Bab 13

...-Shiena Menghilang-...

"Sepertinya semesta memang ingin menguji kita ya?"

Sejenak mata Shiena dan Willy saling menatap dalam jarak yang tidak terlalu dekat. Shiena mulai tersadar dari tatapan membius Willy dan memilih untuk kembali ke kamarnya.

"Tunggu, She!" Willy beranjak dari duduknya dan menghampiri Shiena.

"Apa sebegitu bencinya kamu sama saya? Apa kamu gak nyaman jika bertemu saya?"

Pertanyaan Willy membuat Shiena kembali membalikkan badannya. Sebenarnya Shiena tak ingin bersikap begini pada Willy. Shiena bukan gadis jahat yang tega menyakiti orang yang sudah berkali-kali meminta maaf padanya.

"Aku gak membencimu. Aku hanya..."

Shiena tak mampu melanjutkan kalimatnya. Shiena tertunduk. Sungguh suasana malam yang syahdu dengan udara dingin yang mulai menusuk kulit membuat Shiena malah merasa hangat.

"Aku hanya takut."

"Takut?" Willy ingin bisa memperbaiki kesalahannya. Willy ingin mereka berdua sama-sama berjuang lagi untuk menggapai cinta sempurna yang semesta kirimkan.

"Aku takut kalo aku jatuh hati lagi padamu. Jadi, tolong jangan membuatku dalam posisi yang sulit. Kita gak akan bisa kembali seperti dulu. Carilah perempuan lain!"

Shiena kembali melangkah pergi usai mengatakan semua hal yang mengganjal di hatinya. Sementara Willy hanya mematung menatap nanar sosok Shiena yang mulai menghilang dari pandangannya.

...***...

Keesokan harinya, semua anggota family gathering melakukan olahraga pagi sebelum memulai acara pada hari ini. Suasana nampak ceria dengan Willy yang menjadi instruktur olahraga pagi itu.

Berbeda dengan Shiena yang malah asyik duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Shiena berkirim pesan dengan Anila dan Friska.

Friska: Seriusan She? Jadi kak Willy juga ikutan.

Shiena: Hooh.

Anila: Bang Shandy ikutan juga gak?

Shiena: Ikut lah

Anila: Mana kasih lihat fotonya dong

Shiena: Pic 📷

Anila: 😍😍😍bang Shandy keren banget

Shiena: Biasa aja kali

Saat sedang asyik tertawa sendiri, tiba-tiba Willy menghampiri Shiena .

"She, kenapa gak ikut olahraga?"

Shiena menoleh sekilas kearah Willy lalu melengos kembali.

"Malas!" Satu kata yang terucap dari bibir Shiena.

"Olahraga itu bagus buat kesehatan kamu."

"Ya udah sono, kamu aja yang olahraga."

Willy menggeleng pelan. "Acara outbound nya akan segera dimulai. Ayo kumpul! Tunjukkan kalo kamu sebagai keluarga pemilik perusahaan juga bersemangat seperti yang lain."

Shiena melengos melewati tubuh Willy. Lagi lagi Willy hanya bisa menggeleng.

"Kamu memang gadis yang unik, Shiena. Itulah mengapa aku gak akan melepaskan kamu sampai kapanpun."

...***...

Acara outbound yang pertama adalah mencari jejak. Masing-masing tim memiliki dua orang anggota yang akan disebar ke seluruh area puncak.

"Untuk yang berhasil mendapatkan peta harta karun yang asli, akan mendapatkan hadiah dari Pak CEO kita, yaitu Bapak Prayitno Sasongko!" seru salah satu tim EO bernama Dea.

Sorak sorai tepuk tangan menggema disana. Semua orang nampak bersemangat untuk memenangkan hadiah kejutan dari Prayitno yang pastinya bukan kaleng-kaleng.

"She, kamu satu kelompok sama saya," ucap Willy menghampiri Shiena.

Shiena menatap tajam Willy. "Gak mau! Aku mau tuker aja!"

"Tapi, She..."

"Kamu pasti sengaja kan bikin kita satu tim? Modus banget deh!" kesal Shiena.

Gadis itu mencari seseorang yang akan menggantikan posisi Willy.

