil berkacak pinggang.
An An merogoh saku celana lalu mengeluarkan sikat gigi dari dalam bajunya. Dia mengangkat tinggi kedua tangannya yang memegang rambut di tangan kiri dan memegang sikat gigi di tangan kanan.
"Tolong periksa DNA orang ini, apakah dia benar Daddy ku atau bukan." ucap An An dengan wajah yang menggemaskan.
"Kau bukan suruhan para preman itu?" tanya Dokter Hanz memastikan.
An An mengangguk dengan cepat.
"Aku kemari secara diam-diam. Bisakah Paman Dokter membantu ku? Aku harus mencari siapa Daddy ku supaya aku bisa memarahinya."
"Kenapa kau harus memarahi Daddy mu?" tanya Dokter Hanz sambil menahan tawanya. Dia merasa geli bercampur lucu ketika mendengar suara dan juga gaya bicara An An yang menggemaskan.
"Karena Daddy tidak pernah merawat ku dan tidak pernah menjaga Mommy."
Mendengar alasan dari An An, Dokter Hanz menganggukkan kepala menyetujui keinginan An An untuk memarahi ayahnya yang tidak bertanghung jawab itu.
"Baiklah, tapi ... Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Dokter Hanz sembari mengambil kedua benda yang akan di jadikan bahan untuk test DNA.
"Dari rumah seorang laki-laki yang di curigai sebagai Daddy ku."
"Bagaimana cara mu mengambilnya? Memintanya secara langsung?" tanya Dokter Hanz penasaran.
An An menggelengkan kepala. Dia lalu tersenyum licik sambil menjawab pertanyaan dari laki-laki di depannya.
"Aku mencurinya. Hehe..."
Dokter Hanz membeku sesaat, kemudian dia tertawa dengan keras sambil mengelus kepala An An.
"Hahaha... Kau cerdik sekali. Ibumu pasti sangat pintar mendidik anak. Nah sekarang, kemarilah!" ucap Dokter Hanz sambil melangkah masuk ke dalam ruangan.
An An menurut, dia melangkah masuk mengikuti Dokter Hanz dari belakang.
"Kita memerlukan rambutmu juga, jadi aku akan menggunting sedikit rambutmu." ucap Dokter Hanz yang sudah memegang gunting di tangan kanannya.
"Tidak, jangan di gunting. Nanti bisa ketahuan Mommy. Cabut saja rambutku." sahut An An yang langsung menyodorkan kepalanya di depan Dokter Hanz.
"Bocah ini benar-benar pintar, semuanya diperhitungkan secara matang. Siapa orang dungu yang sudah menelantarkan anak secerdas ini?" pikir Dokter Hanz.
"Paman, apakah aku bisa mendapatkan hasil secepatnya?" tanya An An yang sudah tidak sabaran.
"Biasanya tidak bisa, tapi karena kau yang memintanya, aku akan memberikan hasilnya besok. Datanglah kemari besok malam." jawab dokter Hanz.
"Awwww!" rintih An An kesakitan ketika rambutnya di cabut.
"Sudah selesai, kau boleh pergi sekarang."
Dokter Hanz kembali mengerjakan pekerjaannya, sementara An An sibuk berkeliling melihat isi di dalam ruangan Dokter Hanz yang terlihat menarik baginya.
Dokter Hanz melirik sekilas ke arah An An yang berdiri di sampingnya. "Apa yang sedang di lihat bocah ini? Fokus sekali sampai tidak berkedip." tanya Dokter Hanz dalam pikiran.
Dokter Hanz terus memperhatikan An An yang menatap serius data kematian yang sedang di selidiki olehnya. Setelah beberapa saat, An An berbicara sendiri dengan suara yang masih terdengar jelas di telinga Dokter Hanz.
"Bukankah ini hanya pengecohan? Jelas-jelas dia dibunuh tapi mereka membuatnya seolah-olah bunuh diri."
"Hei bocah, apa yang sedang kau bicarakan?" tanya Dokter Hanz penasaran.
"Ini, lihatlah! Lehernya terlilit tali tetapi paru-parunya penuh air. Bukankah sangat jelas sekali jika dia mati tenggelam lalu di gantung dengan tali agar terlihat seperti kasus bunuh diri?" jelas An An sambil menunjuk ke foto belas jeratan tali di leher.
