...-Klub Malam-...
Shiena menganga tak percaya ketika Alex membawanya ke sebuah tempat yang bertuliskan Miracle Club. Shiena ragu untuk masuk ke dalam tempat yang sama sekali belum pernah ia datangi.
"Kak, kita ngapain kesini?" Tanya Shiena dengan raut wajah cemas.
"Kita mau seneng-seneng dong disini! Ayo masuk!" Alex menggenggam tangan Shiena memasuki klub malam yang cukup terkenal di kota ini.
(Ya Tuhan, apa memang benar jika kehidupan kak Alex gak jauh-jauh dari dunia malam begini?)
Batin Shiena mulai dihinggapi rasa tak tenang. Ia sama sekali tak menyangka jika Alex akan membawanya ke tempat seperti ini.
Suara musik yang memekakkan telinga mulai terdengar. Lampu-lampu yang temaram membuat suasana terasa horor bagi Shiena.
Di beberapa sudut terlihat pasangan pria dan wanita sedang memadu kasih dan bercumbu. Shiena bergidik ngeri melihatnya.
"Kak, kita pulang aja yuk!" Bisik Shiena yang mulai tak nyaman dengan keadaan sekelilingnya.
"Aduh, She. Udah tanggung dong! Kita kesana yuk! Disana ada teman-temanku!"
Alex membawa Shiena menuju ke tempat VIP dan menyapa teman-teman seprofesinya.
"Hai, Lex." Liora yang ada disana langsung menyapa Alex dengan bercipika cipiki.
Shiena kaget dengan sikap kedua orang itu yang seakan tak memiliki batas. Selama ini keluarga Shiena sangat menjaganya, makanya ia jarang bergaul dengan pria selain kakak dan ayahnya.
Shiena mulai menyesali perbuatannya yang menentang ucapan sang kakak mengenai Alex.
"Hai, aku Liora." Lamunan Shiena buyar kala Liora datang mengulurkan tangan padanya.
"Ah, aku Shiena."
"Kamu ceweknya Alex ya?"
Shiena tersenyum kikuk. Disaat begini ia sama sekali tak ingin mengakui Alex sebagai kekasihnya. Sungguh ia malu sendiri dengan sikap Alex yang seakan tak memiliki urat malu.
"Ayo duduk sini! Kamu mau minum apa?" Tanya Liora sok baik.
"Hmm, jus jeruk saja."
Sontak saja semua teman-teman Alex tertawa mendengar jawaban Shiena.
"Yang bener aja! Disini gak ada yang begituan, Darla..." Liora sengaja membuat Shiena tidak nyaman.
Shiena bingung harus bersikap bagaimana dengan teman-teman Alex. Rasanya mereka tak se-frekuensi.
"Udah deh, Li. Jangan menggoda Shiena. Dia bukan cewek kayak lo!" Alex ikut bicara.
"She, aku akan pesankan jus jeruk saja ya." Alex beranjak dari duduknya dan menuju meja bartender dan memesan jus jeruk untuk Shiena.
Karena ditinggal sendiri bersama teman-teman Alex membuat Shiena tak nyaman, akhirnya gadis itu memutuskan untuk izin ke toilet sebentar.
"Hmm, a-aku ke toilet sebentar ya, Kak." Shiena berucap pada Liora.
"Ah, iya silakan. Toiletnya di sebelah sana." Liora menunjuk ke arah toilet.
Shiena mengangguk dan langsung bergegas pergi. Hatinya tak tenang bersama dengan orang-orang yang seakan memandangnya dengan tatapan lapar.
"Haaaah! Tempat ini benar-benar seperti neraka buatku! Kenapa kak Alex bisa betah berlama-lama di tempat begini?"
Shiena membasuh wajahnya. Ia ingin menyadarkan diri jika tempat ini sangat tidak cocok untuknya dan ia ingin pergi.
Shiena keluar dari toilet dan melihat Alex ada di depan pintu.
"Kak Alex?"
"Kamu gak papa kan?"
"Aku gak papa, tapi..." Shiena ragu untuk mengatakannya.
"Tapi apa?"
"Kak... Tolong jangan marah ya! Aku... Aku pengen pulang! Aku gak mau ada disini..."
Alex tersenyum. "Baiklah. Ayo kita pulang!" Alex menarik tangan Shiena lembut dan membawanya ke meja teman-temannya.
"Guys, gue pulang duluan ya!" Pamit Alex.
"Yah, kok pulang Lex?"
"Iya, nanti gue kesini lagi. Bye!" Sebelum pergi Alex meneguk minumannya yang baru habis setengah dan itu membuat Liora tersenyum penuh arti.
#
#
#
...-Penyesalan Datang Terlambat-...