"Kak Wisnu! Aku satu tim sama kamu ya! Please..." Shiena memohon dengan wajah memelas.

Indah yang satu tim dengan Wisnu hanya bisa pasrah ketika putri Bosnya meminta tukar posisi. Alhasil kini Willy bersama dengan Indah dan Shiena bersama dengan Wisnu.

(Hmm, kalo dilihat-lihat kak Wisnu good looking juga. Dia juga kayaknya baik)

"Ayo Shiena! Kita harus bisa memenangkan hadiah ini! Jadi, tolong jangan manja! Saya gak suka cewek manja!" sarkas Wisnu.

Shiena melongo tak percaya. Ternyata Wisnu tak sebaik yang ia kira. Namun apa boleh buat, Ia sendiri yang meminta tukar maka ia harus menanggung akibatnya.

...***...

Shiena dan Wisnu menyusuri hutan untuk mencari peta asli yang sudah disembunyikan oleh tim panitia dan EO.

"Kak, bisa berhenti dulu gak? Kakiku pegal banget!" keluh Shiena.

Wisnu menatap tajam Shiena. "Kan sudah kubilang jangan manja! Jangan karena kamu adalah anaknya Pak Prayitno maka aku akan berbaik hati padamu. Harusnya kalo dari awal kamu gak sanggup, mendingan kamu gak usah ikut acara ini! Anak manja sepertimu pantasnya hanya duduk dan menonton saja!"

Shiena mengepalkan tangan mendengar ucapan Wisnu.

"Apa katamu?! Anak manja? Ya, aku memang manja, lalu apa masalahmu? Jangan selalu memandang rendah orang lain kalo gak mau dipandang rendah! Sekarang aku jadi tahu kualitas cowok seperti kakak! Dasar penjilat!" Shiena melewati tubuh Wisnu dan berjalan mendahului pria itu. Rasa kesalnya sudah sampai ke ubun-ubun.

Shiena berjalan tak tentu arah saking kesalnya dengan Wisnu.

"Dasar sialan! Kenapa sih aku slalu aja ketemu sama cowok yang gak banget? Apa emang gak ada cowok yang baik lagi kayak mas Willy?"

Shiena mengatur napasnya. "Hah! Kenapa sih aku terus aja menghubungkan semuanya dengan dia!"

Shiena tersadar dari rasa kesalnya. Ia memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada suara apapun yang dapat ia dengar.

"Aduh, gawat nih! Aku dimana? Kok bisa sampe kesini? Kak Wisnu kemana?"

Shiena celingak celinguk mencari keberadaan Wisnu.

"Kak Wisnu!" Suara Shiena menggema diantara pohon-pohon besar yang ada disekelilingnya.

Shiena mulai takut. "Gimana nih? Jangan jangan aku tersesat!"

Keringat dingin mulai membasahi tubuh Shiena. Sungguh dirinya sangat takut jika berada di tempat asing sendirian seperti ini.

"Tahu begini harusnya aku tetap satu tim sama mas Willy aja. Ayah... Bunda... Bang Shandy... Aku takut..." Shiena mulai terisak.

...***...

Siang hari para anggota tim mulai kembali berkumpul. Hingga saat ini ada yang belum menemukan peta harta karun yang asli. Semua peserta diberikan makanan ringan untuk mengisi tenaga mereka yang terkuras.

Willy yang telah tiba bersama Indah mencari keberadaan Shiena.

"Kemana Shiena? Apa dia sama Wisnu belum selesai?" gumam Willy.

Tak lama setelahnya Willy melihat sosok Wisnu berjalan sendirian. Sama sekali tak nampak sosok Shiena bersama dengannya.

Willy pun menghampiri Wisnu.

"Shiena mana?" tanya Willy.

"Mana gue tahu!"

Jawaban Wisnu membuat Willy naik darah.

"Dimana Shiena?" Suara Willy mulai meninggi.

Wisnu yang merasa dipermalukan segera berhadapan dengan Willy.

"Denger ya! Cewek manja itu ninggalin gue, mana gue tahu dia pergi kemana. Lagian lo kenapa peduli banget sama dia? Jangan-jangan lo suka ya sama dia?"

