Cinta Aiden - Part 14

Mai tersenyum sinis, “Jangan bilang kalau kalian ….”

Rosa menatap Aiden, dia tidak ingin menjawab kebingungan Mai melihat dirinya dan Aiden bersama. Salah-salah malah Rosa akan menjawab tidak sesuai dengan keinginan pria itu.

“Dating, maybe,” sahut Aiden sambil mengedikkan bahunya.

“Ouw. Are you serious?” tanya Mai, lagi-lagi dengan tatapan sinis pada Rosa.

“Kalaupun aku dan Rosa berkencan, memang kenapa?”

“Hanya heran saja, aku pernah kamu tolak tapi … ternyata seleramu yah begitulah.”

Rosa meletakan sendoknya.

“Pak Aiden, sepertinya aku harus pulang,” ujar Rosa sambil melirik  jam tangannya.

“Oke, aku pun merasa begitu.”

“Aku bisa pulang sendiri, Pak Aiden bisa ….” Rosa menunjuk Mai dan mengedikkan bahunya.

“Kami duluan.” Aiden meraih tangan Rosa lalu meninggalkan tempat itu termasuk Mai yang menatap tidak percaya Aiden menggandeng tangan sekretarisnya.

“Pak Aiden, Bu Mai bisa salah sangka dengan interaksi ini.” Rosa mengangkat tangannya yang masih berada dalam rautan jemari Aiden.

“Biarkan saja, itu bukan urusanku.”

“Tapi akan menjadi urusanku, karena aku dan dia masih bekerja di perusahaan yang sama."

“Ah, aku lupa sampaikan. Dia akan mengganti sekretaris saat menggantikan posisiku, HRD akan memindahkan kamu ke bagian lain dan itu lebih baik dibandingkan kamu akan satu divisi dengan wanita tadi.” Aiden terkekeh. “Aku tidak bisa membayangkan kalian berdebat apalagi sampai saling menjambak rambut.”

“Tidak lucu,” cetus  Rosa.

“Menurutku sangat lucu,” sahut Aiden.

Keduanya sudah berada di dalam mobil, selama perjalanan pulang baik Rosa ataupun Aiden hanya diam. Jika Rosa terdiam karena membayangkan apakah dia dan Aiden bisa pergi bersama lagi seperti saat ini. Bisa saja kali ini adalah kencan pertama dan terakhir mereka.

Berbeda dengan Aiden, banyak yang dia pikirkan. Tentang Cantika tentu saja dan gadis di sampingnya saat ini. Bagaimana nasib Rosa setelah mereka sudah tidak berpartner lagi, walaupun dari awal Rosa memang bukan wewenang dia langsung tapi sekian tahun bekerja sama cukup membuatnya peduli.

“Oke, terima kasih untuk hari ini.” Rosa sudah melepas seat belt dan tanganya sudah memegang handle pintu.

“Hm. Semoga kamu tidak kapok berkencan dengan pria menyebalkan sepertiku.”

Rosa tersenyum. “Tentu saja tidak, apalagi kalau pria menyebalkan ini mengajak kencan lagi.”

Aiden hanya tersenyum tanpa menatap ke arah Rosa dan gadis itu yakin kalau Aiden tidak ada perasaan istimewa terhadapnya.

“Aku turun, hati-hati di jalan,” tutur Rosa.

...***...

Hari ini adalah hari terakhir Aiden di perusahaan. Sejak pagi suasana terasa tidak nyaman bagi Rosa, selain karena dia terbawa perasaan karena mulai esok sudah tidak bersama Aiden lagi ditambah dengan sikap Mai yang semakin tidak ramah.

“Aiden sudah mengatakan kalau aku akan mengganti sekretaris,” ungkap Mai yang sudah berdiri di depan meja Rosa dengan sikap angkuhnya.

“Hm, sudah Bu.”

“Belum tentu HRD akan memberikan posisi sekretaris lagi. Menurutku pekerjaanmu biasa saja.”

Rosa hanya menganggukkan kepalanya. Sikap Mai yang semakin tidak jelas kepadanya, setelah wanita itu bertemu dengan dia dan Aiden di mall.

“Pesankan makan siang, aku dan Aiden akan makan siang bersama,” titah Mai pada Rosa.

“Pesankan makan siang, aku dan Aiden akan makan siang bersama.” Rosa mengulang ucapan Mai dengan gaya nyeleneh. “Dia pikir aku akan cemburu, memang iya aku cemburu.”

