Aku menggeliatkan tubuhku dan menatap jam dinding di kamarku. Masih terlalu pagi untuk bangun. Tapi karena hatiku sedang bahagia, aku akan bangun pagi hari ini dan membantu Bunda di dapur.
Aku langsung membersihkan diri dan bersiap untuk turun ke dapur. Aku memakai dress rumahan yang kini bisa kupakai kembali.
Amazing! Aku berdecak kagum. Bentuk tubuhku juga kembali seperti dulu. Sebenarnya setelah menikah bentuk tubuhku juga tidak banyak berubah. Tapi yang namanya jadi seorang istri, entah kenapa berat badanku bertambah setelah menikah.
Ah sudahlah, sekarang aku akan membantu Bunda saja.
"Bundaaaa!"
"Lho tumben udah bangun. Biasanya harus dibangunin dulu."
Aku meringis mendengar ucapan Bunda.
"Aku ingin bantuin Bunda masak. Boleh kan?"
Bunda tersenyum padaku. "Boleh dong! Ayo sini potong sayurannya!"
Satu jam berkutat di dapur akhirnya aku dan Bunda berhasil membuat beberapa menu sarapan. Sebenarnya ada Bik Imah yang mengurus rumah. Tapi Bunda bilang jika urusan memasak, Bunda sendiri yang harus turun tangan. Mungkin karena Bunda ingin memastikan jika makanan yang kami makan memiliki gizi yang seimbang.
Pukul tujuh pagi aku melihat Bang Shandy turun dari lantai dua. Kamarku dan Bang Shandy bersebelahan.
"Wah, ada acara Bang kok rapi bener?"
Aku melihat Bang Shandy memakai setelan jas lengkap dengan dasi yang melilit lehernya.
"Hari ini Ayah minta Abang ke kantor," Jawab Bang Shandy.
Ayah yang baru datang juga ikut menimpali.
"Betul. Abangmu ini harus belajar mengurus perusahaan. Lagi pula kuliahnya juga hampir selesai."
"Masih sisa skripsi, Yah."
Aku melihat interaksi antara Ayah dan Bang Shandy. Aku teringat akan kesedihan Ayah ketika Bang Shandy tiada. Impian Ayah untuk membuat Bang Shandy menjadi penerus perusahaan sirna sudah.
Aku menggeleng kuat. Kali ini aku harus memastikan jika Bang Shandy menjadi penerus ayah selanjutnya.
Kami berempat memulai sarapan. Seperti biasa bunda melayani ayah dengan baik. Aku bisa melihat cinta yang begitu besar diantara mereka. Meski sudah menikah selama puluhan tahun, mereka masih menunjukkan rasa cinta mereka masing-masing
"Semalam abang lihat kamu ngobrol sama si Alex. Apa kalian dekat?"
Bang Shandy bertanya padaku.
"Hmm, gak deket sih. Cuma kenal aja."
"Hati-hati, She. Alex itu playboy. Bisa-bisa kamu dimainin sama dia."
"Apaan sih? Aku sama kak Alex cuma temenan doang kok!" Aku mulai tak suka pembicaraan ini.
"Abang kan hanya ngingetin kamu aja, She. Gak usah sewot gitu dong!"
Aku diam. Rasanya tak perlu berdebat dengan Bang Shandy karena masalah sepele.
"Kalau kamu mau, abang bisa kenalin kamu sama..."
"Stop! Stop! Stop! Stop!" Aku langsung mencegat kalimat Bang Shandy.
Sontak saja reaksiku yang dinilai berlebihan membuat semua orang menatapku.
"Maksudku aku... Aku... Aku masih muda, Bang! Aku masih ingin menikmati masa-masa mudaku. Jadi, abang gak perlu ngenalin aku sama siapapun. Ya?"
Aku meringis menatap Bang Shandy. Lalu bang Shandy pun mengangguk. Aku bernapas lega.
"Aku udah selesai sarapan! Aku tunggu abang di depan ya!" Aku segera beranjak dari ruang makan setelah sebelumnya mencium tangan Ayah dan Bunda.
Aku berdiri di teras depan rumah.
"Aku yakin kalau Bang Shandy pasti mau nyebut soal Mas Willy tadi. Untung aku sempet mencegatnya. Huft!" Aku mengusap dadaku.
"She!" Bang Shandy memanggilku.
"Abang udah selese sarapannya?"
"Hmm, lagian ini udah hampir telat. Ayo jalan!"
Bang Shandy berjalan melewatiku dan akan masuk ke dalam mobil.
"Tunggu, Bang!"
"Ada apaan?"
Aku menatap penampilan Bang Shandy yang masih belum rapi.
"Abang ini gimana sih? Pake dasinya yang bener dong! Sini aku rapiin."
Aku menata kembali penampilan Bang Shandy. Satu hal yang tidak pernah kulakukan dan hanya bisa mengejeknya saja dulu. Kini aku dengan senang hati melakukannya meski harus setiap hari.
"Kamu kenapa, She?"
"Ah, gak papa Bang. Ayo berangkat!"
Aku memalingkan wajahku. Air mataku hampir saja jatuh tadi.
Selama perjalanan menuju kampus, aku mengobrol santai dengan Bang Shandy. Sesekali kami juga melempar candaan yang membuat kami tertawa bersama.