Willy makin tak kuasa menahan emosinya. Satu pukulan mendarat tepat di wajah Wisnu.

"Brengsek! Salah gue apa? Kenapa lo mukul gue?" Wisnu tak mau kalah dan malah maju menantang Willy.

Beruntung Shandy segera menengahi. "Hei, ada apa ini? Rileks, bro."

"Adek lo hilang dan ini gara-gara dia!" tunjuk Willy lantang.

"Apa?! Shiena hilang?" pekik Shandy.

Sontak Wulan ikut menghampiri Willy dan bertanya.

"Ada apa ini? Memangnya Shiena kemana?" tanya Wulan cemas.

"Bunda tenang saja, kita tunggu sebentar lagi. Siapa tahu Shiena lagi jalan kemari." Shandy berusaha berpikir positif kepada Shiena.

Namun ternyata hingga sore hari Shiena tak kunjung datang. Willy tak bisa lagi menahan emosi dan menghampiri Wisnu kembali lalu melayangkan bogem mentah bertubi-tubi untuk Wisnu.

"Brengsek! Harusnya lo bisa jagain dia! Lo itu cowok apa bukan? Bisa bisanya ninggalin cewek di hutan sendirian. Lo harus terima akibatnya!"

Willy kalap. Ia menghajar Wisnu hingga pria itu terkulai lemas.

"Udah, Will. Lo bisa bikin dia mati," cegah Shandy. Ia menarik tubuh Willy agar tak lagi memukuli Wisnu.

Willy mengatur napasnya. "Gue akan cari Shiena, Shan."

"Heh?! Nyari Shiena? Kemana?" tanya Shandy bingung.

"Kemana aja yang penting Shiena selamat. Gue pergi dulu ya!"

Shandy mencekal lengan Willy. "Jangan gegabah, Will. Lo lagi dikuasai emosi. Ntar yang ada lo malah ikutan ilang gimana? Kita juga yang repot."

"Gak akan, Shan. Lo tahu kan gue punya bakat pramuka yang hebat!" Willy menepuk bahu Shandy dan membawa tas ranselnya. Ia membawa peralatan yang sekiranya akan membantunya dalam pencarian Shiena.

#

#

#

...-Sang Penyelamat-...

Willy menyusuri jalan setapak yang tadi dilalui Shiena. Tak lupa Willy juga memanggil nama Shiena.

"SHIENA! Kamu dimana?" teriak Willy hingga suaranya menggema.

Willy makin panik karena hari mulai gelap. Willy sangat takut terjadi sesuatu hal yang buruk dengan Shiena.

"Shiena, kamu dimana? Aku gak akan memaafkan diriku sendiri jika sampai terjadi sesuatu denganmu."

Di penginapan, Prayitno mengerahkan anggota timnya untuk mencari Shiena dan Willy. Sudah pukul tujuh malam dan Willy belum juga kembali.

Wulan sedari tadi menangis karena cemas dengan kondisi putrinya.

"Bun, Shiena itu kan gadis yang cerdas, aku yakin dia baik-baik saja sekarang." Shandy mengusap punggung ibunya.

Wulan mengangguk pelan. Bibirnya terus merapalkan doa-doa untuk keselamatan Shiena dan Willy.

Di lain tempat, Shiena terduduk sendiri dalam kegelapan dengan memeluk kedua lututnya. Sejak tadi air mata tak berhenti mengalir dari kedua kelopak matanya.

Shiena ketakutan. Shiena pasrah. Shiena hanya mengharap jika memang semesta masih menginginkan dirinya hidup.

Gemuruh suara petir membuat Shiena makin ketakutan. Egonya luruh seketika dan terus menyebut nama Willy dalam hatinya. Shiena berharap Willy datang dengan membawa secercah cahaya yang akan membuatnya kembali ke dunia nyata.

"Shiena! Shiena!"

Shiena mendongakkan kepala saat mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Aku disini!" balas Shiena. Dirinya mencoba bangkit tapi ternyata salah satu kakinya terkilir.

"Aw! Sakit!" Shiena memegangi kakinya yang tak bisa digerakkan.