Dokter Hanz mengangguk menyetujui pendapat An An, dia menatap pipi bakpao bocah itu lalu mencubitnya pelan.
"Kau tertarik untuk menjadi detektif?" tanya Dokter Hanz dengan wajah serius.
An An menggelengkan kepala. "Tidak" jawabnya tanpa perlu berpikir.
"Kau sangat pintar, sayang sekali jika kepintaranmu tidak digunakan." puji Dokter Hanz sambil mengelus rambut An An yang terasa lembut.
"Aku memang pintar, tetapi aku tidak mau menjadi detektif." sahut An An yang memuji diri sendiri.
"Hahaha... Lalu apa cita-citamu saat besar nanti?"
"Menjadi konglomerat nomor satu di dunia dengan jutaan pengikut yang ditakuti oleh semua orang." jawab An An dengan wajah serius.
Dokter Hanz menatap An An dengan perasaan takjub. "Benar-benar anak yang penuh ambisi, tapi aku menyukai sifatnya yang tenang dan pemberani." pikir Dokter Hanz.
"Hei bocah! Jika ayahmu tidak mau mengakuimu sebagai anaknya, bagaimana kalau kau menjadi anak angkatku saja?" tanya laki-laki itu dengan wajah serius.
"Boleh saja jika kau bisa memberiku uang jajan sebesar 1 Miliar setiap bulannya." sahut An An dengan senyuman manis.
"Uhukkk... Uhukkk... Kau ini mau merampok atau meminta uang jajan?" sahutnya kaget hingga tersedak air liur sendiri.
"Hahaha... Dua-duanya sekalian." jawab An An sakbil tertawa senang.
"Baiklah, aku pergi dulu. Besok aku akan kembali untuk mengambil hasil test nya. Bye Paman Dokter." ucap An An berpamitan.
An An berjalan ke arah pintu keluar, baru saja dia membuka sedikit daun pintunya, An an sudah merasakan tanda bahaya dari luar.
"Ceklek!"
An An menutup lalu mengunci pintu itu secara cepat.
"Kenapa kau mengunci pintunya?" tanya Dokter Hanz penasaran.
"Ada monster berwajah manusia di luar." sahut An An sambil membuat wajah ketakutan.
Dokter Hanz menatap layar monitor, dia membuka kamera CCTV yang mengarah ke depan pintu ruangan.
Dua pria sangar dengan tubuh besar dan kekar sedang berjalan menuju ke sana, lalu dibelakangnya ada 4 pria lain yang mengikuti langkah kedua pria sangar tersebut.
"Bocah, ayo lari sekarang?" ajak Dokter Hanz sambil menekan tombol merah yang berada di bawah mejanya.
Laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya, dia menggendong An An lalu berlari masuk ke sebuah pintu yang berada di dalam ruangan itu.
"Wah, ternyata di sini ada jalan rahasia!" seru An An bersemangat.
"Bocah, kau ini tidak punya rasa takutnya ya?" tanya Dokter Hanz sambil berlari menuju ke mobil yang terparkir di gedung belakang rumah sakit.
"Bammm!"
Seorang pria dengan tato ular di lengannya berdiri di dekat mobil Dokter Hanz, pria itu memukul mobil putih di sampingnya dengan sebuah tongkat panjang.
"Mau ke mana kau?" tanya pria itu sambil menatap Dokter Hanz.
"Ternyata mereka lagi!" gumam Dokter Hanz dengan napas yang ngos-ngosan.
"Paman mengenal mereka?" tanya An An dengan wajah tenang.
"Ya, mereka selalu datang untuk menyuapku agar memalsukan bukti pembunuhan yang di lakukan oleh bos besar. Karena aku menolak, sepertinya sekarang mereka akan memakai cara kasar."
"Paman Dokter, jika aku berhasil menyingkirkan orang-orang ini, kau harus membayarku karena sudah menyelamatkan nyawamu." ucap An An sambil tersenyum licik.
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
kagome
pinternya ni anak geeemmmmmeeeeeezzzzzz
2024-01-25
0
Wo Lee Meyce
kecil kecl mata duitan😂😂
2023-10-31
1
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
duit duit duit😭
2023-08-02
0