Selama perjalanan menuju rumah Shiena, tidak ada percakapan yang terjadi diantara Shiena dan Alex. Shiena sibuk dengan pikirannya dan Alex sibuk menahan sesuatu yang berusaha mendesak untuk keluar.
Tiba-tiba tubuh Alex seakan mulai mendidih. Ada sesuatu dalam dirinya yang harus segera dituntaskan.
"Shie..." Panggil Alex dengan suara mulai berat.
"Shie..." Alex terus mengulang karena Shiena masih sibuk dengan lamunannya.
Alex menghentikan mobilnya di tepi jalan.
"Shiena!" Alex mencengkram tangan Shiena cukup kencang hingga mengejutkan gadis itu.
"Kak Alex? A-ada apa?" Shiena menatap Alex yang seakan berperilaku aneh.
"Kakak kenapa?"
"She, tolong aku... Rasanya sakit!"
"Hah?!" Shiena tak paham dengan maksud Alex.
"Tubuhku panas, She. A-aku... Aku..."
Alex memaksa Shiena mendekat. Namun gadis itu malah ketakutan dan malah berontak.
"Aaaa! Kakak mau apa?" Shiena berteriak karena Alex malah mulai bertindak gila.
"Kakak! Jangan, Kak!" Shiena terus menghindari Alex yang ingin menciumnya.
"She, tolonglah! Aku udah gak tahan..."
Shiena menggeleng. "Gak! Apa yang mau kakak lakukan? Jangan, Kak!"
Shiena berusaha keluar dari dalam mobil tapi Alex menahannya.
"Kak! Jangan!" Shiena mulai menangis. Ia terus menghindar tak ingin terjadi sesuatu pada dirinya.
Hingga akhirnya Shiena bisa lepas dari dekapan Alex dan keluar dari mobil. Shiena berlari sekuat yang ia bisa.
"Shienaaaaa!"
Shiena tak peduli saat Alex memanggilnya. Shiena tak menyangka jika Alex tega ingin melecehkannya. Shiena kecewa. Shiena sedih. Dan ia hanya bisa menangis sambil berlari.
"Tega banget kakak mau melakukan itu padaku! Padahal aku tulus menyukai kakak, ternyata kakak jahat! Aku benci kak Alex!"
Karena lelah, Shiena duduk di sebuah taman untuk mengatur napasnya. Ia melihat ke belakang dan tak melihat Alex mengejarnya. Air matanya tak kunjung berhenti.
Sementara itu di sisi Alex, ia mengumpat kesal karena hasratnya belum terpenuhi.
"Sialan! Siapa yang naruh obat perangsang di minuman gue?!" Geram Alex dengan masih menahan hasrat yang sudah memuncak ke ubun-ubun.
Sebuah mobil berhenti di belakang mobil Alex dan keluarlah Liora dari mobil itu.
Alex menatap tajam kearah Liora. "Ini pasti perbuatan lo kan?"
Liora tersenyum. "Kalo iya, kenapa? Gue bakal tanggung jawab kok!"
"Argh! Brengsek lo, Liora!" Alex menggeram kesal tapi juga merasa senang. Karena ia mendapatkan objek untuk melampiaskan seluruh hasratnya.
Alex menarik tangan Liora dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Senyum Liora mengembang ketika melihat Alex langsung melucuti pakaiannya dan juga melakukan aksinya.
Mobil nampak bergoyang ketika dua insan sedang berbagi peluh dan kenikmatan. Liora tersenyum puas karena telah berhasil memerangkap Alex dalam permainannya.
#
#
#
Shiena bangkit dari duduknya dan melihat sekeliling. Betapa menyedihkannya nasibnya di masa ini. Harus menangis sendiri karena hampir saja dilecehkan oleh orang yang adalah kekasihnya.
Shiena berjalan gontai mencari keramaian dan ingin memanggil taksi. Sepertinya Alex sengaja membawanya ke tempat sepi untuk melancarkan aksinya. Begitulah pikir Shiena.
"Bodoh! Kamu bodoh, Shiena!" Shiena merutuki kebodohannya sendiri.
"Untuk apa kamu mengulang waktu jika nasibmu akan buruk seperti ini?" Shiena mulai menangis lagi.
Tiba-tiba terlihat cahaya menyilaukan dari arah depannya. Shiena menutupi matanya yang silau.
"Aaaaaa!" Shiena berteriak dan jatuh terduduk.
Ternyata itu adalah sinar lampu dari sepeda motor yang sedang melintas di tempat itu. Si pengendara motor langsung turun dari motornya ketika tahu motornya hampir saja menabrak seseorang.
"Kamu gak apa-apa? Maaf ya, saya..."
