Before Divorce
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong kantorku yang sudah mulai sepi. Aku mengulas senyum ketika berpapasan dengan rekan kerjaku.
Namaku, Shiena Larasati. Usiaku menginjak 30 tahun di tahun ini. Dan ya, aku sudah menikah. Aku menikah dengan pria yang sudah kupacari selama lima tahun.
Lima tahun! Bukan waktu yang singkat untuk bersama dengan seseorang bukan? Dan kami sudah menikah selama lima tahun. Jadi, aku sudah bersama dengan Mas Willy selama sepuluh tahun.
Aku tiba di parkiran dan mengendarai mobilku. Pekerjaanku sebagai manajer pemasaran di Zayn Building membuatku bisa memiliki mobil meski masih harus mencicil. Tidak apalah, hidup kan memang harus penuh perjuangan, hehe.
Aku melirik jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika aku tiba di rumah. Belum terlihat mobil Mas Willy di halaman rumah. Itu artinya suamiku belum pulang.
Usia Mas Willy 3 tahun diatasku. Dia adalah sahabat mendiang kakakku. Ya, kakakku meninggal dunia sekitar sepuluh tahun yang lalu. Dan dia menitipkan aku pada Mas Willy. Jika mengingat tentang Bang Shandy, aku akan mulai bersedih. Dia meninggal dalam kecelakaan karena kesalahanku.
"Haaaah!" Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu. Rasanya sangat lelah.
Rumah ini terasa sunyi. Mungkin karena aku dan Mas Willy memutuskan untuk menunda memiliki momongan. Makanya rumah ini terlihat kosong. Hanya ada kami berdua selama lima tahun ini.
Tak lama setelah aku tiba di rumah, deru mesin mobil Mas Willy memasuki pelataran rumah. Rumah ini dibeli dengan hasil keringat Mas Willy. Dia bertekad tidak akan meminangku sebelum dia memiliki hunian yang nyaman untukku.
Ah, sungguh pria yang sangat luar biasa. Ya, suamiku adalah pria yang luar biasa. Sejak awal bertemu dia adalah orang yang hangat dan perhatian.
Suara pintu terbuka dan aku segera bangkit dari rebahanku.
"Mas, sudah pulang?" Aku segera menyalami Mas Willy. Mencium punggung tangannya.
"Hmm, kamu juga kayaknya baru pulang."
"Iya, Mas. Mas udah makan?"
"Sudah tadi sama anak-anak kantor."
Aku mengangguk. Satu lagi yang kusuka dari Mas Willy. Dia tidak pernah menuntutku untuk selalu memasak makanan untuknya. Karena ia tahu jika aku adalah wanita pekerja.
Meski begitu, aku tetap menjalankan kewajibanku sebagai istri yang baik untuknya. Aku tetap menyediakan kebutuhan Mas Willy dengan baik.
"Aku siapkan air hangat dulu ya buat kamu mandi."
Aku akan beranjak pergi, tapi Mas Willy menahanku.
"Tunggu sebentar, She!"
Aku menatap Mas Willy lekat. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Tapi apa itu?
"Ada apa, Mas?"
"Duduklah!"
Entah kenapa aku merasa jika ada yang tidak beres dengan Mas Willy.
Mas Willy mengeluarkan sebuah map dari dalam tas kerjanya dan menyerahkannya padaku.
"Apa ini?" tanyaku.
"Kamu buka saja."
Tanpa memiliki kecurigaan sedikitpun, aku membuka map yang berisi beberapa lembar kertas. Aku mengernyit membaca isinya.
"Surat gugatan cerai?" gumamku.
Bagaikan tersambar petir, aku tak percaya apa yang baru saja kubaca.
"Apa maksudnya ini, Mas?" Aku bertanya dengan suara gemetar. Tentu saja aku syok, aku kaget. Dan aku ... sedih.
"Sudah cukup semuanya, She! Aku sudah tidak sanggup lagi melanjutkan pernikahan kita."
Aku menggeleng kuat. "Gak! Kenapa tiba-tiba ingin bercerai, Mas? Rumah tangga kita baik-baik aja kok, kenapa kamu malah ...." Suaraku tercekat. Aku tak mampu melanjutkan kalimat berikutnya.
"Kita baik-baik aja karena itulah yang kita tampilkan di depan orang-orang. Tapi sebenernya kita itu gak baik-baik aja, She!" Suara Mas Willy pun ikut tercekat.
Aku terdiam. Aku memikirkan semua ini dengan hati yang berkecamuk. Kenapa Mas Willy melakukan ini? Apa dia memiliki wanita lain selama ini?
"Jika kamu berpikir aku memiliki wanita lain ... kamu salah, She. Aku hanya mencintaimu. Sampai detik ini aku masih mencintaimu."
Cinta? Lalu kenapa harus bercerai?
"Mari kita berpisah! Aku rasa aku sudah tidak tahan untuk terus mengikuti keinginanmu."
Aku menatap tak percaya ke arah suamiku. Tadi dia bilang cinta, tapi sekarang tak bisa mengikuti keinginanku. Apa maksudnya ini?
"Impianku hanya satu. Ingin memiliki keluarga yang bahagia seperti kedua orang tuaku. Tapi ternyata kamu sudah menghancurkannya." Air mataku tak lagi dapat dibendung.