Aku merindukan semua ini. Aku merindukan masa-masa ini. Semoga saja aku bisa mengubah semuanya menjadi lebih baik.
#
#
#
Aku melambaikan tangan ketika mobil Bang Shandy mulai menjauh dari pandangan. Aku berjalan menuju kelasku.
Di perjalanan aku bertemu dengan dua sahabatku.
"Hai, She. Diantar Bang Shandy?" Tanya Anila.
"Iya."
"Trus mana Abang lo itu?"
"Udah pergi lah. Dia mau ke kantor."
Aku melihat raut kesedihan di wajah Anila.
"Sekarang abang lo udah jarang ngampus. Jadi kagak ada yang bikin semangat deh!"
Eh? Apa maksud ucapan Anila barusan. Apa dia...
Ingin rasanya bertanya lebih lanjut, tapi karena suara sorakan heboh di belakang kami membuat Anila dan Friska menoleh.
"Hmm, si idola kampus udah dateng tuh!" Ucap Friska.
Aku ikut menoleh. Ternyata itu adalah kak Alex. Dia baru saja tiba di kampus dan mahasiswi centil sudah menyorakinya. Aku memutar bola malas. Sepertinya sangat tidak mungkin bagiku mengharapkan lebih.
"Yok ah ke kelas!" Ajakku.
"Shiena!"
Suara seseorang memanggilku. Aku tatap Anila dan Friska yang melongo tak percaya.
"She, dipanggil tuh!" Bisik Friska.
"Siapa?"
Aku menoleh lagi dan melihat Kak Alex berjalan ke arahku.
"Kakak manggil aku?" Pertanyaan yang sangat-sangat bodoh.
Kak Alex tertawa kecil. Ya ampun, senyumnya membuatku meleleh seketika.
"Iya lah. Emangnya ada lagi yang namanya Shiena disini?"
Friska dan Anila menggelengkan kepala.
"Ada apa, Kak?" Tanyaku yang mulai risih dengan tatapan tajam para gadis fans garis keras kak Alex.
"Gak papa. Kamu mau ke kelas? Aku antar ya!"
"Eh? Ah, gak usah. Aku bareng sama..."
"Silakan kak! Kalo gitu kita duluan ya, She!" Friska menarik tangan Anila.
Aku serasa mati kutu. Aku menunduk malu.
"Ayo, Shiena!" Ajak Kak Alex.
"I-iya, Kak."
Aku berjalan beriringan dengan kak Alex. Dia menanyakan beberapa hal yang umum padaku. Hatiku menghangat dengan sikapnya.
#
#
#
Jam perkuliahan telah berakhir. Aku menunggu Bang Shandy di depan gerbang kampus. Satu hal yang perlu kalian tahu. Para pria di keluargaku itu sangat protektif padaku.
Kemana-mana aku tidak dibolehkan pergi sendiri dan harus dengan pengawalan dari Bang Shandy atau Ayah. Meski awalnya aku merasa risih, tapi lama kelamaan aku lebih nyaman bersama kedua pria itu.
Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bang Shandy.
"She, maaf banget ya, abang gak bisa jemput. Kerjaan abang masih banyak. Tapi abang udah suruh orang buat jemput kamu. Tenang aja! Dia adalah orang kepercayaan abang."
Aku mendesah kasar. Aku yakin itu pasti sekretaris abang. Aku mencari tempat untukku duduk.
Tiba-tiba sebuah motor sport besar menghampiriku. Aku menelisik penampilan si pengendara yang memakai helm dan tak terlihat wajahnya.
"Kamu Shiena?"
Aku mengernyit. "Iya. Lo siapa?" Tanyaku ketus.
"Saya diminta Shandy untuk menjemputmu."
Aku tak langsung percaya begitu saja.
"Mana buktinya kalo lo disuruh Bang Shandy?"
Orang itu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan dari Bang Shandy padanya.
"Sudah percaya? Sekarang cepat naik! Saya juga sibuk!"
Aku berpikir sejenak. Aku tidak boleh gegabah. Aku menghubungi Bang Shandy lebih dulu.
"Bener ini orang suruhan abang? Motornya merk XXX dan plat nomornya B 1710 XY."
"Iya, She. Itu orang suruhan abang. Kamu bisa percaya sama dia."
Aku mengakhiri panggilan dengan Bang Shandy.
"Apa perlu ya menyebutkan merk motor dan plat nomor motor saya segala?" Orang itu terlihat kesal.
"Ya harus dong! Gue harus mastiin kalo lo bukan orang jahat!"
"Kalo kamu gak percaya sama saya, kamu bisa pulang naik taksi saja!"
Pria itu bersiap untuk pergi. Duh, bagaimana ini? Siapa sih dia? Kenapa terlihat misterius sekali.
Pria itu menstarter motornya kembali. Aku masih bingung apakah aku harus ikut dengannya atau tidak. Ditambah suasana kampus sudah sepi karena menjelang malam.
"Saya akan bilang pada Shandy kalo kamu gak percaya sama saya. Permisi!"
"Eh, tunggu!" Aku menghadang di depan motornya.
"Buka helm lo! Gue harus lihat muka lo dulu!"
Aku bisa melihat dari balik helm, dia sedang memperhatikanku. Siapa dia sebenarnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nona M 𝓐𝔂⃝❥
Willy kah yang jemput?..🤔🤔🤔
2023-03-31
2