Shiena mendongak dan melihat wajah seseorang yang ia kenal.
"Mas Willy?" gumamnya lalu bangkit dan langsung memeluk tubuh pria yang ada di depannya.
Shiena menangis dalam pelukan Willy. Ia menyembunyikan wajah sembabnya di dada Willy.
Sementara Willy hanya bingung dengan sikap gadis yang masih sangat dicintainya itu. Willy hanya diam ketika Shiena menangis dalam dekapannya. Bahkan ia rela kausnya basah oleh air mata Shiena.
Malam ini semesta menunjukkan jika dua hati manusia yang sedang berseberangan kembali bertemu meski dalam keadaan yang berbeda. Semesta sedang menguji sejauh mana kekuatan hati mereka bertahan dengan ego masing-masing.
#
#
#
Shiena langsung berlari masuk ke dalam rumah setelah Willy mengantarnya. Shiena bahkan mengabaikan panggilan kakaknya dan masuk ke dalam kamarnya.
"Shiena! Ada apa?" Teriak Shandy lalu menatap Willy yang masih mematung di depan rumahnya.
"Shiena kenapa, Will?"
Willy menggeleng.
"Lo apain dia, Will sampe dia nangis begitu?" Shandy mulai emosi dan menarik kaus Willy.
"Gue gak tahu, Shan. Gue ketemu dia di jalan tadi..."
"Jangan bohong lo! Lo apain adik gue?!"
Hampir saja Shandy melayangkan tinjunya, tapi dicegah oleh Bik Imah.
"Jangan, Den! Den Willy gak salah!"
Shandy langsung menatap Imah. "Maksud bibi apa?"
"Non Shiena tadi perginya sama den Alex. Bukan sama den Willy," Jelas Imah.
"Apa?! Beneran, Bi?"
Imah mengangguk mantap.
"Brengsek! Jadi, Alex yang udah bikin Shiena nangis? Gue harus bikin perhitungan sama dia!" Shandy akan bergegas pergi, tapi Willy mencegahnya.
"Jangan, Shan! Mendingan lo tenangin Shiena dulu. Dari tadi dia nangis terus," ucap Willy.
Shandy mengangguk. Ia segera masuk ke dalam rumah dan meminta Willy juga masuk ke dalam rumahnya.
Willy mengangguk dan melangkahkan kakinya memasuki rumah mertuanya di masa mendatang yang sudah ia tinggalkan. Willy mengedarkan pandangan.
(Rumah ini masih terasa sama dengan 10 tahun mendatang)
Willy melangkah menuju ruang keluarga. Ia tatap sebuah foto keluarga yang terpasang disana. Itu adalah foto keluarga Shiena.
Willy ingat jika di masa mendatang, terpasang juga foto pernikahannya dengan Shiena disana. Willy merasa matanya terasa panas.
(Ayah... Bunda... Maafkan aku. Maafkan aku yang tidak bisa menepati janjiku pada kalian...)
Willy masih ingat bagaimana Wulan dan Prayitno memperlakukannya dengan sangat baik layaknya putra mereka sendiri. Semenjak Shandy tiada, Willy sudah dianggap sebagai putra di keluarga Shiena.
Willy yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah bisa merasakan hangatnya cinta Prayitno kepadanya.
(Maafkan aku, Ayah... Maafkan aku karena aku telah membuatmu kecewa)
Sebuah penyesalan terbersit di benak Willy ketika menatap foto Prayitno bersama Wulan.
(Aku janji akan memperbaiki semuanya menjadi lebih baik)
Willy bertekad dalam hatinya. Tanpa berpamitan pada Shandy, Willy keluar dari rumah keluarga Sasongko dan melajukan motornya.
#
#
#
...-Lembaran Baru-...
Pagi itu, Shiena terbangun dari tidur panjangnya. Masih teringat dengan jelas peristiwa semalam dimana Alex hampir saja melecehkannya.
Ketukan di pintu membuat Shiena menoleh. Kakaknya masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan.
"Dek, sarapan dulu ya!"
Shiena menatap Shandy. Ada rasa bersalah dalam dirinya ketika melibat Shandy yang begitu perhatian kepadanya.
Shiena menundukkan kepalanya. Semalam, Shandy memaksanya untuk bercerita, tapi Shiena masih bungkam. Ia tak ingin membuka luka yang masih baru.
Shandy mengusap kepala Shiena dengan penuh kasih sayang.
"Dek, abang sayang sama kamu. Makanya abang ingin yang terbaik buat kamu."
"Maaf..." Lirih Shiena.
