Jam kerja sudah berakhir sejak tadi, Aiden masih bersandar pada kursinya sambil memejamkan mata. Dia akan menuruti perintah Edwin untuk menemui wanita yang dikenalkan padanya. Tidak ingin mengecewakan orang tuanya, Aiden selalu memenuhi pertemuan dengan wanita yang dikenalkan dengannya.
“Pak Aiden, apa saya sudah bisa pulang?” tanya Rosa sekretaris Aiden yang sudah berdiri di depan meja pria itu.
Aiden mengerjap, dia lupa untuk meminta Rosa pulang.
“Iya, pergilah. Aku akan pulang sebentar lagi,” ujar Aiden.
Rosa pun mengangguk dan pamit undur diri. Edwin bahkan sempat mendorong Aiden untuk mendekati Rosa, karena keduanya dipasangkan dalam pekerjaan sudah cukup lama berharap ada kedekatan berbeda dari keduanya.
Ponsel Aiden berdering, tertera Bunda di layarnya.
“Iya, Bun.”
“Aiden, kamu akan datang ….”
“Iya,” jawab Aiden menyela ucapan Ayu.
Terdengar hela nafas di ujung telepon.
“Aiden, Papa dan Bunda bukan memaksa menjodohkan kamu tapi kamu segeralah kenalkan dengan kami perempuan yang sedang dekat dengan kamu.”
Aiden terkekeh, “Apa Bunda meragukan kenormalan diriku?”
“Bukan begitu, tapi memang kamu tidak pernah membicarakan perempuan manapun.”
“Aku pasti datang, jika cocok aku akan sampaikan pada kalian,” tutur Aiden.
Tidak lama panggilan pun berakhir. Aiden beranjak dari kursi malasnya untuk menghadiri pertemuan yang sudah diatur untuknya.
Seorang wanita sudah duduk di manis di salah satu kursi private room menunggu kedatangan Aiden dan tersenyum saat pintu terbuka dan pria yang dimaksud melangkah masuk.
“Maaf, sudah lama?” tanya Aiden.
“Belum lima menit,” jawab wanita itu.
Aiden mengulurkan tangannya, “Aiden,” ujarnya.
Wanita itu berdiri dan menyambut uluran tangan Aiden. “Melinda.”
Setelah melepaskan jabat tangan keduanya kembali duduk. Melinda tidak mengalihkan pandangan dari wajah Aiden, selain tampan siapa yang tidak kenal dengan pria itu.
“Kenapa?” tanya Aiden sambil membuka buku menu. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Aiden kemudian melirik sekilas pada Melinda yang sedang menopang wajahnya memandang Aiden.
“Belum, tapi siapa yang tidak kenal kamu. Aiden Pasha Adiputra, ternyata lebih tampan aslinya,” ujar Melinda. “Aku senang waktu Ayah mengatakan mengatur pertemuan kita.”
“Senang?”
“Hm. Siapa yang tidak, ayolah kamu pasti tahu maksud pertemuan ini.”
Pelayan masuk menanyakan pesanan. Aiden menyampaikan pilihannya sedangkan Melinda hanya mengatakan sama dengan pesanan Aiden. Meilinda dengan penampilan cetarnya, tidak terlalu menarik bagi Aiden. Dress yang dikenakan sangat pas di badan wanita itu bahkan di area tertentu terlihat begitu sesak, mungkin saja di sengaja. Termasuk mengenakan heels agar terlihat semakin seksi.
Aiden menyandarkan tubuhnya menunggu Melinda melanjutkan ucapannya yang sempat terhalang karena kedatangan pelayan.
“Orangtua kita bermaksud mendekatkan kita, ya seperti perjodohan.”
Aiden menganggukkan kepalanya tanpa menatap wanita itu, membuat Meilinda semakin penasaran. Sikap cuek dan menyebalkan Aiden sudah dia dengar di kalangan anak-anak pengusaha yang kadang memang saling menargetkan diri untuk bekerja sama termasuk saling menjodohkan.