"Maafkan aku, She. Aku akan bicara baik-baik dengan kedua orang tuamu."
Aku menghapus air mataku. Bagiku tidak perlu ada air mata untuk seorang pria yang berpura-pura mencintaiku. Ya, kini aku mengerti jika selama ini mungkin saja Mas Willy berpura-pura mencintaiku. Dia hanya menjalankan wasiat Bang Shandy untuk menjagaku.
"Jika pertemuan kita hanya menyisakan perpisahan saja, maka seharusnya kita gak perlu bertemu! Aku akan berdoa pada semesta agar aku gak pernah dipertemukan denganmu!" ucapku dengan suara lantang.
Setelahnya terdengar gemuruh petir yang menggelegar. Menandakan jika alam ikut bersedih dengan keputusan dua insan yang katanya saling mencintai.
Aku masuk ke dalam kamar tamu dan mengunci pintu. Aku membenamkan wajahku ke dalam bantal. Hatiku hancur. Hatiku sedih. Ternyata kisah sepuluh tahun kami harus kandas dalam semalam.
"Aku benci kamu, Mas. Aku benci! Aku bersumpah aku gak mau ketemu lagi denganmu di masa lalu maupun masa depan." Aku mengucapkannya dengan suara bergetar. Karena kelelahan menangis, aku akhirnya tertidur. Dan malam ini untuk pertama kalinya aku tidur terpisah dengan Mas Willy.
#
#
#
Pagi harinya aku terbangun karena mendengar suara gedoran pintu kamar yang cukup keras.
"She! Bangun, Nak! Sudah siang!"
Samar-samar aku mendengar suara yang tidak asing di telingaku. Aku masih memejamkan mata. Malam tadi rasanya sangat menyakitkan untukku.
"She! Bangun, sayang! Apa kamu mau terlambat ke kampus?"
Hah?! Kampus?!
Aku langsung membuka mataku selebar mungkin. Aku memperhatikan sekelilingku.
Ini bukan kamar tamu rumahku. Ini ... Adalah kamarku! Ya, ini adalah kamarku! Kamarku sendiri!
Aku segera bangun dari tempat tidur. Aku meyakinkan diriku jika ini bukanlah mimpi.
"She! Kamu udah bangun belum, Nak?"
Itu ... Itu suara Bunda! Bagaimana bisa ada bunda di rumahku? Eh, bukan. Tapi bagaimana bisa aku ada di kamar lamaku. Sementara semalam aku tidur di kamar tamu rumahku.
"Shiena Larasati!"
Suara Bunda sudah naik satu oktaf. Itu artinya Bunda sudah sangat marah.
Aku segera membuka pintu.
"Bundaaaaaaa!" Aku langsung memeluk Bunda dengan erat.
"Sayang! Kamu ini kebiasaan deh! Susah dibangunin!"
"Maaf, Bunda..."
"Hmm, ya udah. Buruan mandi. Nanti telat ke kampus. Abang kamu udah nungguin tuh!"
"Abang? Abang Shandy maksud Bunda?"
"Ya iyalah, emangnya kamu punya abang berapa?"
"Bang Shandy dimana, Bun?"
"Abangmu sedang di ruang makan bersama ayahmu. Mereka menunggumu untuk sarapan bareng."
Aku segera berlari mencari keberadaan kakakku yang tersayang. Astaga! Apakah ini mimpi?
Bagaimana bisa aku kembali ke masa dimana masih ada Bang Shandy disini.
"Abaaaaang!" Teriakku sekeras mungkin hingga membuat wajah Bang Shandy bingung.
Aku memeluknya dengan sangat erat. Ya Tuhan! Ini bukanlah mimpi! Aku bahkan bisa memeluk Abangku lagi.
Tiba-tiba mataku tertuju pada kalender yang terpasang di dinding ruang makan.
Tahun 2012? Apa?! Aku tidak salah kan? Aku kembali ke 11 tahun yang lalu.
Apakah semesta benar-benar mengabulkan keinginanku? Aku tersenyum bahagia masih dengan memeluk Abangku.
Jika ini tahun 2012, maka... Usiaku sekarang masih 19 tahun! No way! Aku kembali muda!
Aku mengusakkan wajahku ke dada bidang Bang Shandy. Itu berarti semesta mengizinkanku untuk mengubah takdirku. Ya, aku akan mengubah takdir agar Bang Shandy tetap berada di sisi kami.
"She! Kamu kenapa?"
Bang Shandy bertanya padaku. Aku tersenyum penuh keharuan menatapnya.
"Gak papa, Bang. Aku hanya sangat senang karena bisa bertemu Abang."
"Ehem! Jadi, kamu gak seneng ketemu Ayah?"
Aku mendengar suara berat satu lagi pria yang sangat berharga di hidupku.
"Ayah!" Aku berganti memeluk Ayah.
Terima kasih, Semesta. Terima kasih. Aku akan memanfaatkan waktu yang terulang ini dengan sangat baik. Aku janji!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Sulati Cus
smg seru demen dg cerita kek gini time travel
2023-09-04
1
Becky D'lafonte
seru kayaknya
2023-06-26
1
🥀⃟ʙʀ🇹ᴿᴵᴱ 𝓓𝓮𝔀𝓲ˢⁿ᭄🌀🖌:
nama nya jg cerita pantasi ya, di nikmati aja
2023-04-08
6