"Iya, abang udah maafin kamu. Tapi abang gak akan maafin orang yang udah nyakitin kamu. Abang harus bikin perhitungan sama dia!" Ucap Shandy berapi-api.
Shiena menggeleng. "Jangan, Bang! Biar aku selesaikan sendiri masalah aku sama kak Alex."
"Tapi, She..."
"Aku baik-baik aja kok. Sekarang aku sadar kenapa abang selalu nglarang aku untuk dekat sama kak Alex. Tolong abang percaya sama aku kali ini. Ya?"
Shandy menatap lekat wajah sembab adiknya. "Untung aja ayah sama bunda lagi gak di rumah. Kalo gak, abang pasti kena omel bunda deh! Karena dikira gak bisa jagain kamu."
"Ini bukan salah abang!"
"She, kalo kamu pengen pacaran sama cowok yang baik, abang bisa..."
"Bang! Bisa gak bahas itu sekarang? Aku lapar..."
Shandy tertawa kecil. "Ah iya, maaf. Ini makan dulu ya! Abang suapin ya!"
Shiena mengangguk senang. Dengan perasaan gembira ia menerima suapan demi suapan dari tangan Shandy. Momen inilah yang selalu dirindukan Shiena setelah Shandy tiada. Matanya berkaca-kaca mendapatkan momen ini kembali setelah sepuluh tahun berlalu.
(Terima kasih, semesta. Aku janji gak akan mengecewakan orang-orang yang menyayangiku lagi)
#
#
#
Shiena memutuskan hubungannya dengan Alex. Meski Alex terus memohon padanya dan memintanya kembali. Namun Shiena tetap kukuh pada pendiriannya.
Semua orang yang tak tahu masalah mereka berdua malah menuduh Shiena sok jual mahal dan sok cantik karena berani menolak Alex. Shiena tak peduli. Baginya, pria yang mereka idolakan itu tak ubahnya seperti sampah yang hampir mengotori hidupnya.
Menghindari Alex malah semakin membuat Shiena terus bertemu dengan Willy. Sebisa mungkin Shiena juga menghindari Willy. Baginya Willy juga sama seperti Alex. Yang sudah membuatnya kecewa.
"Saya ingin bicara!"
"Gak ada yang perlu kita bicarain! Lagian lo itu siapa?"
"Suami kamu! Saya suami kamu di masa depan!"
Shiena mencebik dan melotot. "Jangan sembarangan!"
Shiena melengos pergi meninggalkan Willy. Tapi Willy terus mengikutinya.
"Saya tahu kamu datang dari masa depan!"
Kalimat Willy membuat Shiena tertegun.
(Ah iya, kenapa aku sampai lupa kalo waktu itu mas Willy pernah bilang soal itu)
"Jadi benar kan? Kamu datang dari masa depan. Sama seperti saya..."
Shiena mencoba untuk tetap tenang.
"Apa buktinya? Lagian lo ini kebanyakan baca novel kali makanya bisa mikir kayak gitu!"
Willy tersenyum penuh arti. "Saya gak lagi baca novel, saya mengalaminya sendiri."
"Mungkin lo kebanyakan tidur, makanya mimpi lo ketinggian!" Shiena tetap tidak mengakui jika dirinya juga datang dari masa depan.
"Saya senang jika mimpi saya bertemu dengan kamu..."
Shiena makin geram dengan sikap Willy yang masih santai.
"Denger ya! Kalopun gue ini istri lo di masa depan, belum tentu juga gue mau jadi istri lo di masa sekarang!"
"Jadi, kamu mengakui jika kamu datang dari masa depan?"
"Itu..." Shiena makin kesal jika terus meladeni Willy.
"She... Pasti ada maksud dari semua yang terjadi ini. Saya yakin jika kita..."
"Stop! Jangan terusin! Meski aku datang dari masa depan, itu juga pasti ada alasannya. Yaitu supaya aku bisa membuka lembaran baru yang gak ada kamu di dalamnya!"
"Lalu kenapa saya malah hadir?" Willy tak mau kalah.
"Meski kamu hadir, belum tentu aku mau kembali sama kamu. Kalo memang kamu datang dari masa depan, harusnya kamu tahu kenapa aku bersikap kayak gini!"
Kalimat Shiena membuat Willy tertegun. Benar, apa yang dilakukan Shiena padanya sekarang adalah buah dari ulahnya sendiri.
Willy menghela napas kasar. Tatapannya nanar tertuju pada Shiena yang berjalan menjauh darinya.
"Bersabarlah, Willy. Kesabaranmu sedang diuji..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mrs. Labil
hemmmm...
sejauh ini ceritanya menarik, kerenn 👍👍👍
2024-04-30
1
VYRDAWZAmut
njuttt thorr
2023-04-09
2