“Kamu setuju dengan konsep perjodohan?”
“Bukan perjodohannya, tapi kalau dengan cara ini ternyata kita memang cocok kenapa tidak.”
Obrolan mereka kembali terjeda karena pelayanan yang datang membawakan pesanan. Aiden sebelumnya memerintahkan membawakan semua sekaligus termasuk desert, agar tidak terganggu dengan pelayan yang bolak balik masuk ke ruangan.
“Menurutmu kita harus bagaimana?” tanya Aiden yang mulai mengiris daging steak dan menyuapkan ke dalam mulut, perlahan dia menikmati lalu menatap Melinda.
“Kita bisa coba untuk lebih dekat,” jawab wanita itu.
“Seperti?”
Melinda tertawa pelan. “Ayolah Aiden, kita bukan anak remaja yang harus aku jelaskan dengan makna dekat di sini.”
“Berapa umurmu?”
Melinda melirik sinis, “Pertanyaan sensitif bagi wanita.”
“Tapi penting untuk kita menentukan kelanjutan ini. Bagaimana kalau ternyata lima atau tujuh tahun di atasku?”
“Kita seusia Aiden.” Melinda meraih gelas di hadapannya lalu meneguk isinya.
“Oke, kamu memang terlihat masih muda dan … you know lah.”
“Apa ada dari bagian tubuhku yang membuatmu tertarik?” tanya Melinda dengan nada menggoda. “Bagian depanku atau ….”
“Cukup,” ujar Aiden kemudian terkekeh. “Kamu memang menarik tapi kita lanjutkan dulu maksud kedekatan yang kamu maksud tadi.”
Melinda menghela nafasnya, entah Aiden pria yang bodoh atau terlalu berhati-hati. Bagaimana bisa dia malah menanyakan kelanjutan kedekatan mereka, untuk ukuran orang dewasa seharusnya Aiden sudah paham dengan hal ini.
“Kita bisa lanjutkan pertemuan untuk mengenal luar dalam. Bagaimana kalau kita berkencan dan berlibur bersama. Cari tempat romantis untuk membangun chemistry.”
“Dan berakhir di ranjang,” sahut Aiden.
Melinda tersenyum, “Kenapa? Sepertinya kamu sudah tidak sabar,” ejek Melinda.
Aiden menghela nafasnya lalu menegakan tubuh dan bersandar kembali.
“Melinda Mahendra, dua puluh delapan tahun kamu setahun lebih tua dariku. Pendidikan terakhir di Aussie dan sempat dekat dengan putra pemimpin daerah periode lalu. Apa orang tuamu tahu kamu pernah menjadi baby dari pemilik Brand ternama bahkan sempat a-bor-si karena ….”
“Cukup.” Melinda memekik sambil menggebrak meja.
“Hei, itu tidak elegan dan tidak cocok dengan dirimu.”
“Dari mana kamu bisa ….”
“Hei, tenanglah,” sela Aiden. “Ini terkait masa depanku, aku harus pastikan siapa sebenarnya calon istriku.”
“Aiden, kamu ….”
“Stttt, mari kita menikmati makan malam ini.”
Melinda berdiri dan melempar serbet ke wajah Aiden.
“Kamu pria menjengkelkan yang pernah aku temui,” jerit Melinda lalu mengambil paksa tas yang ada di atas meja dan meninggalkan Aiden.
“Hei, kita belum selesai makan. Harganya mahal, ini mubazir loh,” sahut Aiden sambil menoleh ke arah pintu.
Pria itu kemudian menghela nafasnya dan kembali bersandar di kursi, mengusap kasar wajahnya. Ada penyesalan karena harus mengetahui keburukan dari wanita tadi tapi itu terpaksa dia lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Siti Dede
Dimas Mahendra siapanya Pandu Aji Mahendra ?
2024-04-26
0
Agustina Kusuma Dewi
untung selidik dl..
ampes lo nanti..
salah pilihan
2023-12-15
0