Derap langkah kaki yang mendekat membuat Shiena waspada dan senang. Waspada bila yang datang bukanlah orang yang ia harapkan. Senang jika seseorang yang mengenalnya berhasil menemukan dirinya.

Cahaya lampu senter mengarah kepadanya. Shiena menyipitkan mata dan menutupi wajahnya dengan satu tangan.

"Shiena?"

Shiena menangis terisak kala melihat sosok Willy ada di depannya.

"Mas Willy..."

Willy mendekati Shiena dan memeriksa keadaannya.

"Tenang ya! Ada saya disini! Jangan takut."

Shiena memeluk Willy saking senangnya. "Makasih..."

"Makasih nanti aja setelah kita bisa keluar dari hutan. Lagian gimana ceritanya kamu bisa masuk ke dalam hutan? Rute mencari jejak gak ada yang masuk hutan."

Shiena mengerucutkan bibirnya. "Ngomelnya nanti aja! Kakiku sakit, cepat bawa aku pergi dari sini!"

Willy mengarahkan senter ke kaki Shiena. Terlihat bengkak dan membiru.

"Kamu terkilir. Baiklah, sekarang naik ke punggungku!"

"Hah?! Gak mau! Kamu mau modus ya?"

"Ck, kamu sudah sakit begini masih saja keras kepala. Mau ditolong gak nih?" Willy berdecak sebal.

"Iya iya, mau. Tapi aku gak bisa gerakin kakiku..."

Willy menghela napas. Tanpa meminta persetujuan dari Shiena, Willy langsung menggendong tubuh Shiena ala bridal.

"Aaaaa! Apa yang kamu lakukan?"

"Sudah, nurut saja! Lagian saya gak akan macam-macam kok."

Shiena akhirnya bungkam. Ia hanya diam sambil mengalungkan tangannya ke leher Willy. Wajahnya ia sembunyikan di dada Willy. Apalagi ketika mendengar suara petir yang bersahutan. Membuat Shiena makin menenggelamkan wajahnya ke dada Willy.

"Berat badan kamu gak banyak berubah ya..."

"Eh?"

(Apaan sih? Di saat begini malah ngomongin berat badan. Dasar orang aneh!)

Hujan mulai turun membasahi bumi. Willy tak mungkin melanjutkan perjalanan dalam kondisi hujan lebat begini.

Beruntung ada sebuah gubuk kecil yang biasa dijadikan tempat istirahat para penebang pohon. Willy membawa Shiena masuk ke dalam gubuk.

"Kenapa malah kesini?" Shiena panik karena Willy membawanya ke tempat yang tak dikenalnya.

"Hujannya sangat lebat. Kita gak mungkin pergi dalam kondisi begini. Kita akan istirahat disini sampai hujan reda."

Mata Shiena membulat sempurna. "Apa?!"

"Sudah, jangan berpikiran macam-macam! Saya gak akan melakukan apapun ke kamu. Karena saya menghargai cinta murni yanh saya miliki."

Shiena mencebikkan bibirnya. Rasanya ingin muntah mendengar gombalan Willy.

"Jangan memonyongkan bibirmu, atau saya akan menciummu!"

Seketika Shiena bungkam. Ia tak ingin mendebat Willy lagi. Baginya Willy adalah sang penyelamat. Yang sudah membawanya keluar dari kegelapan.

"Saya akan bikin api unggun, kamu tunggu disini."

Shiena menggangguk. Ia memperhatikan Willy yang nampak telaten menghidupkan api di kayu-kayu yang hampir terkena air.

"Gak usah dilihatin, nanti naksir!" goda Willy.

"Apaan sih?" Shiena memalingkan wajahnya yang sudah memerah.

Malam semakin larut dan Shiena sudah mulai mengantuk. Hujan masih belum berhenti.

"Kamu tidurlah dulu, saya akan menjaga kamu."

Shiena mengangguk. Ketika tubuhnya ingin ia rebahkan di sebuah alas rotan, suara menggelegar petir kembali terdengar dan membuat Shiena refleks memeluk tubuh Willy.

"Mas, aku takut!" Tubuh Shiena menggigil.

Willy mendekapnya makin erat. "Saya disini! Saya gak akan ninggalin kamu. Sekarang tidurlah!"

