Cinta Aiden - Part 7

Aiden mengikuti pertemuan dengan Irwan dan manager operasional di luar kantor. Di dampingi dengan Rosa, yang ikut menyimak dan mencatat semua pembicaraan. Pertemuan yang berlangsung setelah makan siang dan cukup lama, akhirnya berakhir.

“Pak, setelah ini ada acara yang harus dihadiri Pak Aiden,” ujar Rosa mengingatkan.

Aiden ingat, dia melirik jam tangannya di mana menunjukkan pukul empat sore. Tidak mungkin mengantarkan Rosa ke kantor lalu kembali ke perusahaan Papanya, pasti terlambat.

“Masuklah, kamu ikut acara keluargaku dulu. Apa masalah?”

Rosa tidak menyangka dia akan diikutsertakan di tengah acara keluarga Aiden.

“Ti-dak, pak.”

“Oke, kita berangkat sekarang.”

Aiden melajukan mobilnya menuju kantor Edwin, Rosa yang duduk di samping kemudi sesekali mencuri pandang karena Aiden terlampau serius dan jarang membuka mulutnya. Dalam kondisi yang cukup dekat seperti ini, Rosa rasanya ingin berada di tengah kemacetan hingga menyebabkan kendaraan yang terjebak dan tidak bisa bergerak.

“Untung saja tidak macet,” gumam Aiden menyadarkan lamunan Rosa.

“Kalau nanti aku sibuk di acara, harap maklum saja. Kamu bisa tunggu di mana kek, nanti aku carikan tempat.”

Rosa hanya mengangguk pelan.

“Nah ini dia, orangnya sudah datang,” pekik Melody. Aiden mengbaikan adiknya yang berteriak, memlih menemui Papa dengan melewati gadis itu.

Melody mengerucutkan bibirnya tapi menatap heran wanita yang mengekor langkah Aiden. Aiden ternyata menemui Papa dan Bundanya.

“Ah, untung kamu sudah datang. Ayo ikut Bunda … loh ini siapa?” tanya Ayu sambil menunjuk Rosa. Berbeda dengan Edwin yang sudah dua kali bertemu dengan Rosa.

“Dia Rosa, sekretarisku,” jawab Aiden.

“Ah, begitu.” Entah kenapa wajah Ayu berseri dan terlihat merencanakan sesuatu, wanita itu tersenyum ke arah suaminya. “Ayo ikut Bunda, kamu juga ikut saja tidak masalah,” ajak Ayu pada Aiden dan Rosa.

Acara perayaan ulang tahun perusahaan Edwin yang diselenggarakan sederhana bersama para karyawannya. Aiden diminta datang, karena kedepannya Edwin tentu saja akan menyerahkan usaha itu kepada anak-anaknya.

“Aiden, kamu kenapa tidak bilang kalau sekretaris kamu cantik,” bisik Ayu.

“Untuk apa?”

“Untuk apa Papa dan Bunda sering kenalkan kamu dengan para wanita kalau di dekatmu ada wanita yang sangat layak. Dia cantik dan terlihat sederhana, Bunda suka.”

“Tapi aku tidak suka.”

Ayu mencebik lalu memukul pelan lengan Aiden.

“Ayolah, mau tunggu sampai Bunda dan Papa tidak ada lagi baru kamu menikah,” rengek Ayu.

Aiden menghela nafasnya, terkadang Ayu memang memaksakan kehendak dengan ancaman yang aneh tapi kali ini ancamannya cukup serius.

“Bun, aku juga lelah dengan rencana kalian dan sedang berusaha menerima tapi diantara kami belum ada rasa, jadi ….”

“Kamu salah,” sela Ayu. “Kalau Bunda perhatikan saat gadis itu bicara dan berada di dekat kamu, menunjukkan kalau dia memiliki perasaan terhadapmu. Entah itu sayang sebagai seorang teman atau dengan lawan jenia. Yang jelas itu awal yang baik,” tutur Ayu.

Aiden menoleh dan menatap Rosa yang sedang bersama Melody. Kalau dari penampilan Rosa cukup menarik, dengan wajah cantik natural bahkan tidak pernah terlihat mengenakan pakaian yang aneh dan membuat Aiden menghela nafas.

Pria itu masih menatap Rosa saat yang ditatap juga menoleh dan keduanya saling bertatapan. Rosa memutus pandangan mereka karena Melody mengajaknya bergabung dengan Bunda.

“Kak, ada Lely loh,” seru Melody.

“Lalu?”