Mai masih berada di ruangan Aiden, saat hampir jam makan siang Rosa membawakan goody bag berisi dua box makan siang dan dua cup minuman lalu meletakkan di meja sofa. Aiden yang menyaksikan itu mengernyitkan dahinya, lalu menatap Rosa dan Mai bergantian.

“Aku tidak minta kamu siapkan makan siang, karena ….”

“Aku,” ujar Mai. “Aku yang minta Rosa siapkan, masih banyak yang harus kita bahas dan keluar untuk makan menghabiskan waktu,” tutur Mai dengan pandangan masih pada layar laptopnya.

Aiden menyandarkan punggungnya kemudian melipat kedua tangan di dada. Menyaksikan Rosa yang sudah meninggalkan ruangan, padahal dia sudah berencana akan makan siang bersama gadis itu.

“Aku sudah berencana makan siang di luar.”

“Lakukan lain kali, karena ini sangat penting. Bekerjasamalah, mulai besok aku yang melakukan tugasmu karena Aiden yang cerdas akan mengejar cintanya di perusahaan lain,” ejek Mai. 

Saat ini Aiden dan Mai bertatapan, bahkan Aiden terkekeh mendengar ejekan wanita itu.

“Apa kalian akan berseteru setelah aku sudah tidak di sini lagi?”

“Tergantung,” jawab Mai. “Aku tidak tahu seperti apa wanita yang sedang kamu kejar, tapi kalau kamu memilih perempuan di depan ruanganmu rasanya cukup terhina karena aku harus bersaing dengannya.”

Aiden hanya menggelengkan kepalanya, mendengar ucapan Mai.

“Aku harap kalian tidak satu tim," ujar Aiden.

“Aku pun berharap begitu.”

Jam kerja pun berakhir, Mai sudah meninggalkan ruangan sejak tadi. Aiden sudah membereskan barang pribadinya ke dalam box yang disiapkan oleh Rosa. Pria itu memandang sekeliling ruangan yang sudah hampir tiga tahun ini dia tempati sebagai manager marketing.

“Cepat atau lambat aku memang harus meninggalkan kantor ini, bukan hanya karena Cantika,” gumam Aiden.

Aiden menatap Rosa yang masih duduk di kursinya, gadis itu sudah siap pulang. Mejanya sudah rapi dan komputer nya pun sudah off.

“Ayo, kita pulang.”

“Pak Aiden,” panggil Rosa masih dalam posisi duduk dan tidak menatap pria di hadapannya. “Untuk hari ini, biar saya pulang sendiri.”

“Rosa, besok kita sudah ….”

“Justru itu, saya sedang membiasakan diri. Saya khawatir kalau besok masih mengharapkan kehadiran Pak Aiden.”

“Dengar, Rosa. Sejak tadi siang aku sudah merencanakan kita makan siang bersama dan aku antar kamu pulang setelah kita makan malam.”

“Maaf Pak, sepertinya tidak bisa. Saya tidak yakin akan baik-baik saja, saat nanti keluar dari mobil Pak Aiden.”

“Ros, kita hanya terpisah tempat kerja tapi ….”

“Tapi belum tentu bisa bertemu lagi. Jika Pak Aiden menemukan hati pak Aiden, tidak akan ada kesempatan lain untuk saya. Biarkan saya sendiri Pak, karena mulai besok saya akan merindukan arahan Bapak termasuk juga teguran dan juteknya Pak Aiden.”

“Rosa, tidak begini konsepnya. Kita masih berteman dan aku sedang berusaha membuka hatiku.”

“Aku harap tidak terlalu lama.”

Aiden menghela nafasnya, dia mengalah dan akan meninggalkan Rosa. Pria itu mengulurkan tangan pada Rosa.

“Terima kasih atas kerjasamanya selama ini, sebagai rekan kerja mungkin hari ini adalah terakhir kita bertemu dan bekerja sama.” Rosa berdiri dan menjabat tangan Aiden sambil mengulum senyum, kedua matanya berkaca-kaca.

Aiden melangkah meninggalkan Rosa yang masih berdiri memandang kepergiannya.

“Aku tunggu pilihanmu. Aku atau masa lalumu,” gumam Rosa.

Sedangkan di tempat berbeda, Cantika yang sedang berada di ruang kerja yang akan digunakan Aiden merasa khawatir dengan esok hari. Karena mulai besok dia akan bertemu dengan Aiden, pria dari masa lalunya.

 

 

Terpopuler

Comments

khalisa

khalisa

lnjutttt

2023-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!