Karena kelelahan dan rasa kantuk yang mendera, Shiena telah terlelap dengan begitu cepat. Willy masih terus mendekap Shiena dan saling berbagi kehangatan.

Willy bisa melihat dengan jarak yang begitu dekat wajah gadis yang sangat ia cintai itu. Gadis yang membuatnya rela melakukan apapun demi kebahagiannya.

Shiena yang sudah terbuai mimpi makin mengeratkan pelukannya ke tubuh Willy. Shiena merasakan kenyamanan ketika berada dalam pelukan pria itu.

Willy membingkai wajah Shiena yang terpejam. Matanya tertuju pada bibir tipis yang pucat. Wajah Shiena begitu menenangkan bak malaikat ketika tertidur.

"Andai saja kamu setenang ini ketika bangun, She. Mana mungkin aku melepasmu untuk orang lain. Aku tidak akan pernah rela."

Willy tergoda untuk mencicipi manisnya bibir Shiena. Ia mulai mendekatkan wajahnya. Hembusan napas Shiena menerpan wajahnya.

Hingga akhirnya...

"Tidak! Aku gak bisa melakukan ini! Ini curang namanya!"

Willy menggeleng kuat. "Aku akan melakukannya jika Shiena dalam kondisi sadar."

...***...

Hari mulai berganti. Shiena mulai menggeliatkan tubuhnya. Ia mengerjap merasakan kehangatan yang membuatnya nyaman.

Mata Shiena membola saat bersitatap dengan mata milik Willy. Jantungnya berdebar sangat cepat.

"Selamat pagi, Shiena," ucap Willy dengan senyum manisnya.

"Pa-pagi..." Shiena tergagap.

(Astaga! Jadi semalaman kami tidur sambil berpelukan begini? Ah, malunya)

Shiena menunduk tak berani menatap Willy. Namun dengan lembut Willy mengangkat dagu Shiena hingga bola mata mereka kembali bertemu.

"Saya tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan ini, tapi... Saya gak tahu kapan saya bisa memiliki kesempatan seperti ini lagi dengan kamu."

Shiena menelan saliva. Rasanya ia tahu apa yang akan dikatakan Willy padanya.

"Shiena Larasati, saya sayang sama kamu. Saya cinta sama kamu. Berapa waktu lagi kita akan mengulangnya, saya akan tetap mencintai kamu..."

Tanpa penolakan Shiena membiarkan bibir lembut milik Willy menyentuh miliknya. Shiena memejamkan mata merasakan lembutnya perlakuan Willy padanya.

Setelah dirasa cukup, Willy melepas pagutannya dan menatap wajah cantik alami yang selalu dirindunya.

"Kita pulang ya!" ajak Willy sambil kembali menggendong Shiena.

Shiena mengangguk. Tentu saja ia ingin pulang dan bertemu dengan keluarganya.

Willy berjalan keluar dari hutan. Hingga akhirnya sayup-sayup suara orang-orang memanggil nama mereka terdengar.

"Itu mereka! Mereka berdua selamat!"