“Ya kirain mau reka ulang,” ejek Melody. Rosa hanya diam karena tidak mengerti pembicaraan kakak beradik itu.

“Iya, Bunda juga lihat. Dari tadi tengak tengok terus mungkin sedang mencari kamu,” ujar nya pada Aiden.

“Untuk apa mencariku?”

Pembicaraan mereka terhenti karena Lely menemukan keberadaan Aiden lalu menghampiri meja di mana Aiden dan yang lain berada.

“Sore tante,” sapa Lely.

“Sore, sayang. Kamu bareng siapa?” tanya Ayu.

“Bersama Bibi, itu ada di sana,” tunjuk wanita itu kepada Ayu. Ayu pun beranjak karena ingin menemui istri dari Indra rekan kerja suaminya.

“Hai Aiden,” sapa Lely pada Aiden.

“Hm.”

“Duduk, Mbak,” ajak Melody.

Lely menoleh ke arah Rosa yang duduk tepat di samping pria yang sudah membuat perasaan dan hidupnya jungkir balik.

“Ah, kenalkan ini Rosa,” ujar Aiden. Rosa mengulurkan tangan dan tersenyum pada Lely, walaupun masih dalam kebingungan karena Aiden tidak mengenalkan dia sebagai sekretarisnya.

Melody menatap Aiden, Rosa dan Lely bergantian. Menyadari ada aura tidak biasa, dia pun menghindari dari sana.

“Kalian sedang dekat?”

Rosa bingung menjawab pertanyaan Lely yang sudah pasti ditujukan kepada dirinya dan Aiden.

“Iya,” jawab Aiden singkat.

Deg.

Detak jantung Rosa tidak karuan mendengar jawaban Aiden.

Dekat bagaimana yang dia maksud. Rosa membatin dan tetap bersikap biasa.

“Jadi yang begini wanita idaman kamu?”

Entah mengapa Rosa tidak menyukai apa yang dikatakan oleh Lely, apalagi Aiden tidak menanggapi.

“Wanita yang kamu maksud itu saya? Begini bagaimana maksud kamu?”

“Sudahlah, tidak usah ditanggapi,” seru Aiden pada Rosa. Bahkan pria itu mengusap punggung tangan Rosa yang berada di atas meja.

Lely tersenyum sinis dengan kedua tangan dilipat di dada.

“Apa Aiden sudah menciummu?”

“Lely,” tegur Aiden.

“Apa?” pekik Rosa.

“Kenapa?” tanya Lely seakan pertanyaannya adalah hal biasa.

“Rosa, pamitlah dengan Papa dan Bunda. Aku antar kamu pulang,” ajak Aiden.

“Wah, apa pertanyaan aku salah. Jangan-jangan kalian sudah melakukan lebih dari sekedar cium4n.”

“Mbak, tolong jaga ucapan anda. Kita baru bertemu tapi anda sudah menghina saya.”

“See, semua wanita juga akan marah jika dihina begini  Aiden. Sama seperti yang kamu lakukan padaku,” keluh Lely.

“Itu bukan penghinaan. Aku hanya mencoba ternyata kamu terbawa, lalu salahku di mana?”

Rosa semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Aiden dan Lely, yang jelas dia merasa dimanfaatkan.

Lely beranjak dari kursinya, “Aku penasaran ending dari kisah kalian.”

“Ck, ayo,” ajak Aiden pada Rosa.

Aiden serius dengan ucapannya, dia mengantarkan Rosa pulang setelah pamit pada kedua orangtuanya. Bahkan Ayu mengatakan agar Aiden sering mengajak Rosa, sudah bisa diduga maksud dari Bundanya.

“Maaf Pak, yang tadi ….”

“Tidak usah diambil hati, Lelly memang begitu. Mungkin dia berharap hubungan yang lebih dari sekedar perkenalan.”

“Pak Aiden memanfaatkan saya untuk ….”

“Maaf,” ujar Aiden.

Rosa tertawa sinis, menertawakan dirinya sendiri. Dia melempar pasangannya ke luar jendela, walaupun dia memang memiliki rasa kepada pria di sampingnya tapi kalau harus dimanfaatkan rasanya menyakitkan.

Aiden menyadari Rosa kecewa, dia pun menepikan mobilnya lalu melepaskan seat belt dan merubah duduknya menghadap Rosa.

“Saat melihat Lely dan sudah menduga dia akan menanyakan tentang kita, aku memanfaatkan situasi dengan tidak mengakuimu sebagai sekretarisku tapi ….”

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BRRTI ROSA KLUARGA CANTIKA...

2023-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!