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

hemmm, cerita nya bagus, cuma yg bca msh sdkit ya 😔

2024-04-30

1

Mrs. Labil

Mrs. Labil

wkwkwkwk

2024-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - PoV Shiena
2 Bab 2 - PoV Shiena
3 Bab 3 - PoV Shiena
4 Bab 4 - PoV Willy
5 Bab 5 - PoV Willy
6 Bab 6 - Masa Lalu Kelam
7 Bab 7 - Bertemu Kembali
8 Bab 8 - Sebagian Ingatan Terhapus
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14 - Egoisnya Hati
15 Bab 15 - Siapa yang Cemburu?
16 Bab 16 - Confession
17 Bab 17 - Memperbaiki Hubungan
18 Bab 18 - Bertemu Arya & Litha
19 Bab 19 - Rumit
20 Bab 20 - Perdebatan
21 Bab 21 - Menata Hati
22 Bab 22 - Kilas Masa Lalu
23 Bab 23 - Mesin Waktu
24 Bab 24 - Jodoh dari Masa Depan
25 Bab 25 - Egois?
26 Bab 26 - Time Flies So Fast
27 Bab 27 - Pesta Kelulusan
28 Bab 28 - Perjuangan Cinta
29 Bab 29 - RESTART
30 Bab 30 - Terbangun
31 Bab 31 - Mimpi Aneh?
32 Bab 32 - Jangan Pikirkan Apapun
33 Bab 33 - Dia Kembali?
34 Bab 34 - Dokter Shandy?
35 Bab 35 - Kedatangan Martha
36 Bab 36 - Menemui Willy
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Salah Paham Lagi
39 Bab 39 - Kejutan Tak Terduga
40 Bab 40 - Kedatangan Raffa
41 Bab 41 - Kita Harus Bicara!
42 Bab 42 - Kepala Dingin
43 Bab 43 - Memories
44 Bab 44 - Cinta Mulai Bersemi
45 Bab 45 - Hari Baru, Cinta Baru
46 Bab 46 - Badai Datang Kembali
47 Bab 47 - Jebakan Dalam Jebakan
48 Bab 48 - Tak Ingin Kehilangan
49 Bab 49 - Jungkir Balik Dunia Shiena
50 Bab 50 - Istriku Monster?
51 Bab 51 - Apakah Ini Salahku?
52 Bab 52 - Bertemu Kembali
53 Bab 53 - Pesona Wilona
54 Bab 54 - Lima Ribu ke Masa Lalu
55 Bab 55 - Pernikahan Impian
56 Bab 56 - Tak Seindah Impian
57 Bab 57 - Ingin Mengulang Masa Lagi?
58 Bab 58 - Bermain Hati
59 Bab 59 - Takdir Dari Semesta
60 Season Finale
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 - PoV Shiena
2
Bab 2 - PoV Shiena
3
Bab 3 - PoV Shiena
4
Bab 4 - PoV Willy
5
Bab 5 - PoV Willy
6
Bab 6 - Masa Lalu Kelam
7
Bab 7 - Bertemu Kembali
8
Bab 8 - Sebagian Ingatan Terhapus
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14 - Egoisnya Hati
15
Bab 15 - Siapa yang Cemburu?
16
Bab 16 - Confession
17
Bab 17 - Memperbaiki Hubungan
18
Bab 18 - Bertemu Arya & Litha
19
Bab 19 - Rumit
20
Bab 20 - Perdebatan
21
Bab 21 - Menata Hati
22
Bab 22 - Kilas Masa Lalu
23
Bab 23 - Mesin Waktu
24
Bab 24 - Jodoh dari Masa Depan
25
Bab 25 - Egois?
26
Bab 26 - Time Flies So Fast
27
Bab 27 - Pesta Kelulusan
28
Bab 28 - Perjuangan Cinta
29
Bab 29 - RESTART
30
Bab 30 - Terbangun
31
Bab 31 - Mimpi Aneh?
32
Bab 32 - Jangan Pikirkan Apapun
33
Bab 33 - Dia Kembali?
34
Bab 34 - Dokter Shandy?
35
Bab 35 - Kedatangan Martha
36
Bab 36 - Menemui Willy
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Salah Paham Lagi
39
Bab 39 - Kejutan Tak Terduga
40
Bab 40 - Kedatangan Raffa
41
Bab 41 - Kita Harus Bicara!
42
Bab 42 - Kepala Dingin
43
Bab 43 - Memories
44
Bab 44 - Cinta Mulai Bersemi
45
Bab 45 - Hari Baru, Cinta Baru
46
Bab 46 - Badai Datang Kembali
47
Bab 47 - Jebakan Dalam Jebakan
48
Bab 48 - Tak Ingin Kehilangan
49
Bab 49 - Jungkir Balik Dunia Shiena
50
Bab 50 - Istriku Monster?
51
Bab 51 - Apakah Ini Salahku?
52
Bab 52 - Bertemu Kembali
53
Bab 53 - Pesona Wilona
54
Bab 54 - Lima Ribu ke Masa Lalu
55
Bab 55 - Pernikahan Impian
56
Bab 56 - Tak Seindah Impian
57
Bab 57 - Ingin Mengulang Masa Lagi?
58
Bab 58 - Bermain Hati
59
Bab 59 - Takdir Dari Semesta
60
Season Finale

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!